materi khutbah idul adha rela berkorban dakwah.id

Materi Khutbah Idul Adha 1441 H: Rela Berkorban Jiwa Raga untuk Kejayaan Islam

Terakhir diperbarui pada · 3,246 views

Materi Khutbah Idul Adha 1441 H
Rela Berkorban Jiwa Raga untuk Kejayaan Islam

Ustadz Muttaqin, S.Pd.I, M.H.I
Da’i Muda Sumatera Barat

 

 

*) Link download PDF materi khutbah ada di akhir tulisan.

اَلْحَمْدُ للهِ الْكَرِيْمِ الْوَهَّابِ، اَلْحَمْدُ للهِ الرَّحِيْمِ التَّوَّابِ، اَلْحَمْدُ للهِ الْهَادِي إِلَى الصَّوَّابِ، مُزِيْلِ الشَّدَائِدِ وَكَاشِفِ الْمُصَابِ، اَلْحَمْدُ للهِ فَارِجِ الْهَمِّ، وَكَاشِفِ الْغَمِّ، مُجِيْبِ دَعْوَةِ الْمُضْطَرِّ، فَمَا سَأَلَهُ سَائِلٌ فَخَابَ أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

فَإِنَّ أَصْدَقَ الحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَأَفْضَلُ الهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرَّ الأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ َوكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ

 

Saudaraku, kaum Muslimin jamaah shalat dan khutbah Idul Adha rahimakumullah,

Alhamdulillah segala puji bagi Allah Rabb semesta alam, yang telah memberikan nikmat dan hidayahnya kepada kita, sehingga kita rela berkorban meluangkan waktu di pagi hari ini. Berbondong-bondong menuju tempat shalat Idul Adha. Melaksanakan shalat Idul Adha dan mendengarkan khutbah Idul Adha di tempat dan waktu yang sangat mulia ini.

Shalawat dan salam semoga tercurah kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam  yang telah rela berkorban mendakwahkan risalah Allah Ta’ala  sampai ke seluruh penjuru dunia. Juga kepada para sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in, dan orang-orang saleh yang rela berkorban dengan jiwa, raga, dan harta mereka untuk menegakkan syariat Allah di muka bumi ini.

Hari ini semua bertakbir. Siang dan malam. Dimulai semenjak tanggal 1 Dzulhijjah. Dengan takbir mutlak dan dilanjutkan dengan takbir muqayyad. Ini semua menampakkan bahwa syiar Islam telah membumi di seantero dunia. Maka kita ucapkan Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil hamd.

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لاَ يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ اْلأُمَّةِ يَهُودِيٌّ وَلاَ نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ إِلاَّ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ

Demi (Allah) Yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, tidaklah seorang pun di kalangan umat ini, Yahudi atau Nasrani, mendengar tentang aku, kemudian dia mati, dan tidak beriman kepada apa yang aku diutus dengan-Nya, kecuali dia termasuk para penghuni neraka.” (Hadits Shahih Riwayat Muslim, No. 153, dari Abu Hurairah)

Sabda beliau yang lain,

تَرَكْتُكُمْ عَلَى المَحَجَّةِ البَيْضَاءِ لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا لاَ يَزِيْعُ عَنْهَا إِلاَّ هَالِكٌ

Aku tinggalkan kalian di atas jalan yang terang, malamnya bagaikan siang. Tidak ada yang menyimpang darinya kecuali binasa.” (HR. Ahmad)

Sahabat Abu Dzar al-Ghifari radhiyallahu ‘anhu berkata:

تَرَكَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَا طَائِرٌ يُقَلِّبُ جَنَاحَيْهِ فِي الْهَوَاءِ إِلاَّ وَهُوَ يَذْكُرُ لَنَا عِلْمًا

Rasulullah wafat meninggalkan kami dalam keadaan tidak ada seekor burung pun yang terbang di udara melainkan beliau telah mengajarkan ilmunya kepada kami.” (HR. Ath-Thabrani)

 

Rela Berkorban Adalah Keniscayaan

اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبْرُ اَللهُ اَكْبَرُ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهَ وَاللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Saudaraku, kaum Muslimin jamaah shalat dan khutbah Idul Adha rahimakumullah,

Dalam kehidupan ini, semua orang punya ujian dan masalah, semua orang dituntut untuk rela berkorban. Ada yang berkorban demi harta, berkorban demi jiwa, atau berkorban demi keluarga. Ada pula yang rela berkorban untuk dunia dan rela berkorban untuk akhirat. Dan sebaik-baik pengorbanan adalah untuk akhirat. Berkorban untuk Allah ta’ala.

Kita harus sadar bahwa semua memiliki tuntutan untuk berkorban. Orang yang berpegang dengan kebenaran dituntut untuk berkorban, orang yang berpegang dengan kebatilan juga dituntut untuk berkorban, intinya semua kita di dunia penuh dengan pengorbanan, hanya tinggal untuk siapa kita berkorban.

Firaun berkorban demi kebatilan yang ia bela, akhirnya dia hancur ditenggelamkan di laut merah beserta bala tentaranya. Musa pun berkorban pula demi agamanya. Abu Jahal berkorban demi kepercayaannya. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam berkorban pula demi risalah yang disampaikannya.

Dalam sebuah hadits dijelaskan contoh sikap rela berkorban yang dipraktikkan oleh nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:

لَقَدْ أُوذِيتُ فِي اللَّهِ وَمَا يُؤْذَى أَحَدٌ وَلَقَدْ أُخِفْتُ فِي اللَّهِ وَمَا يُخَافُ أَحَدٌ وَلَقَدْ أَتَتْ عَلَيَّ ثَالِثَةٌ وَمَا لِي وَلِبِلَالٍ طَعَامٌ يَأْكُلُهُ ذُو كَبِدٍ إِلَّا مَا وَارَى إِبِطُ بِلَالٍ

“Aku telah disakiti di jalan Allah ketika tidak ada seorang pun yang disakiti. Aku telah diteror rasa takut di jalan Allah tatkala tidak ada seorang pun yang merasa ditakut-takuti. Dan telah datang kepadaku hari-hari sedang aku dan Bilal tidak mempunyai makanan yang dapat dimakan oleh sesuatu yang bernyawa kecuali sesuatu yang dapat menutupi ketiak Bilal.”  (HR. At-Tirmizi No. 2472; HR. Ibnu Majah No. 151. Hadits hasan shahih)

 

اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبْرُ اَللهُ اَكْبَرُ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهَ وَاللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Saudaraku, kaum Muslimin jamaah shalat dan khutbah Idul Adha rahimakumullah,

Rela berkorban adalah suatu keniscayaan. Orang kadang berkorban harta bahkan nyawa hanya ingin mendapatkan sesuatu dari dunia saja. Orang ingin mendapatkan sesuatu yang dia rencanakan bahkan kadang rela untuk mengorbankan sanak keluarga.

Jika untuk tujuan-tujuan duniawi saja mereka berani berkorban mempertaruhkan nyawa, maka tentu kita umat Islam yang katanya ingin berjumpa dengan Allah kelak di hari kiamat dan ingin mendapatkan jannah-Nya, tentu memiliki alasan lebih kuat lagi untuk berkorban lebih besar dari semua itu.

Dalam satu hadits qudsi disebutkan, Allah Ta’ala berfirman,

أَعْدَدْتُ لِعِبَادِي الصَّالِحِينَ مَا لَا عَيْنٌ رَأَتْ وَلَا أُذُنٌ سَمِعَتْ وَلَا خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ

Aku telah menyiapkan bagi hamba-hambaku yang saleh sesuatu yang belum pernah dilihat mata, belum pernah didengar telinga dan tidak pernah terlintas di benak manusia.” (HR. Al-Bukhari No. 3244)

Memiliki sifat rela berkorban itu tidak mudah. Tidak semudah berbicara di mimbar, tidak semudah menulis tulisan, tidak semudah memotivasi dalam seminar, semuanya butuh praktik lapangan.

Allah ta’ala juga berfirman:

أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta diguncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: ‘Bilakah datangnya pertolongan Allah?’ Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS. Al-Baqarah: 214)

Menurut ayat tersebut, harga pengorbanan sangatlah mahal. Mengemban prinsip dan mengimplementasikan teori ke dalam praktik memerlukan banyak pengorbanan untuk benar-benar bisa menjadi kenyataan. Tidak ada Jannah bagi orang yang tidak mau berkorban dan kontribusi untuk menegakkan Islam.

Apakah kita menyangka bahwa kita akan masuk surga padahal kita belum merasakan apa yang dirasakan oleh orang-orang sebelum kita? Tidak ada satu pun manusia di bumi ini yang lebih mulia dan utama daripada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Meskipun demikian, sebagaimana firman Allah, mereka ditimpa al-Ba’sa’ artinya al-Harbu (peperangan), adh-Dharra’ artinya asy-Syidda’u wal faqru (kesempitan dan kemiskinan) dan lain-lain yang serupa wa zulzilu (diguncang).

 

اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبْرُ اَللهُ اَكْبَرُ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهَ وَاللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Saudaraku, kaum Muslimin jamaah shalat dan khutbah Idul Adha rahimakumullah,

Coba perhatikan ketika orang dalam kondisi terguncang. Gemetar seluruh tubuhnya seakan ia dilanda gempa bumi, sehingga tidak mampu menguasai dirinya untuk tidak jatuh.

Mereka diguncangkan, dan guncangan itu membuat makhluk yang paling sabar di muka bumi, yakni Rasulullah berdoa: mata nasrullah  (kapan pertolongan Allah datang).

Bayangkan orang paling sabar, paling banyak ibadahnya, shalatnya, puasanya, tilawahnya saja bisa terguncang sampai berdoa seperti itu kepada Allah ta’ala. Bagitulah beratnya pengorbanan itu.

 

Meluruskan Orientasi Sikap Rela Berkorban

اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبْرُ اَللهُ اَكْبَرُ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهَ وَاللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Saudaraku, kaum Muslimin jamaah shalat dan khutbah Idul Adha rahimakumullah,

Semua para nabi dan pengikutnya penuh dengan keringat pengorbanan ketika Islam dilecehkan mereka berkorban.

Kepada Anda semua yang hadir di lapangan ini, apa yang sudah Anda berikan untuk agama ini?

Apakah Anda ingin berjumpa dengan Allah kelak?

Apakah Anda ingin masuk Surga?

Saya yakin semua sepakat menjawab iya. Tapi apa buktinya, apa yang sudah Anda berikan untuk agama ini?

Selama ini kita hanya fokus kepada dua hal, baik yang sekolahnya tinggi sampai gelar profesor, maupun yang nggak tamat TK, semuanya rata-rata tujuan hidupnya sama. Apa itu?

Simaklah ayat berikut saudara-saudaraku sekalian,

إِنَّ اللَّهَ يُدْخِلُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ وَالَّذِينَ كَفَرُوا يَتَمَتَّعُونَ وَيَأْكُلُونَ كَمَا تَأْكُلُ الأنْعَامُ وَالنَّارُ مَثْوًى لَهُمْ

Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Dan orang-orang yang kafir itu bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang-binatang. Dan neraka adalah tempat tinggal mereka.” (QS. Muhammad: 12)

Kita hanya fokus kepada dua hal, yaitu makan dan senang-senang, tidak ada beda dengan binatang. Selama ini yang bekerja di kantor, di sawah, di kampus. Siapa pun kalau hidup targetnya hanya makan dan senang-senang tentu dia tidak ada beda dengan binatang, ketahuilah wahai para jamaah di dunia ini tidak ada makhluk yang paling enak hidupnya kecuali binatang.

Seorang ulama abad ini, Syaikh Abdul Aziz Marzuq At-Tharifi dalam kitab tafsirnya At-Tafsir Wal Bayan Li Ahkamil Quran pernah mengatakan:

بَلْ إِنَّ كَثِيْرًا مِنَ الْحَيَوَانِ أَكْثَرُ مُتْعَةً فِي الدُّنْيَا مِنَ الْإِنْسَانِ

Sesungguhnya binatang itu lebih banyak dapat kenikmatan dan kesenangan daripada manusia.”

Jelas, sekarang apa alasan kita sehingga kita rela meninggalkan agama ini, di saat agama ini dihina, diubah, dan dipermainkan?

 

اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبْرُ اَللهُ اَكْبَرُ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهَ وَاللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Saudaraku, kaum Muslimin jamaah shalat dan khutbah Idul Adha rahimakumullah,

Mari bersatu menguatkan barisan perjuangan. Bukan sekedar mengucapkan kalimat bela sungkawa tapi harus ada perjuangan nyata menumpas musuh yang sewaktu-waktu menghadang. Para pembenci Islam tak pernah rela kalau Islam mengalami kebangkitan, segala cara akan dilakukan untuk menghentikan perjuangan.

Kenapa semua ini bisa terjadi?

Apakah barangkali kondisi kita saat ini seperti kondisi yang pernah disabdakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam jauh-jauh hari,

يُوشِكُ الْأُمَمُ ‌أَنْ ‌تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا،

فَقَالَ قَائِلٌ: وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ؟

قَالَ: بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ، وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ، وَلَيَنْزَعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ، وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمُ الْوَهْنَ،

فَقَالَ قَائِلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَا الْوَهْنُ؟

قَالَ: حُبُّ الدُّنْيَا، وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ

Nyaris sudah para umat (selain Islam) berkumpul (bersekongkol) menghadapi kalian sebagaimana berkumpulnya orang-orang yang makan menghadapi bejana makanannya.”

Lalu bertanya seseorang, “Apakah kami pada saat itu sedikit?”

Beliau menjawab, “Tidak, bahkan kalian pada saat itu banyak, akan tetapi kalian itu buih seperti buih banjir, dan Allah akan menghilangkan dari diri musuh-musuh kalian rasa takut terhadap kalian dan menimpakan ke dalam hati-hati kalian wahn (kelemahan).”

Maka seseorang bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah wahn itu?”

Kata beliau, “Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Abu Daud No. 4297, hadits shahih li ghairihi)

Seorang pakar teolog,i DR. Zakir Naik, pernah mengatakan, muslim di India minoritas. Hanya 14 %. Namun jika ada seseorang memaksa seorang muslim pindah agama dia bisa dipenjara.

Anehnya, di Indonesia yang jumlah populasi muslim terbanyak di dunia dari 260 juta jiwa, 240 jutanya muslim, tapi kenapa diam di saat agamanya dihina, orang dipaksa murtad tetap diam. Wahai kaum muslimin ini suatu hal yang sangat memalukan. Ada apa dengan kita?

 

اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبْرُ اَللهُ اَكْبَرُ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهَ وَاللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Saudaraku, kaum Muslimin jamaah shalat dan khutbah Idul Adha rahimakumullah,

Kita diam, kita akan musnah binasa. Sementara kenikmatan yang kita cari tetap tidak ada apa-apanya dengan binatang yang tidak pernah sekolah, ternyata mereka lebih nikmat hidup dari pada kita. Mereka tidak ada beban risalah. Mereka tidak ada beban dunia.

seekor ayam dia tidak ada beban nafkah, tidak stres mikir pekerjaan, namun dia tetap bisa makan. Dia tidak ada beban hutang, namun dia tetap makan.

Seekor singa di kebun binatang sehari-hari makannya daging, adakah dia kerja? Tidak ada. Begitulah Allah beri dia nikmat

Adapun sebagian kita jarang kita makan daging, padahal sudah kerja mati-matian pergi pagi pulang petang, bahkan ada yang pergi sebelum matahari terbit pulang setelah matahari tenggelam.

Namun apa yang didapat? bukan kenyamanan, bukan kebahagiaan.

Maka manusia ini bahagianya bukan dengan harta, tahta, dan materi apa pun. Kalau binatang bisa senang dengan makan dan kesenangan dunia, tapi kita hanya bisa bahagia dengan tunduk patuh kepada Allah. Karena Allah anugerahkan kita hati dan pikiran, dan itulah alat mendapatkan kebahagiaan yaitu dengan iman dan amal saleh.

Allah berfirman,

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97)

Maka benar apa yang dikatakan Syaikh Ath-Tharifi, kita kalah dibandingkan dengan nikmat binatang, itu di dunia bagaimana dengan di akhirat nanti?

Binatang mati tidak dihisab, tidak diazab. Tapi manusia mati dihisab dan bisa diazab, kenapa beda? Karena manusia diberi akal sementara binatang tidak.

Rugi serugi ruginya..

Coba renungkan, kaum muslimin..

Di dunia, binatang hidup lebih nikmat dan di akhirat tidak dihisab. Sedangkan manusia, di dunia hidup stres penuh ujian, cobaan onak dan duri, hidup di akhirat bisa diazab ketika ia jadikan akalnya tidak berfungsi. Karena di dunia ia hidup layaknya seperti binatang.

Maka, jangan wahai para jamaah.. rugi kita.

Maka dari pada itu Allah ingin membedakan kita dengan binatang. Apa itu? Berjuang berkorban demi agama.

Dalam hidup ini, tidak ada yang lebih berharga dari pada Islam. Harta, anak, istri, orang tua, semua kecil dibandingkan dengan Islam.

 

Ibadah Udhiyah Menumbuhkan Sikap Rela Berkorban yang Benar

اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبْرُ اَللهُ اَكْبَرُ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهَ وَاللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Saudaraku, kaum Muslimin jamaah shalat dan khutbah Idul Adha rahimakumullah,

Hari ini kita disyariatkan untuk berudhiyah, maka nanti ada pemotongan binatang Qurban. Allah mengisyaratkan kepada kita agar mengambil pelajaran dari sikap rela berkorban Nabi Ibrahim yang tidak hanya berkorban demi agama Allah berupa harta, namun Allah meminta pengorbanannya berupa hati perasaan.

Bagaimana tidak sedih, sang bapak bernama Azar menjadi musuh dalam perjuangannya. Sedih hati, adakah anak bermusuhan dengan bapaknya? Tentu sulit kalaupun ada sedih melihatnya.

Anak yang baik hati tentu tidak tega berselisih dengan orang tuanya. Namun nabi Ibrahim Allah uji dengan demikian, beliau rela dan ikhlas tidak pernah berhenti terus mengingatkan orang tuanya meskipun akhirnya tidak membuahkan hasil.

Allah berfirman,

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لأبِيهِ آزَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا آلِهَةً إِنِّي أَرَاكَ وَقَوْمَكَ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ

Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Azar, ‘Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata.’” (QS. Al-An’am: 74)

Namun jawaban orang tua berbeda. Bukannya insaf dan tobat, justru marah.

Allah berfirman,

قَالَ أَرَاغِبٌ أَنْتَ عَنْ آلِهَتِي يَا إِبْرَاهِيمُ لَئِنْ لَمْ تَنْتَهِ لأرْجُمَنَّكَ وَاهْجُرْنِي مَلِيًّا

Berkata bapaknya, ‘Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, hai Ibrahim? Jika kamu tidak berhenti, maka niscaya kamu akan aku rajam, dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama.” (QS. Maryam:46)

Seorang anak yang baik, tentu hal ini menjadi suatu pukulan yang telak baginya. Anaknya menjadi seorang nabi yang mulia, sementara bapaknya kufur, kafir kepada Allah subhanahu wata’ala.

Sementara kita, bapak ibu beriman, kakak adik beriman, anak beriman, kita sendiri beriman. Tidak ada ujian yang lebih berat melebihi ujian keimanan.

Belum lagi selesai ujian keimanan orang tuanya, Nabi Ibrahim juga diuji dengan ujian fisik, mau dibakar.

Beliau diuji belum dikaruniai anak. Tapi setelah beberapa lama berselang Allah berikan anak, justru disuruh untuk meninggalkan saat masih kecil. Tak cukup sampai di situ, lalu Allah subhanahu wata’ala memerintahkan untuk menyembelih anak satu-satunya. Sungguh luar biasa. Semua ujian di luar nalar.

Allah berfirman:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: ‘Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!’ Ia menjawab: ‘Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. Ash-Shafat: 102)

Sungguh luar biasa nabi Ibrahim. Allah hibur beliau justru dengan ujian itu sendiri, ketika ia melihat anaknya ternyata begitu berbakti kepadanya, maka ada sebagian ulama mengatakan tidak ada nikmat yang lebih besar kecuali nikmat keimanan.

لَوْ يَعْلَمُ الْمُلُوْكُ وَأَبْنَاءُ الْمُلُوْكِ مَا نَحْنُ فِيْهِ مِنْ سَعَادَةٍ لَجَالَدُوْنَا عَلَيْهِ بِالسُّيُوْفِ

Seandainya para raja dan putra-putra mahkota mengetahui kebahagiaan yang kami rasakan, niscaya mereka akan merampasnya dengan pedang.”

Dulu nabi Ibrahim diminta oleh Allah untuk mengorbankan semua yang dimiliki; lahir dan batin. Hari ini, Allah hanya meminta harta kita, mampukah kita tuk menyisihkan sedikit saja agar bisa berudhiyah saling berbagi dengan orang fakir miskin.

Hari ini Allah hanya meminta sikap kita tegas membela agama, baru sebatas lisan, tulisan, dan harta. Tak lebih dari itu. Belum sampai menumpahkan darah dan lenyapnya nyawa kita, sesuatu dimulai dari yang terkecil sebelum nanti tiba saatnya yang terbesar. Maka, kaum muslimin rahimakumullah, persiapkan diri kita mulai saat ini apa pun yang bisa disiapkan. Bukankah Allah telah mengingatkan kita dengan ayatnya,

وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ

Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, dan musuhmu.” (QS. Al-Anfal: 60)

Maka persiapkan ruh kita, jasad kita, mental, dan segalanya demi membela agama Allah di hadapan musuh-musuh-Nya.

 

اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبْرُ اَللهُ اَكْبَرُ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهَ وَاللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Saudaraku, kaum Muslimin jamaah shalat dan khutbah Idul Adha rahimakumullah,

Seorang sahabat mulia bernama Mush’ab bin Umair dia rela mengorbankan kondisi kebahagiaan, kemewahan, dan merasakan kehilangan apa pun demi Allah dan Rasul-Nya.

Mush’ab bin Umair adalah seorang pemuda anak dari seorang yang kaya raya. Pemuda paling tampan di kota Mekah. Keturunan bangsawan Quraisy. Ia terbiasa dengan kehidupan mewah. Tidak pernah mengalami susah. Berpenampilan rupawan membuat banyak orang terkesan. Sekali waktu nabi pernah memuji beliau dengan ungkapan:

ما رَأَيْتُ بِمَكَّةَ أَحَدًا أَحْسَنَ لِمَّةً، وَلا أَرَقَّ حُلَّةً، وَلا أَنْعَمَ نِعْمَةً مِنْ مُصْعَبِ بْنِ عُمَيْرٍ

Aku tidak pernah melihat seorang pun di Mekah yang lebih rapi rambutnya, paling bagus pakaiannya, dan paling banyak diberi kenikmatan selain dari Mushab bin Umair.” (HR. Al-Hakim).

Ia menghabiskan waktunya untuk Allah dan agama-Nya. Akhirnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengutusnya ke Madinah untuk mempersiapkan masyarakat sebelum Rasulullah hijrah ke sana. Dengan kemampuan dan kecerdasannya akhirnya, ia berhasil. Tahukah kaum muslimin akhir dari kehidupan sosok Mush’ab bin Umair?

Pada tahun ke-3 H, terjadilah Perang Uhud. Mush’ab ditugaskan memegang bendera umat Islam dalam peperangan. Saat itulah ajal menjemputnya.

Wahai jamaah, sedihnya Rasulullah di kala itu dia syahid di medan Uhud dengan tangan kanan dan kiri terputus dan di dadanya tertancap anak panah. Setelah beliau syahid, ternyata tidak ada sehelai pun kain kafan yang menutupi jasadnya kecuali sehelai burdah. Andainya ditaruh di atas kepalanya, terbukalah kedua kakinya. Sebaliknya, bila ditutupkan ke kakinya, terbukalah kepalanya.

Masyaallah.. inilah kehidupan. Sekilas orang berpikir kalau bisa cari hidup yang enak dan mapan, tapi kok malah berakhir begitu? Wahai hamba-hamba Allah, inilah kehidupan yang terbaik di dunia.

 

Wahai anak muda, ambillah contoh dari Mush’ab bin Umair!

Bagi Anda yang merasakan berbagai kenikmatan dari Allah melalui orang tua Anda. Allah anugerahkan penampilan yang menarik. Membawa kendaraan yang mewah. Tempat tinggal yang nyaman. Dan fasilitas lainnya. Jangan sampai hal itu membuat Anda terlena. Jangan sampai Anda merasa itulah puncak kenikmatan yang tak bisa ditukar dengan apa pun.

Bagi Anda yang tidak merasakan kenikmatan dunia sebagaimana yang dirasakan oleh Mush’ab bin Umair, pertanyaannya adalah bagaimana dunia bisa menipu Anda? Apa yang telah dijanjikan dunia sehingga siang-malam Anda mengejarnya?

 

اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبْرُ اَللهُ اَكْبَرُ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهَ وَاللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Saudaraku, kaum Muslimin jamaah shalat dan khutbah Idul Adha rahimakumullah,

Maka kaum muslimin.. bongkar, hancurkan pikiran bahwa hidup untuk makan dan dunia. Ubah arah orientasi otak kita 180 derajat. Bahwa hidup itu untuk Islam dan membela Allah dan rasul. Ikutilah jalan kebenaran.

Ikutilah orientasi hidup yang dicontohkan oleh rasul dan para sahabat. jika orientasi hidup tuk dunia sehingga karena dunia ia menjual akidahnya, agamanya, sehingga jadilah ia seorang munafik. Jika sudah demikian, apa guna hidup?

Pertahankan prinsip kita demi mendapatkan surga Allah, yang mana di akhir zaman ini sangat sulit seseorang itu memegang prinsip dan itu sudah dikabarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam haditsnya:

بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِى كَافِرًا أَوْ يُمْسِى مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا

Bersegeralah melakukan amalan saleh sebelum datang fitnah (musibah) seperti potongan malam yang gelap. Yaitu seseorang pada waktu pagi dalam keadaan beriman dan di sore hari dalam keadaan kafir. Ada pula yang sore hari dalam keadaan beriman dan di pagi hari dalam keadaan kafir. Ia menjual agamanya karena sedikit dari keuntungan dunia” (HR. Muslim no. 118)

Bagaimanakah bisa menjual agama? Menjual agama yang dimaksud di sini adalah menukar agama dengan harta, kekuasaan, kedudukan atau bahkan dengan perempuan.

Begitulah beratnya hidup di akhir zaman ini.

Wahai kaum muslimin, jika kita berpegang teguh dengan prinsip agama kita, kita mati, surga dan bidadari menunggu kita, dan di dunia bisa juga mulia isy kariman au mut syahidan, harusnya kita lebih kuat memegang prinsip dari pada orang-orang kafir dan munafik itu.

Contohnya seperti orang-orang komunis. Mereka mengikuti suatu prinsip yang tidak berharap apa pun kepada Allah, tidak pula mengenal Allah. Dunia dan akhirat mereka adalah kehidupan di dunia itu saja. Karena memang di akhirat mereka tidak mendapat apa-apa. Kendati demikian mereka berani berkorban demi keyakinan dan prinsip mereka.

Wahai kaum muslimin seharusnya kita lebih kuat dari mereka. Di dunia kita bahagia dan di akhirat pasti bahagia. Maka perjuangkanlah, berkorbanlah demi agama kita, yang mana sesulit apa pun kita, sesakit sakit apa pun kita, namun pada akhirnya agama ini jualah yang akan menang.

Allah berfirman:

وَلَقَدْ سَبَقَتْ كَلِمَتُنَا لِعِبَادِنَا الْمُرْسَلِينَ * إِنَّهُمْ لَهُمُ الْمَنصُورُونَ * وَإِنَّ جُندَنَا لَهُمُ الْغَالِبُونَ

Dan sesungguhnya telah tetap janji Kami kepada hamba-hamba Kami yang menjadi rasul, (yaitu) sesungguhnya mereka itulah yang pasti mendapat pertolongan. Dan sesungguhnya tentara Kami itulah yang pasti menang.” (QS. Ash-Shaffat: 171-173)

اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبْرُ اَللهُ اَكْبَرُ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهَ وَاللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Saudaraku, kaum Muslimin jamaah shalat dan khutbah Idul Adha rahimakumullah,

Demikian materi khutbah Idul Adha yang dapat khatib nasihatkan pada kesempatan yang sangat mulia ini. Semoga untaian-untaian nasihat ringan dalam khutbah Idul Adha kali ini, benar-benar dapat menyadarkan kita dari kekeliruan kita selama ini tentang orientasi sikap rela berkorban. Untuk kemudian mengarahkan sikap rela berkorban kita hanya untuk menggapai ridha Allah subhanahu wata’ala.

أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ: بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ؛ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

 

KHUTBAH KEDUA

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. نَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَنَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا وَرَسُوْلِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى ا للهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ،

أَمَّا بَعْدُ،

اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبْرُ اَللهُ اَكْبَرُ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهَ وَاللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى الله عَزَّ وَجَلَّ والتَّمَسُّكِ بِهَذَا الدِّينِ تَمَسُّكًا قَوِيًّا. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَيْطَانِ الرَجِيْمِ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.

فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.

اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ.

اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا تَحُوْلُ بِهِ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيْكَ، وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ، وَمِنْ اليَقِيْنِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا،

اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا، وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا، وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا، وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا، وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِيْ دِيْنِنَا، وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا، وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا، وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا.

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَناَ دِينَناَ الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِناَ وَأَصْلِحْ لنَاَ دُنْيَاناَ الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُناَ وَأَصْلِحْ لَناَ آخِرَتَناَ الَّتِيْ فِيْهَا مَعَادُناَ وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَناَ فِيْ كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لُناَ مِنْ كُلَّ شَرٍّ.

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِن الخَيْرِ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ مَا عَلِمْناَ مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ، وَنَعُوْذُ بِكَ مِنَ الشَّرِّ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ مَا عَلِمْناَ مِنْهُ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ.

اللَّهُمَّ إِنّاَ أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا سَأَلَكَ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ. وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا عَاذَ بِهِ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ.

اللَّهُمَّ إِنّاَ نَسْأَلُكَ الجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ. وَنَسْأَلُكَ أَنْ تَجْعَلَ كُلَّ قَضَاءٍ قَضَيْتَهُ لِناَ خَيْرًا.

اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبْرُ اَللهُ اَكْبَرُ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهَ وَاللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

فَاللهم أَسْعِدْ فِي هَذَا الْعِيْدِ قُلُوْبَنَا وَفَرِّجْ هُمُوْمَنَا وَأَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ فِي كُلِّ مَكَانٍ..

وَصَلَّ اللهم عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

 

 

Download PDF Materi Khutbah Idul Adha 1441 H di sini:

DOWNLOAD PDF

Semoga bermanfaat!

 

Mungkin Anda juga membutuhkannya:

Topik Terkait

Muttaqin, S.Pd.I, M.H.

Alumnus pascasarjana IAIN Bukttinggi. Sedang proses pendidikan Doktoral di UIN Imam Bonjol Padang. Pernah mengikuti seminar al-Multaqa ad-Dauliy al-Ilmiy li al-Ustadz wa al-Ulama' wa ad-Dua’at Janub Syarqi Asiya. Sangat menyukai kitab Bahru Raiq fi az-Zuhdi wa ar-Raqaiq karya DR. Ahmad Farid, Aqidah Ushul ats-Tsalatsah karya Syaikh Utsaimin, Al-Minnah fi Ushul al-I’tiqad Ahlu Sunnah wal Jama’ah karya syaikh Yasir Burhami. Aktif mengajar materi Akidah, Fikih, Tafsir, Tazkiyatun Nafs di berbagai tempat di Bukittinggi, Jambi, Medan, Riau, Aceh dan Sumbar.

0 Tanggapan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *