Daftar Isi
Nabi mengajarkan bacaan doa safar sebagai bentuk tawakal dan penyerahan diri kepada Allah.
Transportasi hari ini bisa dibilang sudah sangat maju, meliputi jalur darat, laut, bahkan udara. Jelas sangat berbeda jika dibandingkan dengan apa yang digunakan orang-orang zaman dulu ketika ingin berpindah tempat.
Alat transportasi masa lalu, mulai dari hewan tunggangan, seperti kuda, unta, dan kerbau, hingga perahu dayung dan kapal layar tenaga angin, seiring berjalannya waktu telah bergeser dan digantikan dengan alat transportasi berpenggerak mesin berbahan bakar minyak atau berdaya listrik.
Perubahan ini terjadi seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tentunya.
Dengan kemajuan ini, manusia sangat diuntungkan. Kemudahan, kecepatan, serta kenyamanan saat berpergian merupakan beberapa di antaranya.
Hal inilah yang kemudian menjadikan orang tidak lagi enggan untuk bepergian ke mana pun. Bahkan sebatas hanya untuk berwisata ke suatu tempat meski jauh jarak perjalanannya.
Akan tetapi, dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda,
السَّفَرُ قِطْعَةٌ مِنَ الْعَذَابِ. يَمْنَعُ أَحَدَكُمْ طَعَامَهُ، وَشَرَابَهُ، وَنَوْمَهُ. فَإِذَا قَضَى نَهْمَتَهُ فَلْيُعَجِّلْ إِلَى أَهْلِهِ.
“Safar adalah bagian dari azab (siksa). Ketika safar salah seorang dari kalian akan sulit makan, minum, dan tidur. Jika urusannya telah selesai, bersegeralah kembali kepada keluarganya.” (HR. Al-Bukhari no. 1710; HR. Muslim no. 1927)
Artikel Adab: Etika Berkendara dalam Islam
Dalam hadits di atas Rasulullah menjelaskan bahwa tabiat safar (bepergian) adalah menyusahkan atau menyiksa. Sebagus apa pun alat transportasi, pasti mendatangkan kesusahan meskipun sekadar lelah, dan begitu kenyataannya.
Namun, dengan melihat realitas hari ini yang begitu maju, mungkin sebagian orang akan beranggapan bahwa hadits yang disampaikan oleh Rasulullah sudah tidak seluruhnya relevan. Sebab ada moda transportasi yang sama sekali tidak memberikan efek kesusahan.
Badan tidak lelah, mudah mencari tempat buang hajat, begitu juga makan dan minum, malah ada transportasi yang bahkan lebih mewah daripada rumah tempat tinggal.
Lalu, di mana letak susahnya?
Bentuk Siksaan dalam Safar
Siksa dalam safar adalah kesusahan dan ketidakmudahan yang dialami seseorang dalam perjalanan.
Sebagian orang mungkin menganggapnya hanya berbentuk kesusahan fisik saja, seperti lelahnya badan, sulitnya makan dan minum, serta panasnya perjalanan sebagaimana dijelaskan dan digambarkan dalam hadits.
Namun, ternyata ada bentuk siksaan lain berupa non-fisik, yaitu siksa psikis.
Apa maksudnya?
Siksa psikis adalah bentuk kesusahan yang mendera jiwa atau hati, seperti ketakutan, kekhawatiran, dan ketidaktenangan. Contoh sederhananya adalah orang yang merasa takut dan khawatir ketika pesawat atau kapal yang dinaikinya akan jatuh atau tenggelam.
Para ulama juga memberikan contoh gambaran tentang salah satu bentuk siksa ini.
Imam al-Haramain al-Juwaini ketika ditanya, “Mengapa safar itu dikatakan bagian dari siksa?”
Beliau langsung menjawab,
لِأَنَّ فِيْهِ فِرَاقَ الْأَحْبَابِ.
“Karena dengan safar seseorang berpisah dari hal-hal dan orang-orang yang ia cintai.” (Ibnu Hajar al-Asqhalani, Fathu al-Bari, 3/728)
Baca Juga: Adab-Adab Mudik Lebaran yang Harus Diperhatikan
Adapun kekhawatiran dan ketakutan saat berpisah dengan apa dan siapa yang dicintai merupakan di antara bentuk siksaan tersendiri. Takut sesuatu itu hilang, rusak, atau terjadi suatu hal buruk yang tidak inginkan.
Lalu, khusus bagi seorang muslim, satu hal yang sangat ditakutkan dan dikhawatirkan adalah kesulitan untuk melaksanakan ibadah.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Imam Said al-Maqbari, ketika memberi ta’lil hadits Rasul tersebut, beliau mengatakan,
السَّفَرُ قِطْعَةٌ مِنَ الْعَذَابِ لِأَنَّ الرَّجُلَ يَشْتَغِلُ فِيْهِ عَنْ صَلَاتِهِ وَصِيَامِهِ
“Safar adalah bagian dari siksaan karena seseorang akan disibukkan (disulitkan) dari shalat dan puasa.” (Ibnu Hajar al-Asqhalani, Fathu al-Bari, 3/728)
Berangkat dari ini, maka anggapan bahwa kemajuan teknologi transportasi menghilangkan semua bentuk kesusahan dalam safar tidak benar. Sebab bentuk kesusahan itu bisa berupa fisik dan nonfisik (psikis).
Pentingnya Berdoa Ketika Hendak Bersafar
Kesusahan saat safar merupakan hal yang sudah pasti akan didapatkan. Dengan demikian, yang patut dilakukan oleh seorang muslim ketika hendak safar adalah memohon kemudahan kepada Allah dengan melantunkan doa safar.
Doa safar yang diajarkan oleh Rasulullah mengandung beberapa fadhilah atau keutamaan.
Syaikh Abdurahman as-Sa’di menyebutkan bahwa dalam doa ini terdapat berbagai faedah yang besar. Doa ini menandung unsur permohonan untuk datangnnya maslahat dunia dan akhirat, permohonan datangnya karunia dan dijauhkan dari mara bahaya serta bencana, rasa syukur atas besarnya nikmat yang diberikan, serta harapan agar safar yang dilakukan penuh dengan nilai ibadah. (Abdurrahman as-Sa’di, Bahjah Qulub al-Abrar, 195)
Bacaan Doa Safar yang Diajarkan Nabi
Berikut bacaan doa safar yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
اَللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ.
سُبْحَانَ الَّذِيْ سَخَّرَ لَنَا هٰذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِيْنَ وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُوْنَ.
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِيْ سَفَرِنَا هٰذَا الْبِرَّ وَالتَّقْوَى وَمِنَ الْعَمَلِ مَا تَرْضَى.
اَللَّهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا وَاطْوِ عَنَّا بُعْدَهُ.
اَللَّهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ فِي السَّفَرِ وَالْخَلِيْفَةُ فِي الْأَهْلِ.
اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ وَكَآبَةِ الْمَنْظَرِ وَسُوْءِ الْمُنْقَلَبِ فِي الْمَالِ وَالْأَهْلِ.
Transliterasi Arab Latin doa safar
Berikut ini kami sajikan juga transliterasi Arab-Latin doa safar yang diajarkan Nabi. Harapannya, sahabat dakwah.id yang sudah bisa membaca teks Arab dan yang belum bisa sama-sama bisa mengamalkannya. Semoga bermanfaat!
Allâhu akbar, Allâhu akbar, Allâhu akbar.
Subḥânal-ladzî sakhkhara lanâ hâdzâ wa mâ kunnâ lahû muqrinîna, wa innâ ilâ rabbinâ lamunqalibûn.
Allâhumma innâ nas-aluka fî safarinâ hâdzâ al-birra wat-taqwâ wa minal-‘amali mâ tardhâ.
Allâhumma hawwin ‘alainâ safaranâ hâdzâ wath-wi ‘annâ bu’dahu.
Allâhumma antash-shâḥibu fis-safari, wal-khalîfatu fil-ahli.
Allâhumma innî a’ûdzu bika min wa’tsâ-is-safari wa ka-âbatil-manzhari wa sû-il-munqalabi fil-mâli wal-ahli.
Khutbah Jumat Singkat: Keutamaan Kalimat Laa Ilaaha Illallaah
Arti doa safar
Berikut ini arti atau terjemahan doa safar yang diajarkan oleh Rasulullah kepada kita.
Allah Mahabesar, Allah Mahabesar, Allah Mahabesar.
Mahasuci Allah yang telah menundukkan untuk kami kendaraan ini, padahal kami sebelumnya tidak mempunyai kemampuan untuk melakukannya, dan sesungguhnya hanya kepada Rabb kami, kami akan kembali.
Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu kebaikan, ketakwaan, dan amal yang Engkau ridhai dalam perjalanan kami ini.
Ya Allah, mudahkanlah perjalanan kami ini, dekatkanlah bagi kami jarak yang jauh.
Ya Allah, Engkau adalah rekan dalam perjalanan dan pengganti di tengah keluarga.
Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kesukaran perjalanan, tempat kembali yang menyedihkan, dan pemandangan yang buruk pada harta serta keluarga. (HR. Muslim no. 1342)
Semoga dengan melazimi bacaan doa safar saat hendak bepergian menjadi asbab kemudahan kita dalam perjalanan, dan dijauhkannya kita maupun apa yang kita tinggal dari segala kesusahan. (Rusydi Rasyid/dakwah.id)
Penulis: Rusydi Rosyid
Artikel Zikir & Doa terbaru: