Semangat Sedekah di Bulan Ramadhan Hadits Puasa #8-dakwah.id

Semangat Sedekah di Bulan Ramadhan — Hadits Puasa #8

Terakhir diperbarui pada · 1,667 views

Semangat Sedekah di Bulan Ramadhan — Hadits Puasa #8

 

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ، وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ القُرْآنَ، فَلَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ بِالخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ المُرْسَلَةِ

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling dermawan, terutama di bulan Ramadhan. Karena setiap tahun Jibril selalu menemui beliau tiap-tiap malam, hingga habis bulan Ramadhan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memperdengarkan bacaan al-Quran kepadanya (dan Jibril menyimak). Apabila Jibril mendatanginya, beliau lebih giat lagi dalam berderma melebihi angin yang berhembus.” (HR. Al-Bukhari No. 6; HR. Muslim No. 2308)

Hadits di atas memberikan motivasi untuk dermawan, gemar berinfak dan sedekah di setiap waktu, dan lebih meningkatkan lagi semangat berderma, berinfak dan sedekah di bulan Ramadhan.

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma telah menyifati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan sifat juud (dermawan). Dan sifat dermawan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di bulan Ramadhan lebih meningkat dibanding bulan-bulan lainnya.

Baca juga: Obat yang Membatalkan Puasa Ramadhan — Hadits Puasa #2

Tak sampai di situ, Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma menganalogikan sifat dermawan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan angin yang berhembus (ar-Riih ar-Mursalah). Maknanya, bersegeranya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam kedermawanan melebihi kecepatan hembusan angin.

Analogi dalam teks hadits tersebut menggunakan istilah al-Mursalah, menunjukkan hembusan kasih sayang yang berkesinambungan tanpa henti dan kemanfaatan dari kedermawanan beliau yang merata.

Al-Juud adalah sifat dermawan atau kebajikan. Dengan pengertian lain, sifat lapang dan besarnya nilai atau nominal dalam memberi. Termasuk di dalamnya sedekah dan berbagai macam bentuk amal kebajikan.

Faedah utama yang dapat dipetik dari hadits di atas adalah motivasi untuk semangat berderma dan melakukan amal kebajikan di setiap waktu, dan lebih ditingkatkan lagi intensitasnya di bulan Ramadhan.

Meningkatkan Sedekah di Bulan Ramadhan adalah teladan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

Umat Islam semestinya menempatkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada urutan pertama dalam hal keteladanan. Sehingga, dalam hal ini, hendaknya umat Islam berteladan kepada beliau dalam kedermawanan dan semangat beramal kebajikan; bersedekah kepada orang-orang fakir dan membutuhkan untuk mengangkat derajat sosial mereka, saling memberi dengan tetangga, menyambung tali silaturahmi, bersemangat dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.

Imam asy-Syafii rahimahullah berkata,

فَأَحِبُّ لِلرَّجُلِ الزِّيَادَةَ بِالْجُودِ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ اقْتِدَاءً بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَلِحَاجَةِ النَّاسِ فِيهِ إِلَى مَصَالِحِهِمْ، وَتَشَاغُلِ كَثِيرٍ مِنْهُمْ بِالصَّوْمِ وَالصَّلَاةِ، عَنْ مَكَاسِبَهُمْ

“Aku menganjurkan siapa pun untuk meningkatkan kedermawanannya di bulan Ramadhan sebagai wujud keteladanannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ditambah lagi pada bulan tersebut orang-orang sedang banyak kebutuhan sementara mereka disibukkan dengan ibadah puasa dan shalat sehingga tidak dapat bekerja.” (Ma’rifatu as-Sunan wa al-Atsar, Imam Al-Baihaqi, 6/382)

Baca juga: Keutamaan Membaca Al-Quran di Bulan Ramadhan — Hadits Puasa #6

Barangkali, orang yang sedang puasa tergerakkan hatinya untuk banyak berinfak dan sedekah di bulan Ramadhan berasal dari perenungannya ketika dirinya masih diberi nikmat oleh Allah ‘azza wajalla untuk menjalankan puasa dan diberi kemudahan untuk mendapatkan berbagai kebutuhan, di waktu yang bersamaan ia merenungi kondisi saudara-saudaranya yang fakir yang kesulitan untuk mendapatkan apa yang mereka butuhkan. Dan akhirnya hatinya tergugah untuk bersedekah dan beramal kebajikan kepada mereka.

Kombinasi antara puasa (termasuk di dalamnya shalat malam) dan memberi makan atau sedekah di bulan Ramadhan adalah kombinasi terbaik dalam proses penghapusan dosa dan menjauhkan diri dari Neraka.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَلَا أَدُلُّكَ عَلَى أَبْوَابِ الخَيْرِ: الصَّوْمُ جُنَّةٌ، وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الخَطِيئَةَ كَمَا يُطْفِئُ المَاءُ النَّارَ، وَصَلَاةُ الرَّجُلِ مِنْ جَوْفِ اللَّيْلِ ” قَالَ: ثُمَّ تَلَا {تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ المَضَاجِعِ} [السجدة: 16]، حَتَّى بَلَغَ {يَعْمَلُونَ} [السجدة: 17]

Maukah jika aku tunjukkan kepadamu pintu-pintu kebaikan? Puasa adalah perisai, dan sedekah itu memadamkan dosa layaknya air yang memadamkan api, dan shalatnya seseorang di pekatnya malam.” Muadz bin Jabal berkata, “Kemudian beliau (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) melantunkan ayat, ‘Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya.’ (QS. As-Sajdah: 16) hingga sampai ayat, ‘..yang mereka kerjakan.’ (QS. As-Sajdah: 17).” (HR. At-Tirmizi No. 2616; HR. Ibnu Majah No. 2973; HR. Ahmad, 36/344. Hadits shahih)

Baca juga: Jenazah korban Bunuh Diri Dishalati atau Enggak? Bagaimana Pendapat Ulama?

Dahulu kala, para salaf sangat bersemangat dalam memberi makan orang-orang fakir dan menyediakan menu buka puasa. Bahkan, tak sedikit dari mereka yang memberikan hidangan buka puasa untuk orang lain sementara dirinya juga sedang puasa. Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma, Daud ath-Tha’i, Malik bin Dinar, Ahmad bin Hanbal rahimahullah di antara contohnya.

Sedekah di bulan Ramadhan dapat dilakukan dengan cara menyediakan makanan bagi keluarga miskin, atau dapat juga menggalang donasi untuk memenuhi kebutuhan mereka baik dalam bentuk dana, sandang, atau pangan yang mereka butuhkan.

Cara pertama lebih utama untuk dilakukan, karena tujuan utama dari amal kebajikan ini adalah pahala yang ingin diraih orang yang bersedekah dan manfaat yang didapat oleh orang fakir yang diberi. Wallahu a’lam [Sodiq Fajar/dakwah.id]

 

اَللَّهُمَّ طَهِّرْ قُلُوْبَنَا مِنَ النِّفَاقِ، وَأَعْمَالَنَا مِنَ الرِّيَاءِ، وَأَلْسِنَتَنَا مِنَ الْكَذِبِ، وَأَعْيُنَنَا مِنَ الْخِيَانَةِ، فَإِنَّكَ تَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِيْ الصُّدُوْرُ، وَاغْفِرْ اَللَّهُمَّ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَلِجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ.

Ya Allah, sucikan hati kami dari penyakit kemunafikan, sucikan amalan kami dari penyakit riya’, sucikan lisan kami dari penyakit dusta, sucikan penglihatan kami dari penyakit khianat, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui pengkhianatan mata dan segala yang tersembunyi dalam dada, ampuni kami Ya Allah, ampuni kedua orang tua kami dan seluruh kaum muslimin.

 

Diadaptasi dari kitab: Mukhtashar Ahadits ash-Shiyam
Penulis: Syaikh Abdullah bin Shalih al-Fauzan
Penerjemah: Sodiq Fajar

Topik Terkait

Sodiq Fajar

Bibliofil. Pemred dakwah.id

0 Tanggapan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *