Materi Khutbah Jumat Petaka Ketiadaan Ulama di Tengah Umat dakwah.id

Materi Khutbah Jumat Petaka Ketiadaan Ulama di Tengah Umat

Terakhir diperbarui pada · 2,997 views

Materi Khutbah Jumat
Petaka Ketiadaan Ulama di Tengah Umat

Oleh: Abdul Halim Tri Hantoro, S.Pd.I

  • Link download PDF materi khutbah Jumat ada di akhir tulisan.
  • Jika ingin copy paste materi khutbah Jumat ini untuk keperluan repost di media lain, silakan baca dan patuhi ketentuannya di sini: copyright

 

*) Link download PDF materi khutbah Jumat ini ada di akhir tulisan.

الْحَمْدُ لله الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ، وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّوْرَ ثُمَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُوْنَ، وَالْحَمْدُ لله حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ،

أَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ فَقَالَ تَعَالَى:

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

فَإنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ. أَمَّا بَعْد

 

Segala puji bagi Allah Ta’ala yang mengatur alam semesta, yang telah mengutus para utusan untuk menyampaikan kabar gembira dan ancaman dan menjadikan pewaris mereka adalah para ulama rabbani yang tulus dan ikhlas. Barang siapa mengikuti mereka akan selamat dan barang siapa mendustai mereka akan celaka.

Allah berfirman,

هُوَ الَّذِيْٓ اَرْسَلَ رَسُوْلَهٗ بِالْهُدٰى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهٗ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهٖۙ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ

Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk (al-Quran) dan agama yang benar untuk diunggulkan atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai.” (QS. At-Taubah: 33)

Shalawat dan salam semoga tercurah untuk baginda Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Keluarga dan para sahabatnya. Semoga keselamatan juga Allah curahkan untuk umatnya yang selalu berpegang teguh kepada ajarannya.

Bertakwalah kepada Allah subhanahu wata’ala dengan sebenar-benar ketaqwaan, dalam arti kita selalu tunduk dan patuh terhadap segala perintah-Nya serta menjahui segala larangan-Nya.

Allah subhanahu wata’ala berfirman,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.” (QS. Ali Imran: 102)

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Keberadaan ulama di tengah umat tidak dapat diragukan urgensinya. Mereka adalah saksi Allah Ta’ala terhadap perkara yang paling agung untuk disaksikan, yakni mentauhidkan-Nya.

Imam Al-Qurthubi dalam menafsirkan ayat ke-18 surat Ali Imran, beliau menjelaskan bahwa ayat ini merupakan dalil akan keutamaan ilmu dan kemuliaan para ulama.

Andai saja ada seseorang yang lebih mulia daripada ulama, maka pastilah dirinya yang namanya akan disandingkan dengan malaikat sebagaimana dalam ayat.

Dalam surat Fathir ayat 28 disebutkan, Allah Ta’ala menjadikan para ulama adalah golongan yang paling takut kepada-Nya.

Dalam surat Zumar ayat 9 disebutkan, Allah enggan untuk menyamakan orang berilmu dengan orang yang jahil terhadap syariat Islam.

Dalam surat al-Mujadilah ayat 11 disebutkan, Allah Ta’ala mengangkat derajat orang yang berilmu kepada derajat yang tinggi.

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Dengan demikian, ketiadaan para ulama menjadi sumber malapetaka dan kerusakan yang akan menimpa sebuah tatanan masyarakat.

Sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala,

اَوَلَمْ يَرَوْا اَنَّا نَأْتِى الْاَرْضَ نَنْقُصُهَا مِنْ اَطْرَافِهَاۗ وَاللّٰهُ يَحْكُمُ لَا مُعَقِّبَ لِحُكْمِهٖۗ وَهُوَ سَرِيْعُ الْحِسَابِ

Dan apakah mereka tidak melihat bahwa Kami mendatangi daerah-daerah (orang yang ingkar kepada Allah), lalu Kami kurangi (daerah-daerah) itu (sedikit demi sedikit) dari tepi-tepinya?” (QS. Ar-Ra’du: 41)

Ibnu Abbas, sebagaimana dikutip oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya Al-Quran Al-‘Azhim berkata, hancurnya bumi adalah dengan wafatnya para ulama, fuqaha’ (ahli fikih) dan orang-orang shalih di dalamnya.

Demikian juga Imam Mujahid berpendapat maksud hancurnya bumi adalah dengan wafatnya para ulama.

Atha’ bin Abi Rabah juga mengatakan hal sama, maksudnya adalah dengan wafatnya para fakih dan orang-orang terbaiknya.

 

5 Petaka Ketiadaan Ulama di Tengah Umat

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Di antara malapetaka tiadanya ulama panutan di tengah masyarakat adalah sebagai berikut:

Pertama: Hilangnya Penuntun Jalan Menuju Surga

Ulama adalah penuntun umat ke jalan yang akan menghantarkan menuju surga Allah Ta’ala. Karena ulamalah yang mampu menjelaskan kepada mereka perkara yang halal dan haram, baik dan buruk, yang menyebabkan mendapat pahala atau dosa.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الجَنَّةِ

Barang siapa menempuh suatu perjalanan dalam rangka mencari ilmu maka Allah akan memudahkan jalannya menuju Surga.” (HR. At-Tirmidzi)

Para ulama menjelaskan tentang ‘menempuh suatu perjalanan dalam rangka mencari ilmu’ dalam hadits di atas ada dua makna.

Pertama, menempuh suatu perjalanan dalam artian berjalan kaki menuju majelis-majelis ilmu.

Kedua, menempuh suatu perjalanan dalam artian melakukan sebab yang dapat menjadikan seseorang menjadi ahli ilmu (ulama), baik dengan cara membaca, menghafal, menelaah kitab, memahami dan sebagainya.

Maka jelaslah bahwa para ulama itu memiliki peran penting yakni menuntun umat menuju jalan untuk mendapatkan surga.

Maka jika ulama tiada, maka siapakah orang yang lebih pantas dan layak untuk membimbing umat menuju jalan untuk mendapatkan surga Allah?

Kedua: Hilangnya Pengendali Segala Urusan Umat

Di dunia ini, terdapat manusia yang sekian banyaknya, juga binatang melata yang ada di bumi. Baik binatang liar di hutan maupun binatang ternak, semuanya berbeda-beda dan bermacam-macam jenis dan warna kulitnya.

Di antara semua itu, maka hanya para ulamalah dari hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya. Selain ulama tidak ada yang memiliki kesadaran yang tinggi dan pribadi takwa kepada Allah sebagaimana ulama.

Allah Ta’ala berfirman,

اِنَّمَا يَخْشَى اللّٰهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمٰۤؤُاۗ اِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ غَفُوْرٌ

Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara para hamba-Nya adalah para ulama dan sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Fathir: 28)

Menurut Ibnu Abbas arti ulama dalam ayat ini adalah orang-orang yang mengetahui bahwa Allah adalah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ia mengetahui tentang zat, sifat-sifat dan kekuasaan Allah, taat kepada-Nya. Ia hanya menghalalkan yang dihalalkan Allah dan mengharamkan yang diharamkan Allah, selalu menjaga dan melaksanakan perintah Allah, serta yakin bahwa nanti di akhirat akan bertemu dengan-Nya yang akan menghisab atau mengadili seluruh amal perbuatan manusia.

Dengan kriteria di atas maka, hanya ulama yang pantas mengendalikan urusan umat manusia secara umum dan orang-orang yang beriman secara khusus. Baik urusan yang terkait dengan ibadah mahdhah seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan ibadah ghairu mahdhah seperti urusan muamalah antar sesama manusia.

Oleh sebab itu, ketiadaan ulama di tengah umat akan memberikan peluang kepada orang-orang berpengaruh yang siap menyesatkan mereka dari jalan kebenaran.

Ketiga: Hilangnya Penjaga Otoritas Agama

Dalam sejarah peradaban Islam, peran ulama umat menempati posisi yang sangat penting. Di zaman generasi sahabat ulama mempunyai fungsi sebagai pewaris nabi dan penjaga misi kenabian.

Imam Al-Ghazali di dalam kitabnya Ihya’ Ulumiddin menjelaskan bahwa posisi seorang ulama (ahli ilmu agama) dan umara (penguasa) adalah sebagai penjaga otoritas agama.

Maka apabila engkau mendapati kehancuran umat maka itu disebabkan rusaknya penguasa.

Sedangkan rusaknya penguasa diakibatkan oleh rusaknya ulama. Rusaknya seorang ulama manakala ia lebih mencintai harta dan kedudukan, padahal tugas sesungguhnya dari mereka adalah penjaga agama, mengontrol, dan menasehati penguasa.

Apalagi jika ulama sudah berani mengubah kebenaran, maka akibat dari perbuatannya itu lebih parah lagi, yakni manusia akan tersesat karenanya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

يَرِثُ هَذَا الْعِلْمَ ‌مِنْ ‌كُلِّ ‌خَلَفٍ ‌عُدُولُهُ، يَنْفُونَ عَنْهُ تَأْوِيلَ الْجَاهِلِينَ، وَانْتِحَالَ الْمُبْطِلِينَ، وَتَحْرِيفَ الْغَالِينَ

Ilmu (yang bersumber dari al-Quran dan as-Sunnah) ini akan diemban oleh orang-orang yang memiliki integritas dari sekian penerus. Mereka akan membersihkannya dari penafsiran orang bodoh, klaim orang jahat, dan penyelewengan orang yang melampaui batas.. (HR. Al-Baihaqi No. 20911)

 

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Keempat: Hilangnya Benteng Umat

Benteng dalam sebuah wilayah memiliki fungsi untuk melindungi dari segala mara bahaya dari luar yang dapat menghancurkan.

Maka keberadaan ulama di tengah umat selayak benteng kokoh yang siap melindungi umat dari bahaya yang datang dari luar yang berusaha untuk merusak berupa ajaran-ajaran yang menyesatkan, rayuan duniawi berupa harta, jabatan, maupun wanita.

Keberadaan ulama di tengah umat akan melindungi mereka dari bahaya perusakan tatanan ekonomi yang telah menjadikan rakyat miskin, kekurangan makanan, pakaian, tempat tinggal, bencana lainnya.

Ulamalah yang memiliki peran besar untuk menjadi benteng umat dari itu semuanya. Sebagaimana nasihat Imam Ali bin bin Abi Thalib,

‌قِوَامُ ‌الدُّنْيَا ‌بِأَرْبَعَةٍ بِعَالِمٍ يَعْمَلُ بِعِلْمِهِ، وَجَاهِلٍ لَا يَسْتَنْكِفُ مِنْ تَعَلُّمِهِ، وَغَنِيٍّ لَا يَبْخَلُ بِمَالِهِ، وَفَقِيرٍ لَا يَبِيعُ آخِرَتَهُ بِدُنْيَاهُ، فَإِذَا لَمْ يَعْمَلِ الْعَالِمُ بِعِلْمِهِ اسْتَنْكَفَ الْجَاهِلُ مِنْ تَعَلُّمِهِ وَإِذَا بَخِلَ الْغَنِيُّ بِمَعْرُوفِهِ بَاعَ الْفَقِيرُ آخِرَتَهُ بِدُنْيَاهُ

Dunia akan tegak dengan empat hal; seorang ‘alim yang mengamalkan ‘ilmunya, orang bodoh yang tidak bosan untuk belajar, orang kaya yang tidak pelit dengan hartanya, orang miskin yang tidak menjual akhiratnya dengan dunia. Apabila orang kaya pelit dengan hartanya, maka orang miskin akan menjual agamanya dengan dunia. Maka sungguh celaka dan binasalah mereka.” (Mafatih al-Ghaib, Fakhruddin ar-Razi, 2/405)

Maka ketiadaan ulama di tengah umat bagai hilangnya benteng kokoh yang dapat menahan laju serangan musuh-musuh Islam yang ingin menghancurkan.

Kelima: Kemungkaran Merajalela

Sebagaimana yang diisyaratkan dalam sebuah hadits shahih bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يُرْفَعَ الْعِلْمُ، وَيَظْهَرَ الْجَهْلُ، وَيَفْشُوَ الزِّنَا، وَيُشْرَبَ الْخَمْرُ

Sesungguhnya di antara tanda dekatnya hari kiamat adalah diangkatnya ilmu, (sehingga) eksislah kebodohan, merebaknya perbuatan zina dan khamr diminum di mana-mana.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Dalam sabdanya yang lain,

يَتَقَارَبُ الزَّمَانُ، وَيُقْبَضُ الْعِلْمُ، وَتَظْهَرُ الْفِتَنُ، وَيُلْقَى الشُّحُّ، وَيَكْثُرُ الْهَرْجُ

Zaman saling berdekatan, ilmu dihilangkan, berbagai fitnah bermunculan, kebakhilan ditanamkan (dalam hati), dan pembunuhan semakin banyak.” (HR. Muslim No. 157)

Hadits nabi di atas memberikan keterangan bahwa sumber kemungkaran yang merajalela adalah karena ketiadaan ulama di tengah umat.

Selayak sirene yang akan berbunyi sebagai tanda bahaya, demikian pula keberadaan ulama. Ia memiliki peran yang sangat penting untuk mencegah segala macam bentuk kemungkaran, baik yang dilakukan masyarakat biasa maupun kalangan pemimpin atau pejabatnya.

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Demikian materi khutbah Jumat yang dapat kami sampaikan pada kesempatan kali ini, semoga Allah Ta’ala membimbing kita untuk selalu menganugerahi kita dengan keberadaan ulama panutan umat yang akan menunjukkan dan membimbing kita menuju keridhaan Allah. Amin

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

 

KHUTBAH KEDUA 

أَحْمَدُ رَبِّي وَأَشْكُرُهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ:

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ

اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعَمِكَ مُثْنِيْنَ بِهَا عَلَيْكَ، قَابِلِينَ لَهَا، وَأَتِمِمْهَا عَلَيْنَا

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى، والتُّقَى، والعَفَافَ، والغِنَى

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

 

 

 

 

Download PDF Materi Khutbah Jumat dakwah.id
Petaka Ketiadaan Ulama di Tengah Umat
di sini:

DOWNLOAD PDF

Semoga bermanfaat!

Materi Khutbah Jumat Sebelumnya:
Kenali Karakter Ulama Panutan Umat

 

Topik Terkait

Abdul Halim Tri Hantoro, S.Pd.I

Mahasiswa pascasarjana Manajemen Pendidikan Islam di IAIN Surakarta. Konsentrasi di bidang Tafsir, Hadits dan Tazkiyah. Penikmat kitab Taisirul Karimirrahman fi Tafsiri Kalamil Mannan karya Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, Kitab hadits Shahih Fadhailul A'mal karya Syaikh Ali Bin Nayif Asy-Syahud, kitab Madarijus Salikin Manazil Iyyaka Na'budu wa Iyyaka Nasta'in karya Ibnu Qayyim al-Jauziyah. Aktif mengajar di beberapa kajian tafsir, hadits, dan kajian umum.

0 Tanggapan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *