Gambar Tazkiyatun Nafsi #4 Hati yang Sakit dan Hati yang Sehat dakwah.id.jpg

Tazkiyatun Nafsi #4: Hati yang Sakit dan Hati yang Sehat

Terakhir diperbarui pada · 341 views

Artikel berjudul “Hati yang Sakit Hati dan Hati yang Sehat” ini merupakan artikel ke-04 dari serial Tazkiyatun Nafsi yang disarikan dari kitab Tazkiyatun Nufus karya Syaikh Ahmad Farid.

***

Allah subhanahu wata’ala berfirman,

اِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤىِٕكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔوْلًا

Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan dimintai pertanggungjawaban.” (QS. Al-Isra’: 36).

Peran hati bagi seluruh anggota badan ibarat raja bagi para prajuritnya. Semua bekerja berdasar perintahnya. Semua tunduk kepadanya. Karena perintah hatilah, istiqamah dan penyelewengan itu ada. Begitu pula dengan semangat untuk bekerja.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

الجَسَدِ مُضْغَةَ إِذَا صَلُحَتْ صَلُحَ اَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ اَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ

Ketahuilah, di dalam tubuh itu ada segumpal daging. Bila ia baik, maka baik pulalah seluruh tubuh. Dan apabila ia rusak, maka rusak pulalah seluruh tubuh. Ketahuilah itu adalah hati.” (HR. Al-Bukhari no. 1/126; HR. Muslim no. 11/26)

Hati adalah raja. Seluruh tubuh adalah pelaksana titah-titahnya, siap menerima hadiah apa saja. Aktivitasnya tidak dinilai benar jika tidak diniatkan dan dimaksudkan oleh sang hati. Di kemudian hari, hati akan ditanya tentang para prajuritnya. Sebab setiap pemimpin itu bertanggung jawab atas yang dipimpinnya.

Maka, pembenaran dan pelurusan hati merupakan perkara yang paling utama untuk diseriusi oleh orang-orang yang menempuh jalan menuju Allah.

Demikian pula, mengkaji penyakit-penyakit hati dan metode mengobatinya merupakan bentuk ibadah yang utama bagi ahli ibadah.

Macam-macam Hati

Hati itu bisa hidup dan bisa mati. Sehubungan dengan itu, hati dapat dikelompokkan menjadi tiga:

Pertama: Hati yang sehat.

Kedua: Hati yang mati.

Ketiga: Hati yang sakit.

Pertama: Hati yang Sehat

Hati yang sehat, adalah hati yang selamat. Barang siapa pada hari kiamat nanti menghadap Allah tanpa membawa hati yang sehat, akan celaka.

Allah subhanahu wata’ala berfirman,

يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَّلَا بَنُوْنَ. اِلَّا مَنْ اَتَى اللّٰهَ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍ ۗ

(Yaitu) pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS. As-Syu’ara: 88—89).

Hati yang selamat didefinisikan sebagai hati yang terbebas dari setiap syahwat, keinginan yang bertentangan dengan perintah Allah dan dari setiap syubhat, ketidakjelasan yang menyeleweng dari kebenaran. Hati yang tidak pernah beribadah kepada selain Allah dan berhukum kepada selain Rasulullah. ‘Ubudiyah-nya murni kepada Allah. Iradah, mahabbah, inabah, ikhbat, khasyyah, raja’, dan amalnya, semuanya lillah, semata karena Allah.

Jika ia mencintai, membenci, memberi, dan menahan diri, semuanya dilakukan karena Allah. Ini saja tidak dirasa cukup, sampai ia benar-benar terbebas dari sikap tunduk dan berhukum kepada selain Rasulullah. Hatinya telah terikat kepadanya dengan ikatan yang kuat untuk menjadikannya sebagai satu-satunya panutan, dalam perkataan dan perbuatan. Ia tidak akan berani bersikap lancang, mendahuluinya dalam hal akidah, perkataan atau pun perbuatan.

Allah subhanahu wata’ala berfirman,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُقَدِّمُوْا بَيْنَ يَدَيِ اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ

Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian bersikap lancang (mendahului) Allah dan Rasul-Nya, dan bertakwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Hujurat: 1)

Kedua: Hati yang Mati

Hati yang mati, adalah hati yang tidak mengenal siapa Rabbnya. Ia tidak beribadah kepada-Nya, enggan menjalankan perintah-Nya atau menghadirkan sesuatu yang dicintai dan diridhai-Nya.

Hati seperti ini selalu berjalan bersama hawa nafsu dan kenikmatan duniawi, walaupun itu dibenci dan dimurkai oleh Allah. Ia tidak peduli kepada keridhaan atau kemurkaan Allah. Baginya, yang penting adalah memenuhi keinginan hawa nafsu. Ia menghamba kepada selain Allah. Jika ia mencinta, membenci, memberi, dan menahan diri.

Semuanya karena hawa nafsu. Hawa nafsu telah menguasainya dan lebih ia cintai daripada keridhaan Allah. Hawa nafsu telah menjadi pemimpin dan pengendali baginya. Kebodohan adalah sopirnya, dan kelalaian adalah kendaraan baginya. Seluruh pikirannya dicurahkan untuk menggapai target-target duniawi.

Ia diseru kepada Allah dan negeri akhirat, tetapi ia berada di tempat yang jauh, sehingga ia tidak menyambutnya. Bahkan ia setia mengikuti setan yang sesat.

Hawa nafsu telah menjadikannya tuli dan buta terhadap kebenaran. Bergaul dengan orang yang hatinya mati adalah penyakit, berteman dengannya adalah racun, dan bermajelis dengan mereka adalah bencana.

Ketiga: Hati yang Sakit

Hati yang sakit adalah hati yang hidup namun mengandung penyakit. Ia akan mengikuti unsur yang kuat. Kadang-kadang ia cenderung kepada “kehidupan”, dan kadang-kadang pula cenderung kepada “penyakit”.

Padanya terdapat kecintaan, keimanan, keikhlasan, dan tawakkal kepada Allah, yang merupakan sumber kehidupannya. Padanya pula ada kecintaan dan ketamakan terhadap syahwat, hasad, kibr (sombong), dan sifat ujub, yang merupakan sumber bencana dan kehancurannya.

Khutbah Jumat Singkat: Lima Tanda Penyakit Hati

Ia ada di antara dua penyeru: (1) penyeru kepada Allah, rasul, dan hari akhir; dan (2) penyeru kepada kehidupan duniawi.

Seruan yang akan disambutnya adalah seruan yang paling dekat dan paling akrab.

Demikianlah. Hati yang pertama adalah hati yang hidup, khusyuk, tawadhu’, lembut, dan selalu berjaga. Hati yang kedua adalah hati yang gersang dan mati. Hati yang ketiga adalah hati yang sakit, kadang-kadang dekat kepada keselamatan dan kadang-kadang dekat kepada kebinasaan.

Indikasi Sakit-Sehatnya Hati

Hati seseorang itu bisa sakit. Sakitnya bisa semakin parah dan ia tidak menyadarinya. Bahkan bisa jadi hati telah mati, tanpa disadari pemiliknya.

Pertanda hati itu sakit atau telah mati adalah tidak lagi dapat merasakan sakitnya bermaksiat dan betapa menderitanya berada dalam kebodohan tentang kebenaran serta memiliki akidah yang sesat.

Sebab, hati yang hidup pasti merasa tersiksa bila melakukan perbuatan buruk. Begitu pula jika ia bodoh tentang kebenaran.

Terkadang, seseorang yang memiliki hati yang sakit dapat merasakan penyakitnya. Namun, ia tidak tahan mengecap pahitnya obat penawar. Dan ia pun lebih memilih menderita penyakit untuk selamanya.

Di antara tanda sakitnya hati, adalah keengganan mengonsumsi “makanan” yang bermanfaat. Justru cenderung kepada yang mendatangkan mudharat.

Juga enggan terhadap obat yang berguna dan cenderung kepada penyakit yang berbahaya.

Hati yang sehat selalu mengutamakan “makanan” yang bermanfaat daripada racun yang mematikan. Makanan terbaik adalah keimanan. Obat terbaik adalah al-Quran.

Adapun tanda sehatnya hati adalah “kepergiannya” dari dunia menuju ke negeri akhirat. Di sana ia tinggal, dan, seakan-akan menjadi penghuninya. Kehadirannya di dunia ini, ibarat orang asing yang mengambil kebutuhannya, lalu kembali ke negerinya.

Kepada Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpesan,

كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ

Di dunia ini, hendaknya kamu berlaku seperti orang asing, atau orang yang lewat.” (HR. Al-Bukhari no. 233)

Tanda sehatnya hati adalah selalu mengingatkan si empunya, sehingga ia mau kembali ke jalan Allah; tunduk dan bergantung kepada-Nya seperti bergantungnya seorang yang mencinta kepada yang dicintainya. Ia hanya butuh cinta-Nya. Ia selalu berzikir dan berkhidmat kepada-Nya.

Tanda sehatnya hati adalah jika si empunya hati ketinggalan atau tidak sempat melaksanakan wirid (bacaan rutin berupa zikir atau al-Quran) atau suatu ibadah, ia akan merasa sakit dan tersiksa melebihi orang kaya yang kehilangan harta. Wallahu a’lam (Tazkiyatun Nufus, Syaikh Ahmad Farid/dakwah.id)

Serial Tazkiyatun Nafsi terbaru:

Topik Terkait

Sodiq Fajar

Bibliofil. Pemred dakwah.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *