materi khutbah jumat Menanamkan Nilai Tauhid dalam Keluarga dakwah.id

Materi Khutbah Jumat: Menanamkan Nilai Tauhid dalam Keluarga

Terakhir diperbarui pada · 3,138 views

Materi Khutbah Jumat
Menanamkan Nilai Tauhid dalam Keluarga

Pemateri: Adib Fattah Suntoro, M.Ag.
(Peneliti Centre for Islamic and Occidental Studies (CIOS) Universitas Darussalam Gontor)

  • Link download PDF materi khutbah Jumat ada di akhir tulisan.
  • Jika ingin copy paste materi khutbah Jumat ini untuk keperluan repost di media lain, silakan baca dan patuhi ketentuannya di sini: copyright

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَلَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِيْ وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.

فَيَا عِبَادَ اللهِ اُوْصِيْنِي نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah subhanahu wa taala

Marilah pertama-tama kita haturkan rasa syukur kita atas limpahan nikmat yang tak terhingga dari Allah subhanahu wa taala. Dia-lah Rabb yang telah menganugerahkan kepada kita nikmat yang paling agung, yaitu nikmat menjadi muslim yang bertauhid.

Tauhid yang termanifestasi dalam dua kaliamat syahadat Asyhadu an lā ilāha illallāh, wa asyhadu anna Muḥammadan rasūlullāh yang senantiasa kita ulang-ulang bacaannya di setiap shalat.

Tauhid inilah yang disebut oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sebagai kunci surga dalam haditsnya, hadits riwayat Imam Ahmad dalam Musnad-nya, sebagaimana disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam Ḥâdil Arwâḥ ilâ Bilâdil Afrâḥ halaman 68,

مِفْتَاحُ الْجَنَّةِ شَهَادَةُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ

Kunci surga adalah syahadat La Ilaha Illallah.”

Selanjutnya, kita panjatkan shalawat dan salam kepada Nabi kita tercinta, Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam.

Beliau adalah rahmat yang diutus oleh Allah untuk mengangkat umat dari kegelapan kekafiaran menuju cahaya tauhid dalam kemuliaan Islam. Dengan ajaran yang beliau bawa, kita tahu bahwa alam semesta ini adalah ciptaan Allah, maka sudah sepantasnya kita hanya menyembah kepada Allah Sang Maha Pencipta.

Tidak lupa, khatib berpesan kepada diri sendiri dan kepada seluruh jamaah yang hadir, marilah kita senantiasa menjaga ketakwaan kepada Allah dengan sebenar-benar ketakwaan. Ingatlah, sebaik-baik bekal kita menuju Allah adalah ketakwaan itu sendiri. Takwa yang memurnikan niat, menuntun langkah, dan menguatkan hati di jalan yang Allah ridai.

Penanaman Nilai Tauhid dalam Keluarga

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah subhanahu wa taala

Pada hari yang berbarakah ini, kami ingin mengingatkan diri kami dan jamaah semua tentang satu tanggung jawab yang mulia dan berat, yaitu kewajiban seorang kepala keluarga dalam menjaga dan mendidik keluarganya tentang tauhid.

Hal ini didasari dengan firman Allah subhanahu wataala, dalam Surat at-Tahrim ayat 6,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا

Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.”

Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa Surat at-Tahrim ayat 6 ini berisi penjelasan kewajiban bagi kepala keluarga untuk mendidik keluarga agar terhindar dari api neraka.

Lalu bagaimana agar keluarga terhindar dari api neraka?

Salah satu yang paling utama yaitu dengan menanamkan nilai tauhid pada mereka. Berdasarkan pada sabda Nabi Muhammad dalam Shahih Muslim, no. 26,

مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ

Barang siapa yang meninggal dengan mengakui tauhid La Ilaha Illallah, maka dia akan masuk surga.”  

Imam an-Nawawi dalam kitab syarh-nya menjelaskan terkait hadits tersebut bahwa mazhab Ahlus Sunnah wal Jamaah dari generasi salaf dan khalaf adalah bahwa siapa pun yang mati dalam keadaan mengesakan Allah, bertauhid, pasti akan masuk surga tanpa terkecuali.

Maknanya, kita dan keluarga kita akan selamat dari neraka dan masuk ke dalam surga, jika kita bisa betul-betul menjaga tauhid kita hingga ajal menjemput.

Saudara-saudara sekalian, ayat ini adalah seruan yang penuh makna, mengingatkan kita akan tanggung jawab yang harus kita emban sebagai kepala keluarga. Sebagai seorang suami atau calon suami kelak, kita adalah pemimpin, dan Allah telah mempercayakan amanah ini kepada kita.

Tanggung jawab kita bukan hanya sekadar memenuhi kebutuhan lahiriah keluarga, tetapi juga membimbing mereka dalam mengenal dan mengamalkan tauhid.

Apa artinya kita memberi makan dan tempat tinggal, tetapi mengabaikan pendidikan iman dan tauhid dalam diri istri dan anak-anak kita? Kita harus menyadari, bahwa tidak ada sesuatupun yang lebih berharga dari iman dan tauhid.

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah subhanahu wa taala

Jika demikian, apa sebenarnya tauhid itu?

Secara umum, tauhid dipahami sebagai pengakuan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, yaitu dengan mengucapkan kalimat لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّٰهُ (Lâ ilâha illallâh) dengan penuh keyakinan terhadap maknanya. Tentunya tauhid tidak cukup hanya dengan pengakuan lisan atau keyakinan dalam hati, namun membutuhkan pembuktian dengan perbuatan.

Imam al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah menyatakan bahwa para sahabat, tabiin, dan ulama Ahlus Sunnah setelah mereka sepakat bahwa amal termasuk bagian dari iman. Mereka berpendapat bahwa iman terdiri dari ucapan, tindakan, dan akidah (keyakinan).

Ibnu Abdil Barr dalam kitabnya at Tamhid menjelaskan bahwa menurut ulama Ahlus Sunnah, mereka sepakat bahwa iman meliputi ucapan dan perbuatan, serta tidak ada amal yang diterima tanpa disertai niat. Beliau menambahkan bahwa menurut Ahlus Sunnah, iman dapat meningkat melalui ketaatan dan menurun akibat maksiat.

Oleh karena itu, jamaah sekalian yang dirahmati Allah, setidaknya terdapat tiga nilai tauhid yang wajib kita tanamkan pada diri kita dan keluarga.

Hadirin yang berbahagia

Pertama: Keyakinan akan keberadaan Allah sebagai Tuhan semesta alam

Keyakinan ini merupakan fondasi utama dalam iman kita sebagai seorang Muslim. Dalam istilah para ulama, inilah yang disebut sebagai Tauhid Rububiyah. Artinya, mengesakan Allah subhanahu wa taala dalam segala perbuatan-Nya, seperti menciptakan, memberikan rezeki, menghidupkan dan mematikan, serta mendatangkan bahaya atau memberikan manfaat.

Semua tindakan ini adalah perbuatan yang hanya dimiliki oleh Allah subhanahu wa taala. Kita harus mengajarkan kepada keluarga kita bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang memiliki kekuasaan mutlak atas segala sesuatu. Allah adalah Pencipta alam semesta ini, yang menciptakan segala yang ada, mulai dari langit dan bumi hingga seluruh makhluk yang hidup di dalamnya.

Dalam al-Quran Surat ar-Ra’du ayat 16, Allah berfirman,

قُلْ مَن رَّبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ قُلْ اللَّهُ ۚ قُلْ أَفَأَتَّخِذْتُم مِّن دُونِهِ أَوْلِيَاءَ لَا يَمْلِكُونَ لِأَنفُسِهِم نَفْعًا وَلَا ضَرًّا

Katakanlah (Muhammad),‘Siapakah Tuhan langit dan bumi?’ Katakanlah,‘Allah.’ Katakanlah,‘Pantaskah kamu mengambil pelindung-pelindung selain Allah, padahal mereka tidak kuasa mendatangkan manfaat maupun menolak mudarat bagi dirinya sendiri?’”

Kedua: Pemurnian ibadah hanya kepada Allah

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah Subhanahu Wataala

Kemudian nilai tauhid yang kedua adalah pemurnian ibadah hanya kepada Allah.

Meyakini Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa harus dibuktikan dengan ibadah hanya kepada-Nya. Sebab ibadah konsekuensi dari tauhid. Oleh para ulama ini disebut sebagai tauhid uluhiyyah. Inti dari tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah dalam segala bentuk ibadah.

Ini berarti bahwa setiap bentuk ibadah, baik berupa shalat, zakat, puasa, haji atau pun berdoa, bertawasul, dan beristighasah, harus ditujukan hanya kepada Allah semata. Sebaliknya, kita juga harus menjauhi segala perbuatan dan keyakinan syirik berupa penyembahan kepada selain-Nya.

Ini sejalan dengan perintah Allah dalam al-Quran Surat al-Anbiya` ayat 25,

وَمَآ اَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَّسُوْلٍ اِلَّا نُوْحِيْٓ اِلَيْهِ اَنَّهٗ لَآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنَا۠ فَاعْبُدُوْنِ

Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Muhammad), melainkan Kami wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Aku, maka sembahlah Aku.”

Imam at-Thabari dalam tafsirnya terkait ayat ini mengatakan bahwa Allah menekankan bahwa setiap rasul yang diutus memiliki satu pesan pokok, yaitu tauhid mengesakan Allah dalam ibadah.

Tidak ada sesembahan yang layak untuk disembah di langit maupun di bumi selain Allah. Oleh karena itu, Allah memerintahkan agar kita memberikan pengabdian yang tulus dan murni hanya kepada-Nya serta mengakui keesaan-Nya dalam hal uluhiyah.

Oleh sebab itu, jamaah sekalian, hendaknya kita mengajarkan kepada keluarga kita untuk hanya beribadah kepada Allah semata dan menjauhi syirik. Selain itu, kita juga harus memberi contoh dalam kehidupan sehari-hari.

Tunjukkan kepada mereka bagaimana kita mengandalkan Allah dalam setiap urusan, mengucapkan doa sebelum melakukan aktivitas, dan bersyukur atas segala nikmat yang diberikan. Mari kita ajarkan mereka untuk mencintai Allah dan merasakan kedekatan dengan-Nya melalui ibadah yang kita lakukan bersama.

Dengan demikian, kita tidak hanya mengajarkan konsep, tetapi juga memberikan pengalaman langsung tentang bagaimana mengimplementasikan nilai tauhid dalam kehidupan sehari-hari.

Ketiga: Mengesakan Allah dengan mengenalkan nama-nama dan sifat-sifat-Nya yang mulia

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah subhanahu wa taala

Adapun nilai tauhid ketiga yang harus kita tanamkan, yaitu mengesakan Allah dengan mengenalkan nama-nama dan sifat-sifat-Nya yang mulia, asmaul husna wa shifatil ulya.

Ahlus Sunnah wal Jamaah berkeyakinan bahwa Allah subhanahu wa taala memiliki nama-nama yang terbaik serta sifat-sifat yang sempurna, yang merupakan keistimewaan yang khusus dimiliki-Nya.

Karena itu, kita harus menjadikan Allah tabaraka wa taala sebagai satu-satunya Dzat yang memiliki nama-nama dan sifat-sifat tersebut. Inilah esensi dari tauhid asma wa shifat, yang menegaskan bahwa Allah adalah satu-satunya Dzat yang memiliki nama-nama terbaik dan sifat-sifat yang sempurna.

Dalam al-Quran, Allah menyebutkan nama-nama-Nya dalam beberapa ayat dengan sebutan al-Husna. Misalnya dalam Surat al-A’raf ayat 180, Allah berfirman,

وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا

Dan Allah memiliki Asmaul-husna (nama-nama yang terbaik), maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebutnya Asmaul-husna itu.”

Begitu pula dalam Surat al-Isra` ayat 110, Allah berfirman,

قُلِ ادْعُوا اللَّهَ أَوِ ادْعُوا الرَّحْمَـٰنَ أَيًّا مَّا تَدْعُوا فَلَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى

Katakanlah (Muhammad),‘Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu dapat menyeru, karena Dia mempunyai nama-nama yang terbaik (Asmaul husna).’”

Maka, jamaah yang dimuliakan Allah, penting bagi kita untuk menghayati, menadaburi, dan kalau perlu menghafalkan nama-nama Allah serta sifat-sifat-Nya.

Allah sendiri sudah menyebutkan nama-nama dan sifat-sifat-Nya dalam al-Quran al-Karim. Rasulullah juga menyebutkan dan menjelaskan maksud dari nama-nama dan sifat-sifat tersebut dalam haditsnya.

Maka, ketika kita menyebut ar-Rahman, yang artinya Allah Sang Maha Pengasih, kita diingatkan akan cinta-Nya yang tak terbatas kepada seluruh makhluk. Setiap kali kita mengucapkan ar-Rahim, kita diajarkan untuk berbuat baik dan saling menyayangi, karena Allah selalu memberi rahmat-Nya kepada kita tanpa memandang status dan kedudukan.

Tentu, nama-nama ini bukan sekadar rangkaian kata, tetapi merupakan pancaran sifat-sifat Allah yang seharusnya kita tiru dalam perilaku sehari-hari. Kita harus tanamkan kepada diri dan keluarga kita bahwa dengan mengenal dan menghayati Asmaul Husna, kita akan semakin dekat dengan-Nya. Jika kita semakin mengenalnya, niscaya tauhid dalam diri kita akan semakin kokoh.

Demikianlah materi khutbah Jumat dengan tema menanamkan nilai tauhid dalam keluarga. Semoga dengan menjaga tauhid tersebut, kita termasuk hamba-Nya yang selamat di dunia dan akhirat.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

KHUTBAH KEDUA

إِنَّ الْحَمْدَ لِلّٰهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ.

أَمَّا بَعْدُ.

فَيَا عِبَادَ اللهِ اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ، يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيمًا.

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَارْحَمْهُمْ كَمَا رَبَّوْنَا صِغَارًا.

اَللّٰهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ.

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا.

اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ.

اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْبَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ.

اَللّٰهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ حُكَّامًا وَمَحْكُوْمِيْنَ، يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ اشْفِ مَرْضَانَا وَمَرْضَاهُمْ، وَفُكَّ أَسْرَانَا وَأَسْرَاهُمْ، وَاغْفِرْ لِمَوْتَانَا وَمَوْتَاهُمْ، وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ، يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. وَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ الْجَلِيْلَ يَذْكُرْكُمْ، وَأَقِمِ الصَّلَاةَ.

Download PDF Materi Khutbah Jumat
Menanamkan Nilai Tauhid dalam Keluarga
di sini:

Semoga bermanfaat!

Anda ingin mendapat kiriman update materi khutbah
& artikel dakwah.id melalui WhatsApp?

Topik Terkait

Adib Fattah

Mahasiswa Program Kaderisasi Ulama (PKU) UNIDA Gontor, Jawa Timur.

Discover more from Dakwah.ID

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading