Amalan Sunnah di Hari Raya Idul Fitri-dakwah.id

3 Amalan Sunnah di Hari Raya Idul Fitri

Terakhir diperbarui pada · 4,748 views

Artikel yang berjudul “3 Amalan Sunnah Hari Raya Idul Fitri” ini adalah artikel ke-18 dari serial artikel #MadrasahRamadhan

 

Hari raya Idul Fitri adalah hari penuh kegembiraan dan keceriaan. Setelah sebulan berpuasa  menahan lapar dan dahaga, pada hari raya Idul Fitri semua kembali seperti biasa. Kembali dibolehkan untuk makan dan minum.

Itulah sebabnya penamaan hari raya dengan al-‘Id yang secara bahasa berarti sesuatu yang terus terulang setiap tahun. Dan padanya Allah jadikan banyak kebaikan bagi hamba-hamba-Nya. (Al-Iqna’, Muhammad bin Ahmad al-Khatib asy-Syarbini, 1/380)

Manusia secara fitrahnya membutuhkan waktu untuk bersenang-senang, saat-saat di mana mereka bergembira melepas lelah. Setiap agama memiliki hari raya, dan Islam menjadikan hari raya bagi kaum muslimin pada dua waktu; Idul Fitri dan Idul Adha.

Hal ini sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu:

كَانَ لأَهْلِ الْجَاهِلِيَّةِ يَوْمَانِ فِي كُلِّ سَنَةٍ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا، فَلَمَّا قَدِمَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم الْمَدِينَةَ،

قَالَ: كَانَ لَكُمْ يَوْمَانِ تَلْعَبُونَ فِيهِمَا وَقَدْ أَبْدَلَكُمُ اللَّهُ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا: يَوْمَ الْفِطْرِ، وَيَوْمَ الأَضْحَى.

Dahulu orang-orang Jahiliyah memiliki dua hari raya setiap tahun, di mana mereka bersenang-senang di dalamnya. Maka ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam datang ke Madinah. Beliau bersabda, ‘Dahulu kalian memiliki dua hari di mana kalian bersenang-senang di dalamnya, dan Allah telah mengganti keduanya dengan yang lebih baik; hari raya Idul Fitri dan Idul Adha.” (HR. An-Nasa’i)

Artikel Fikih: Jangan Biarkan Dirimu Kehilangan Keutamaan Ramadhan

Maka hari raya Idul Fitri adalah momentum untuk merayakan kegembiraan, bentuk syukur atas nikmat yang Allah berikan berupa kemampuan dan kekuatan untuk menjalani puasa Ramadhan hingga selesai.

Salah satu hikmah dari hari raya, sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh ad-Dahlawi, hari raya Idul Fitri adalah waktu untuk keluar dari rumah dengan tampilan yang baik, di mana kaum muslimin memperindah tampilan mereka. (Shahih Fiqhu Sunnah, Abu Malik Kamal bin Sayyid Salim, 1/597)

Hari raya juga merupakan bagian dari syiar Islam seperti yang disebutkan oleh Imam al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin. Karena, pada saat itu takbir digemakan, pakaian terbaik dikenakan, parfum dan wewangian digunakan, kaum muslimin keluar menuju tempat shalat dengan keadaan yang baik dan penuh kegembiraan. (Ihya’ Ulum ad-Din, Muhammad bin Muhammad al-Ghazali, 1/235)

 

Beberapa Sunnah Hari Raya Idul Fitri

Pada hari raya Idul Fitri, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan bagaimana cara umatnya merayakan hari besar tersebut. Karena hari raya Idul Fitri bukan berarti momen hura-hura tanpa makna, tetapi terdapat tuntunan serta sunnah-sunnah yang dapat dikerjakan.

Ada banyak amalan sunnah hari raya Idul Fitri yang telah dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabat. Di antara sunnah-sunnah hari raya Idul Fitri sebagaimana berikut:

 

Amalan Sunnah Hari Raya Idul Fitri #1: Memperbanyak takbir

Disunnahkan memperbanyak takbir ketika Idul Fitri, karena hal tersebut merupakan bagian dari syiar kaum muslimin. Bertakbir dengan suara yang dikeraskan di rumah-rumah dan diperbolehkan juga mengumandangkannya lewat menara-menara masjid dengan pengeras suara. (Al-Mu’tamad fi Fiqhi asy-Syafi’i, Muhammad az-Zuhaili, 1/558)

Sunnah ini berdasarkan firman Allah Ta’ala:

وَلِتُكۡمِلُواْ ٱلۡعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُواْ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمۡ وَلَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ

Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al-Baqarah: 185)

Bertakbir dibolehkan sejak malam satu Syawal hingga shalat Idul Fitri didirikan. Sedangkan dalam Idul Adha, disunnahkan bertakbir setelah shalat lima waktu hingga berakhirnya hari Tasyriq.

Artikel Tazkiyatun Nafs: Belajar Mengendalikan Amarah di Madrasah Ramadhan

Adapun lafal takbir yang disunnahkan sebagaimana riwayat Ibnu Abi Syaibah dari Ibnu Mas’ud:

اللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، لَاإِلَهَ إِلَّا اللهُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدِ

Tapi juga dibolehkan dengan lafal takbir tiga kali sebagaimana riwayat Imam al-Baihaqi dari Ibnu Abbas.

Menurut Syaikh Abu Kamal Malik, tidak ada riwayat yang shahih secara marfu’ kepada Nabi tentang lafal takbir pada hari Id, akan tetapi riwayat-riwayat dari para sahabat menunjukkan akan kesunnahan hal tersebut, meski dengan lafal yang memiliki sedikit perbedaan. (Shahih Fiqhu as-Sunnah, Abu Malik Kamal, 1/603-604)

Namun pada substansinya adalah disunnahkan memperbanyak takbir saat hari raya, naik pada hari raya Idul Fitri maupun Idul Adha.

 

Amalan Sunnah Hari Raya Idul Fitri #2: Memperindah penampilan

Keindahan dalam penampilan juga merupakan bagian dari hal yang disunnahkan untuk diperhatikan dalam hari raya. Sebagaimana yang telah disebutkan, bahwa hari raya Id merupakan syiar kaum muslimin. Maka menampakkan keindahan adalah bagian dari syiar itu sendiri.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan beberapa hal terkait estetika dalam berpenampilan ketika hari raya. Beberapa di antaranya adalah,

Materi Khutbah Jumat: Merindukan Bulan Ramadhan

Pertama, Mandi. Disunnahkan untuk mandi dan membersihkan diri pada hari raya ‘id. Seperti yang dijelaskan oleh Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma,

Bahwa Rasulullah mandi pada hari Idul Fitri sebelum berangkat (shalat ‘id).” (HR. Malik dalam Al-Muwatha’ dan al-Baihaqi)

Adapun waktu mandi yang dianjurkan adalah sebelum subuh atau setelahnya, dan mandi ini disunnahkan bagi yang akan menghadiri shalat dan juga yang tidak menghadirinya. Karena tujuan dari mandi itu sendiri adalah untuk membersihkan badan dan memperindah penampilan.

Artikel Fikih: Membaca al-Kahfi Pada Malam Jumat atau Hari Jumat?

Kedua, memakai pakaian terbaik yang dimiliki dan memakai wewangian. Hal ini juga bagian dari nilai estetika yang disunnahkan untuk diamalkan pada hari raya.  Sebagaimana hadits Anas bin Malik:

أَمَرَنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْعِيدَيْنِ أَنْ نَلْبَسَ أَجْوَدَ مَا نَجِدُ، وَأَنْ نَتَطَيَّبَ بِأَجْوَدَ مَا نَجِدُ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kami ketika hari raya Idul Fitri dan Idul Adha untuk mengenakan pakai terbaik yang kami punya dan memakai parfum terbaik yang kami punya.” (HR. Al-Hakim dalam Mustadrak)

Syaikh Muhammad az-Zuhaili menambahkan, juga termasuk dalam hal ini adalah disunnahkannya merapikan rambut, memotong kuku, menghilangkan bau dari badan dan pakaian. (Al-Mu’tamad fi Fiqhi asy-Syafi’i, Muhammad az-Zuhaili, 1/561)

Karena hari raya Idul Fitri adalah hari berkumpul kaum muslimin, mereka saling bertemu, menyapa, saling mengunjungi, dan kegiatan kolektif lainnya. Maka dengan penampilan yang baik, wangi, dan rapi merupakan pendukung terjadinya harmoni pada hari raya Idul Fitri.

 

Amalan Sunnah Hari Raya Idul Fitri #3: Menampakkan syiar Islam

Pada hari raya Idul Fitri kaum muslimin akan keluar dari rumah mereka menuju tempat shalat yang biasa dilaksanakan di tanah lapang. Mereka keluar beramai-ramai dalam balutan pakaian yang indah, tampilan yang wangi dan rapi, serta lisannya yang mengumandangkan takbir.

Inilah syiar kebaikan yang merupakan bagian dari sunnah hari raya. Sebuah upaya kampanye dalam menampilkan keindahan dan kesempurnaan Islam serta pemeluknya.

Dalam hal ini ada beberapa amalan yang diperintahkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

Pertama, melaksanakan shalat Idul Fitri di tanah lapang. Hal ini juga dianjurkan atas semua kalangan, baik dewasa, anak-anak, pria, dan wanita. Bahkan wanita haid juga diperintahkan untuk menghadirinya meskipun tidak untuk shalat. Karena shalat Id ini termasuk syiar Islam yang terbesar.

Materi Khutbah Jumat: Ramadhan Adalah Madrasah Ikhlas

Termasuk hikmah diadakannya shalat Id di tanah lapang adalah, agar kaum muslimin bisa berkumpul di satu tempat dengan semangat persatuan dan membuang sekat-sekat golongan dan kelompok. (Shahih Fiqhi as-Sunnah, Abu Malik Kamal, 1/598)

Kedua, disunnahkan bersegera menuju tempat shalat Id dengan berjalan kaki dan pulang dengan melewati jalan yang berbeda. Hal ini berdasarkan hadits Jabir bin Abdillah,

Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pada hari Id (pulang) dengan jalan yang berbeda.” (HR. Al-Bukhari)

Hal ini juga merupakan bagian dari syiar, di mana bersegera menuju tempat shalat menunjukkan semangat dan antusias kaum muslimin dalam berhari raya, dan dengan menggunakan jalan yang berbeda saat pulang memberi kesan bagaimana kaum muslimin menyebar untuk menampakkan kebaikan Islam kepada lingkungan.

 

Amalan Sunnah Hari Raya Idul Fitri #3: Mengucap Selamat dan saling mendoakan

Salah satu sunnah dan kebiasaan para sahabat adalah saling mendoakan ketika hari raya Id dengan saling mengucapkan,

تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ

Semoga Allah menerima amal kami dan kalian.” (HR. Al-Baihaqi dalam Sunan al-Kubra)

 

Menjalani Idul Fitri Saat Pandemi

Hari raya Idul Fitri pada tahun ini mungkin berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Pandemi virus Corona menjadi sebab terhalangnya beberapa ibadah terkait Idul Fitri harus ditiadakan, tentunya hal tersebut demi maslahat dan kebaikan yang lebih besar.

Akan tetapi bukan berarti amalan sunnah hari raya Idul Fitri ditinggalkan begitu saja. Sebagaimana kaidah fikih berbunyi,

مَا لَا يُدْرَكُ كُلُّهُ لَا يُتْرَكُ جُلُّهُ

Apa yang tidak bisa dikerjakan semuanya, maka tidak ditinggalkan semuanya.”

Artikel Sejarah Islam: Ain Jalut, Saksi Bisu Ketika Mongol Bertekuk Lutut

Meskipun beberapa dari rangkaian ibadah dan amalan sunnah pada hari raya Idul Fitri tidak bisa dikerjakan, seperti shalat Idul Fitri di lapangan secara berjamaah, maka tetap sunnah-sunnah lainnya seperti mandi, memakai pakaian terbaik, wewangian, dan memperbanyak takbir tetap dikerjakan.

Karena Allah tidak membebani hamba-hamba-Nya di luar batas kemampuan mereka. Allah berfirman,

فَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ مَا ٱسۡتَطَعۡتُمۡ

Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu.” (QS. At-Taghabun: 16) Wallahu a’lam. (Fajar Jaganegara/dakwah.id)

Artikel Fikih terbaru:

Topik Terkait

Fajar Jaganegara, S.pd

Pengagum sejarah, merawat ingatan masa lalu yang usang tertelan zaman. Mengajak manusia untuk tidak cepat amnesia. Pengagum perbedaan lewat khazanah fikih para ulama. Bahwa dengan berbeda, mengajarkan kita untuk saling belajar dan berlapang dada.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *