Materi Khutbah Idul Adha Tarbiyah Ruhiyah Kehidupan Nabi Ibrahim-dakwah.id

Materi Khutbah Idul Adha: Tarbiyah Ruhiyah Kehidupan Nabi Ibrahim

Terakhir diperbarui pada · 9,860 views

Materi Khutbah Idul Adha
Tarbiyah Ruhiyah Kehidupan Nabi Ibrahim

Ustadz Muttaqin, S.Pd.I, M.H.I
Da’i Muda Sumatera Barat

*) LInk download PDF materi khutbah Idul Adha ini ada di akhir tulisan

الحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ، أَحْمَدُهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى بِمُحَامِدِهِ الَّتِي هُوَ لَهَا أهْلٌ، وَأُثْنِي عَلَيْهِ الخَيْرَ كُلَّهُ لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْهِ هُوَ جَلَّ وَعَلَا كَمَا أَثْنَى عَلَى نَفْسِهِ،

أَحْمَدُهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى عَلَى نِعَمِهِ المُتَوَالِيَةِ وآلَائِهِ المُتَتَالِيَةِ وَعَطَايَاهُ الَّتِي لَا تُعَدُّ وَلَا تُحْصَى، أَحْمَدُهُ جَلَّ وَعَلَا حَمْداً كَثِيْراً طَيِّباً مُبَاركَاً فِيْهِ كَمَا يُحِبُّ جَلَّ وَعَلَا وَيَرْضَى،

أَحْمَدُهُ جَلَّ وَعَلَا عَلَى نِعْمَةِ الإِسْلَامِ وَعَلَى نِعْمَةِ الإِيْمَانِ وَعَلَى نِعْمَةِ القُرْآنِ وَعَلَى كُلِّ نِعْمَةٍ أَنْعَمَ بِهَا عَلَيْنَا فِي قَدِيْمٍ أَوْ حَدِيْثٍ أَوْ خَاصَةٍ أّوْ عَامَةٍ أَوْ سِرٍ أَوْ عَلَانِيَةٍ،

اَللّهُمَّ لَكَ الحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِي لِجَلَالِ وَجْهِكَ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ، وَأَشْهَدُ أَنَّ لَا إِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ إِلهَ الأَوَّلِيْنَ وَالآخِرِيْنَ وَقَيُّوْمُ السَمَوَاتِ وَالأَرْضِيْنَ وَخَالِقُ الخَلْقِ أَجْمَعِيْنَ،

وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُهُ وَآمِيْنُهُ عَلَى وَحْيِهِ وَمُبَلِّغُ النَّاسِ شَرْعَهُ، فَصَلَوَاتُ اللهِ وَسَلَامُهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.

اَللَّهُ أَكْبَرُ، اَللَّهُ أَكْبَرُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، واَللَّهُ أَكْبَرُ، اَللَّهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Jamaah shalat Idul Adha dan Khutbah Idul Adha rahimakumullah,

Dari mimbar ini khatib berwasiat kepada diri khatib pribadi dan jamaah sekalian untuk selalu bertakwa kepada Allah dalam kondisi lapang atau pun sempit.

Karena tidak ada bekal yang akan kita bawa kelak setelah kita mati kecuali takwa ini. Dan standar kebahagiaan seseorang hidup di dunia adalah ketakwaannya kepada Allah ‘azza wajalla.

Rasa bahagia tidak bisa dibeli oleh orang kaya sekalipun. Rasa bahagia tidak bisa dilobi oleh orang yang berpengaruh karena pangkat jabatan. Tapi rasa bahagia bisa didapat ketika seseorang betul-betul bertakwa kepada Allah.

Maka wasiat takwa ini menjadi salah satu rukun dalam khutbah. Agar mengingatkan bahwa hidup ini jika tidak dibangun dengan ketakwaan maka hidup ini sia-sia. Tidak ada harga. Tidaklah berguna. Hanya menjadi sampah sejarah hidup didunia jika manusia hidup tapi tidak bertakwa kepada Allah.

Kami wasiatkan pula untuk memperbanyak tobat kepada Allah ‘azza wajalla. Bertobatlah kepada Allah dengan sebenar-benarnya tobat. Perbanyaklah istighfar. Perbanyaklah amal shalih. Semoga dengan itu, dosa-dosa kita diampuni Allah ‘azza wajalla.

Jamaah shalat Idul Adha dan Khutbah Idul Adha rahimakumullah,

Pada hari ini, di hari kesepuluh dari sepuluh hari pertama bulan Zulhijjah ini, kita berkumpul dalam rangka mengharap ridha dan maghfirah Allah ‘azza wajalla. Hari yang tidak ada amalan yang lebih mulia kecuali menyembelih Kurban.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ إِنَّهَا لَتَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَشْعَارِهَا وَأَظْلَافِهَا وَأَنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنْ اللَّهِ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ مِنْ الْأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا

“Tidak ada amalan yang dilakukan oleh anak Adam pada hari Nahr (Idul Adhha) yang lebih dicintai oleh Allah selain dari pada mengucurkan darah (hewan kurban). Karena sesungguhnya ia (hewan kurban) akan datang pada hari kiamat dengan tanduk, bulu, dan kukunya. Dan sungguh, darah tersebut akan sampai kepada (ridha) Allah sebelum tetesan darah tersebut jatuh ke bumi, maka bersihkanlah jiwa kalian dengan berkurban.” (HR. At-Tirmizi)

Jamaah shalat Idul Adha dan Khutbah Idul Adha rahimakumullah,

Hari ini adalah hari yang sangat mulia. Hari ini adalah hari yang bersejarah. Setiap tanggal 10 Dzulhijjah, Allah ‘azza wajalla selalu mengingatkan kita tentang kisah sosok kekasih Allah ‘azza wajalla. Nabi Ibrahim dan keluarganya.

Seorang nabi mulia, yang bergelar khalilullah ini diuji dengan ujian dan cobaan.

Ujian yang pertama adalah ujian kondisi ayahnya yang tidak beriman dan kufur kepada Allah. Ayahnya adalah penyembah berhala. Tugas berat bagi nabi Ibrahim untuk mengajak ayahnya agar jangan berbuat syirik kepada Allah ‘azza wajalla.

Kisah ini Allah abadikan dalam firman-Nya,

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ آزَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا آلِهَةً ۖ إِنِّي أَرَاكَ وَقَوْمَكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ

“Dan (Ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada ayahnya, Azar. ‘Layakkah engkau menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat engkau dan kaummu dalam kekeliruan yang nyata’.” (QS. Al-An’am: 74).

إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ يَا أَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لَا يَسْمَعُ وَلَا يُبْصِرُ وَلَا يُغْنِي عَنْكَ شَيْئًا

“Ingatlah ketika ia berkata kepada ayahnya; “Wahai Ayahku, mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong engkau sedikit pun?”. (QS. Maryam:42).

يَا أَبَتِ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يَمَسَّكَ عَذَابٌ مِنَ الرَّحْمَنِ فَتَكُونَ لِلشَّيْطَانِ وَلِيًّا

Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi setan“.(QS. Maryam:45)

Lihatlah, bagaimana Nabi Ibrahim melakukan dakwah tauhid kepada ayahnya dengan ungkapan yang sangat lembut dan ucapan yang baik.

Namun selembut apa pun nabi Ibrahim mengingatkan ayahnya, tetap saja yang didapatkannya adalah ancaman dan umpatan kotor.

Allah berfirman:

قَالَ أَرَاغِبٌ أَنْتَ عَنْ آلِهَتِي يَا إِبْرَاهِيمُ لَئِنْ لَمْ تَنْتَهِ لأرْجُمَنَّكَ وَاهْجُرْنِي مَلِيًّا

“Berkata bapaknya, ‘Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, hai Ibrahim? Jika kamu tidak berhenti, maka niscaya kamu akan kurajam, dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama.” (QS. Maryam: 46)

Meskipun orang tuanya kasar, tidak beriman, kufur kepada Allah ‘azza wajalla, penolakan ayahnya terhadap dakwah itu tidak menyurutkan semangat serta sikap sayang terhadap ayahnya. Nabi Ibrahim tetap akan memintakan ampunan, dengan mengatakan:

قَالَ سَلامٌ عَلَيْكَ سَأَسْتَغْفِرُ لَكَ رَبِّي إِنَّهُ كَانَ بِي حَفِيًّا

“Berkata Ibrahim, ‘Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan meminta ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku.” (QS. Maryam: 47)

Sekalipun permohonan ampun itu tidak dibenarkan oleh Allah ‘azza wajalla.

وَمَا كَانَ اسْتِغْفَارُ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ إِلَّا عَنْ مَوْعِدَةٍ وَعَدَهَا إِيَّاهُ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ أَنَّهُ عَدُوٌّ لِلَّهِ تَبَرَّأَ مِنْهُ ۚ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لَأَوَّاهٌ حَلِيمٌ

Adapun permohonan ampunan Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya. Maka ketika jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri darinya. Sungguh, Ibrahim itu seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun.” (QS. At-Tawbah: 114)

Jamaah shalat Idul Adha dan Khutbah Idul Adha rahimakumullah,

Oleh sebab itu, jika ada orang tua berkata kasar kepada anaknya. Sekasar apa pun orang tua berkata kepada kita. Kita tidak boleh berkata kasar kepada mereka.

Bahkan, sampai-sampai Allah sebutkan dalam al-Quran, meskipun ia mengajak kita untuk menyekutukan Allah dengan sesuatu, kita harus menolak dengan kalimat yang baik. Tidak boleh menyinggung hatinya. Apalagi jika ia mengajak kita kepada perkara yang diperintahkan Allah ‘azza wajalla.

Allah berfirman:

وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا

“Dan jika keduanya memaksamu untuk menyekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” (QS. Luqman: 15)

Jamaah shalat Idul Adha dan Khutbah Idul Adha rahimakumullah,

Mari kira sejenak merenung. Jika ujian itu menimpa kita, mana yang akan lebih kita patuhi; Allah, atau orang tua?

Sudah tentu Allah lebih dulu untuk kita patuhi. Kemudian setelah itu orang tua.

Allah berfirman:

وَقَضَى رَبُّكَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.” (QS. Al-Isra: 23)

Tidaklah semua seberuntung kita. Kita mendapatkan ayah yang muslim dan ibu yang muslimah. Mereka sudah shalat, zakat, puasa, bahkan Haji. Berbeda dengan nabi Ibrahim. Alangkah sedih dan galaunya beliau. Di saat dia sebagai nabi dan sekaligus rasul dari anak seorang bernama Azar yang kufur kepada Allah. Ujian pertama nabi Ibrahim adalah ayahnya. Dan ia selamat.

Selesai menghadapi ayahnya, Ibrahim berhadapan dengan umat yang menyembah berhala. Maka Allah menceritakan bagaimana berhala-berhala itu dihancurkan oleh Ibrahim.

أَرَاغِبٌ أَنْتَ عَنْ آلِهَتِي يَا إِبْرَاهِيمُ

“Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku.(QS. Maryam: 46)

Mereka marah, benci, dan murka. Ujian pertama, ujian keluarga, ujian kedua, ujian masyarakat, hari itu juga mereka mengumpulkan kayu bakar. Allah berfirman:

قَالُوا ابْنُوا لَهُ بُنْيَانًا فَأَلْقُوهُ فِي الْجَحِيمِ. فَأَرَادُوا بِهِ كَيْدًا فَجَعَلْنَاهُمُ الْأَسْفَلِينَ

Mereka berkata: “Dirikanlah suatu bangunan untuk (membakar) Ibrahim;lalu lemparkanlah dia ke dalam api yang menyala-nyala itu”. Mereka hendak melakukan tipu muslihat kepadanya, maka Kami jadikan mereka orang-orang yang hina. (QS. Ash-Shaffat: 95-98).

Namun, ketika itu pertolongan langsung datang. Ibrahim tidak gentar dengan ancaman dan eksekusi mereka. Ibrahim hanya berdoa kepada Allah dengan penuh keyakinan. Pada saat Nabi Ibrahim diletakkan di ujung manjaniq, ia dalam keadaan terbelenggu dengan tangan di belakang. Kemudian kaumnya melemparkan Nabi Ibrahim ke dalam kobaran api.

Apa yang diucapkan oleh nabi Ibrahim waktu itu? Ia berucap,

حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ

 “Cukuplah Allah bagi kami, dan Dia sebaik-baik Penolong.”

Allah tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya yang membela agama-Nya. Allah kabulkan doa Ibrahim. Allah pun menyuruh api agar dingin dan memberikan keselamatan kepada Ibrahim.

قُلْنَا يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلامًا عَلَى إِبْرَاهِيمَ

Kami berfirman, ‘Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim.’” (QS. Al-Anbiya’: 69)

Nabi Ibrahim selamat. Diuji dengan orang tua, selamat. Diuji dengan siksa bakar, selamat.

Jamaah shalat Idul Adha dan Khutbah Idul Adha rahimakumullah,

Selesai dengan ujian kufurnya orang tua dan masyarakat, nabi Ibrahim mendapat ujian selanjutnya, yaitu ujian pernikahan. Beliau telah lama menikah dengan Sarah namun belum diberi anak. Lalu menikah lagi dengan sayyidah Hajar, juga belum dikaruniai anak.

Ibrahim selalu berdoa di waktu pagi dan sore. Di waktu siang dan malam. Meminta kepada Allah ‘azza wajalla. Sampai-sampai Allah abadikan doa beliau dalam al-Quran.

رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ

“Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.” (QS. Ash-Shaffat: 100)

Delapan puluh enam tahun dari umurnya, barulah Allah karuniai seorang anak bernama Ismail.

Jamaah shalat Idul Adha dan Khutbah Idul Adha rahimakumullah,

Ujian untuk nabi Ibrahim tidak berhenti sampai di situ. Berikutnya beliau diuji dengan ujian anak.

Ismail adalah anak yang baik. Selalu taat kepada kedua orang tua. Lalu Allah ‘azza wajalla memerintahkan Ibrahim untuk menyembelih anak kesayangannya itu. Allah berfirman:

قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

“Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. Ash-Shafat: 102)

Nabi Ibrahim adalah model seorang hamba yang banyak ujian. Dan nabi Ibrahim lulus dengan semua ujian itu.

Sekarang coba pertanyaannya diarahkan kepada diri kita masing-masing. Jika kita diuji dengan anak, akankah kita berhasil melalui ujian tersebut?

Ini pertanyaan penting dan sangat mendasar.

Hari ini, banyak saudara-saudara kita diuji dengan orang tuanya, hancur akidahnya. Diuji dengan persoalan masyarakat, goyang prinsipnya. Diuji dengan anak, berantakan keyakinannya.

Jamaah shalat Idul Adha dan Khutbah Idul Adha rahimakumullah,

Oleh karena itu, kita selalu diingatkan dengan nabi Ibrahim setiap kali membaca shalawat. Bahkan nama nabi Ibrahim disebutkan hingga empat kali.

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

Apa hikmah dan pelajaran di balik nama nabi Ibrahim yang disebutkan berulang kali dalam shalawat?

Pelajaran pertama: orang beriman pasti akan diuji imannya.

Ketika ia berani menyebutkan kalimat syahadat, maka ketika itu dia akan diuji. Allah berfirman:

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman,” sedang mereka tidak diuji lagi?” (QS. Al-’Ankabut: 2)

Pelajaran kedua: Taat dan cinta Allah harus diletakkan di atas segala cinta dan ketaatan kepada makhluk-Nya.

Kisah Ibrahim yang mendapat wahyu untuk menyembelih anaknya membawa pesan ketaatan yang sangat mendalam.

Tidak ada yang lebih kita cintai dan kita utamakan ketaatannya kecuali hanya kepada Allah ‘azza wajalla semata.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ

Seseorang tidaklah beriman (dengan sempurna) hingga aku lebih dicintainya dari anak dan orang tuanya serta manusia seluruhnya.” (HR. Muslim)

Ismail memang anak kesayangan nabi Ibrahim. Harta-harta itu memang ada dalam genggaman Ibrahim. Tapi jika Allah ‘azza wajalla telah memintanya kembali, maka tidak ada jawaban lain selain menyerahkan seluruhnya kepada Allah ‘azza wajalla. Tanpa banyak bertanya, tanpa banyak alasan.

Oleh karena itulah, Allah ‘azza wajalla menjadikan nabi Ibrahim sebagai sosok teladan dalam menghadapi berbagai ujian ketaatan dan takwa. Allah ‘azza wajalla berfirman:

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ

Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim.” (QS. Al-Mumtahanah: 4)

Jangan kita mengira sudah banyak beramal, ternyata amal kita tidak sampai seujung rambut Ibrahim. Amal kita yang kita anggap sudah banyak itu; haji, umrah, sedekah, puasa, atau lainnya, itu tidak ada apa-apanya dengan sebutir debu yang menempel pada kaki nabi Ibrahim.

Hari ini, pagi ini, umat Islam semuanya berqurban, tapi tidak ada satu pun yang menyembelih anak. Kita tidak dituntut untuk menyembelih anak, kita hanya dituntut menyembelih hewan qurban, yang harganya hanya dua juta lima ratus atau tiga juta.

Pada hari kiamat kelak, qurban yang kita potong itu bersaksi untuk kita di hadapan Allah ‘azza wajalla.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّهَا لَتَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَشْعَارِهَا وَأَظْلَافِهَا

“Dan sesungguhnya kurban yang ia sembelih akan datang di hari kiamat dengan tanduk, bulu dan kukunya (sebagai saksi di hadapan Allah).” (HR. At-Tirmizi)

Jamaah shalat Idul Adha dan Khutbah Idul Adha rahimakumullah,

Pelajaran ketiga: keberhasilan Ibrahim dalam mendidik anaknya.

Sampai pada kepatuhan irasional. Level ketaatan yang tidak masuk akal. Karena begitu patuhnya Ismail kepada bapaknya, dia rela untuk disembelih. Anak adalah investasi akhirat, anak adalah nyawa kedua bagi orang tuanya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau doa anak yang sholeh.” (HR. Muslim No. 1631)

Jamaah shalat Idul Adha dan Khutbah Idul Adha rahimakumullah,

Allah ‘azza wajalla membagi posisi keberadaan anak dalam keluarga menjadi empat.

Pertama: Anak adalah ziinatun (Perhiasan).

Allah ‘azza wajalla berfirman,

“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (QS. Al-Kahfi: 46)

Banyak orang tua merasa sangat senang dan bangga dengan berbagai hal baik yang diperoleh oleh anak-anaknya. Sehingga dia pun akan terbawa baik pula namanya di dunia. Atau juga keberadaan anak memberikan rasa senang.

Kedua: Anak adalah Fitnah (Ujian dan Cobaan)

Allah berfirman:

اِنَّمَآ اَمْوَالُكُمْ وَاَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ ۗوَاللّٰهُ عِنْدَهٗٓ اَجْرٌ عَظِيْمٌ

Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah pahala yang besar.” (QS. At-Taghabun: 15)

Fitnah berarti ujian yang bisa memalingkan orang tua dari ketaatan atau terjerumus dalam perbuatan maksiat.

Anak juga bisa menjadi fitnah (ujian dan cobaan) bagi orang tuanya. Kerap kita saksikan, para orang tua sibuk bekerja membanting tulang tak kenal lelah demi sang anak. Tanpa peduli fikih prioritas amal mana yang didahulukan. Sampai akhirnya meninggalkan ibadah wajib, melupakan ibadah sunnah.

Maka berhati-hatilah. Janganlah kita terlena dan tertipu sehingga kita melanggar perintah Allah.

Ketiga: Anak adalah ‘Aduwwun (Musuh).

Inilah yang paling dikhawatirkan dari empat macam kedudukan anak dalam Al-Quran.

Allah ‘azza wajalla berfirman:

Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. At-Taghābun: 14)

Anak yang menjadi musuh orang tuanya adalah anak yang melalaikan bahkan menjerumuskan orang tuanya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak dibenarkan oleh agama.

Ayat di atas menjelaskan bahwa bisa jadi, keberadaan anak menjadi sebab kedurhakaan dan kemungkaran bagi orang tuanya.

Di akhirat anak bisa menjadi musuh di saat dahulu di dunia orang tua asyik beribadah ke masjid, ikut pengajian, malam Qiyamul Lail, paginya bersedekah, sementara anaknya tidak diperhatikan. Pendidikan agamanya diabaikan. Akhlaknya tak diperhatikan. Yang diperhatikan dari sisi dunianya saja. Tentu ini bisa menjerumuskan orang tua yang taat tadi ke dalam neraka.

Kelak jika Allah bertanya kepada anaknya, kenapa ia lalai ketika di dunia, banyak dosa, tidak tahu ibadah. Si anak akan mengatakan,

Ya Allah, dulu di dunia saya tidak dididik oleh orang tua saya.

Akhirnya ia pun menyeret orang tuanya masuk dan menjadi bagian dari ahli neraka.

Keempat: anak adalah Qurrota A’yun (Penyejuk Hati)

Allah ‘azza wajalla berfirman:

Dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqan: 74)

Qurrotu a’yun adalah menyejukkan pandangan mata karena mereka mempelajari huda (tuntunan Allah) lalu mengamalkannya dengan mengharap ridha Allah.

Inilah kedudukan anak yang terbaik yaitu manakala anak dapat menyenangkan hati dan menyejukkan mata kedua orang tuanya. Mereka adalah anak-anak yang apabila ditunjukkan untuk beribadah, mereka segera melaksanakannya dengan suka cita.

Jamaah shalat Idul Adha dan Khutbah Idul Adha rahimakumullah,

Inilah potret anak yang terlukis dalam diri Ismail putra nabi Ibrahim. Tunduk patuh terhadap perintah Allah. Ketika nabi Ibrahim mendapat wahyu untuk menyembelih Ismail, dengan tulus dan tabah sang anak berkata:

يَا أَبَتِ اشْدُدْ رِبَاطِيْ حَتَّى لاَ أَضْطَرِبَ….

“Wahai Ayahku, kencangkanlah ikatanku agar aku tak lagi bergerak.”

وَاكْفُفْ عَنِّي ثِيَابَكَ حَتَّى لاَ يَنْتَضِحَ عَلَيْهَا مِنْ دَمِّيْ شَيْءٌ فَيَنْقُصَ أَجْرِيْ وَتَرَاهُ أُمِّيْ فَتَحْزَنُ….

Wahai Ayahku, singsingkanlah baju engkau agar darahku tidak mengotori bajumu, maka akan berkurang pahalaku, dan (jika nanti) ibu melihat bercak darah itu niscaya beliau akan bersedih.”

وَيَا أَبَتِ اسْتَحِدَّ شَفْرَتَكَ وَأَسْرِعْ مَرَّ السِّكِّيْنِ عَلَى حَلْقِيْ لِيَكُوْنَ أَهْوَنُ عَلَيَّ فَإِنَّ الْمَوْتَ شَدِيْدٌ….

Dan tajamkanlah pisau Ayah serta percepatlah gerakan pisau itu di leherku agar terasa lebih ringan bagiku karena sungguh kematian itu amat dahsyat.”

وَإِذَا أَتَيْتَ أُمِّيْ فَاقْرَأْ عَلَيْهَا السَّلاَمَ مِنِّيْ…. وَإِنْ رَأَيْتَ أَنْ تَرُدَّ قَمِيْصِيْ عَلَى أُمِّيْ فَافْعَلْ….

Wahai Ayah, apabila engkau telah kembali maka sampaikan salam (kasih)ku kepada ibunda, dan apabila bajuku ini Ayah pandang baik untuk dibawa pulang maka lakukanlah.”

فَقَالَ لَهُ إِبْرَاهِيْمُ نِعْمَ الْعَوْنُ أَنْتَ يَا بُنَيَّ عَلَى أَمْرِ اللهِ تَعَالَى….

“(Saat itu, dengan penuh haru) Ibrahim berkata: “Wahai anakku, sungguh engkau adalah anak yang sangat membantu dalam menjalankan perintah Allah.”

Jamaah shalat Idul Adha dan Khutbah Idul Adha rahimakumullah,

Betapa mulianya nabi Ismail. Di saat mau disembelih pun sempat-sempatnya berbakti kepada orang tua, karena kecintaannya kepada Allah mengalahkan segalanya. Mudah-mudahan Allah menjadikan kita semua, menjadi salah satu dari keduanya.

Menarik untuk kita renungkan jawaban anak-anak nabi Ya’kub ketika ditanya,

“Apa yang kamu sembah sepeninggalku?”

Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.” (QS. Al-Baqarah: 133)

Jamaah shalat Idul Adha dan Khutbah Idul Adha rahimakumullah,

Demikian materi khutbah Idul Adha pada pagi hari ini. Sebelum kita tutup, mari kita akhiri khutbah Idul Adha pagi hari ini dengan menundukkan hati kita di hadapan Allah ‘azza wajalla sembari berdoa.

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، فِي العَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِينَ، وَعَنْ أَزْوَاجِهِ أُمَّهَاتِ المُؤْمِنِينَ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِينَ، وَعَنِ المُؤْمِنِينَ وَالمُؤْمِنَاتِ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ.

اَللَّهُمَّ فَارْفَعْ عَنَّا وَعَنْهُمْ وَعَنْ سَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ الْفِتَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ.

اَللَّهُمَّ اجْعَلْ بَلَدَنَا هَذَا يَسُوْدُهُ الْأَمْنُ وَالْإِيْمَانُ، وَالسَّلَامَةُ وَاْلِإسْلَامُ، وَسَائرَ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ ارْفَعْ عَنَّا الرِّبَا وَاْلوَبَا، وَالْغَلَا وَالزِّنَا، وَسَائِرَ الْمَصَائِبِ وَالْبَلَايَا.

اَللَّهُمَّ احْفِظْنَا بِمَا تَحْفَظُ بِهِ عِبَادَكَ الصَالِحِيْنَ، اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا، اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا، إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، وَاغْفِرْ لَنَا رَبَّنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاكْفِنَا شرَّ أَنْفُسِنَا وَشَرَّ اْلشَيْطُانِ وَشِرْكِهِ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ.

اَللَّهُمَّ انْصُرْ الْمُـسْتَضْعَفِيْنَ فِي دِيْنِهِمْ وَفِي سَائِرِ الْأَوْطَانِ، اَللَّهُمَّ كُنْ لَهُمْ نَاصِرًا وَمُعْيْنًا، وَمُؤَيِّدًا وَظَهِيْرًا.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاشْفِ مَرْضَانَا، وَعَافِ مُبْتَلَانَا، وَتَقَبَّلْ شُهَدَاءَنَا. اَللَّهُمَّ فُكَّ أَسْرَ الْمَأْسُوْرِيْنَ فِي بِقَاعِ الْأَرْضِ أَجْمَعِيْنَ، وَنَفِّسْ كَرْبَ الْمَكْرُوْبِيْنَ، وَفَرِّجْ هَمَّ الْمَهْمُوْمِيْنَ، وَاقْضِ الدَّيْنَ عَنِ الْمَدِيْنِيْنَ.

وَمَتِّعْنَا اَللَّهُمَّ بِالصِّحَّةِ وَالْعَافِيَةِ، وَالْحَسَنَاتِ الْوَفِيْرَةِ، وَالْخَيْرَاتِ الْغَزِيْرَةِ الْكَثِيْرَةِ.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَالِدَيْنَا، وَإِخْوَانَنَا وَأَخْوَاتِنَا، وَأَوْلَادَنَا وَزَوْجَاتِنَا، وَبَنَاتِنَا وَأَحْفَادَنَا، وَأَجْدَادَنَا وَجَدَّاتِنَا، وَأَعْمَامَنَا وَعَمَّاتِنَا، وَأَخْوَالَنَا وَخَالَاتِنَا، وَجِيْرَانَنَا وَجَارَاتِنَا، وَسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ أَجْمَعِيْنَ.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ وَارْحَمْ مَنْ أَتَوا هَذَا الْمَكَان مِنِ أَهْلِهِ وَمِمَّنْ جَاوِرَهُ، وَمَنْ أَقْبَلَ إِلَيْهِ مِنْ أَيِّ مَكَانٍ، وَاجْعَلْ أَعْمَالَهُمْ خَالِصَةً لِوَجْهِكَ الْكَرِيْمِ.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَارْفَعْ دَرَجَاتِ مَشَايِخِنَا وَعُلَمَائِنَا وَدُعَاتِنَا اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْمَيِّتِيْنَ، وَأَصْلِحْ ذَاتِ بَيْنِ الدُّعَاةِ يَا مُجِيْبَ السَّائِلِيْنَ.

اَللَّهُمَّ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ صَالِحَ الْأَعْمَالِ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ، وَتَجَاوَزْ عَنْ سَيِّئِهَا يَا مُجِيْبَ السَّائِلِيْنَ.

اَللَّهُ أَكْبَرُ اَللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، اَللَّهُ أَكْبَرُ، اَللَّهُ أَكْبَرُ، اَللَّهُ أَكْبَرُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، اَللَّهُ أَكْبَرُ، اَللَّهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّه الْحَمْدُ.

Download PDF materi khutbah Idul Adha di sini

Semoga bermanfaat!

Topik Terkait

Muttaqin, S.Pd.I, M.H.

Alumnus pascasarjana IAIN Bukttinggi. Sedang proses pendidikan Doktoral di UIN Imam Bonjol Padang. Pernah mengikuti seminar al-Multaqa ad-Dauliy al-Ilmiy li al-Ustadz wa al-Ulama' wa ad-Dua’at Janub Syarqi Asiya. Sangat menyukai kitab Bahru Raiq fi az-Zuhdi wa ar-Raqaiq karya DR. Ahmad Farid, Aqidah Ushul ats-Tsalatsah karya Syaikh Utsaimin, Al-Minnah fi Ushul al-I’tiqad Ahlu Sunnah wal Jama’ah karya syaikh Yasir Burhami. Aktif mengajar materi Akidah, Fikih, Tafsir, Tazkiyatun Nafs di berbagai tempat di Bukittinggi, Jambi, Medan, Riau, Aceh dan Sumbar.

4 Tanggapan

Pada gak bisa di buka hasi Download nya

Assalamu’alaikum, tolong kirimkan PDF nya ke 085368060412…terimak aksih

mohon ijin minta file pdfnya engge, jazakallahmu. no. hp saya 081336573566

Assalamu’alaikum
Kalau ada PDF nya mohon kiranya dikirim ke WA sy
085252304585, terimakasih

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *