Wasiat Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al-Badr terkait Wabah Corona-dakwah.id

Wasiat Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al-Badr terkait Wabah Corona [PDF]

Terakhir diperbarui pada · 1,970 views

Wasiat Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al-Badr terkait Wabah Corona

 

 

Jumlah kasus wabah Corona di Indonesia per 29 Maret 2020 adalah 1.285 pasien terkonfirmasi, 1107 dalam perawatan, 64 pasien sembuh, dan 114 meninggal. Ini data menurut kawalcovid19.id.

Data korban terjangkit wabah Corona yang kian hari kian meningkat sejak kemunculannya tersebut mengagetkan hampir seluruh masyarakat dunia.

Pemerintah Saudi pun terpaksa untuk menutup sementara masjid al-Haram dan masjid Nabawi dari aktivitas ibadah umat Islam secara umum.

Para ahli medis, peneliti, ahli biologi, ahli virus, dan seluruh elemen masyarakat di berbagai dunia bahu-membahu mencari jalan penyelesaian atas musibah yang menyerang ratusan negara ini.

Tak hanya mereka, para ulama dan ahli agama juga mencoba untuk berkontribusi dalam menenangkan mental psikologis umat yang kian tertekan.

Lebih dari itu, para ulama juga berusaha untuk meluruskan mindset dan akidah umat yang mulai keluar dari kerangka manhaj Ahlu Sunnah wal Jamaah dalam menghadapi serta menyikapi ujian berupa merebaknya virus yang telah menelan ribuan korban ini.

Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin al-Badr, sosok ulama Saudi yang juga pengajar di Masjid Nabawi ini turut serta menyampaikan pesan dan nasihat terkait wabah Corona. Pesan nasihat tersebut beliau unggah di website resmi milik beliau, al-badr.net dengan judul ‘Asyru Washaya li al-Wiqayah min al-Waba’.

Tim redaksi dakwah.id berusaha mengalihbahasakan pesan dan nasihat beliau agar dapat dinikmati oleh kaum muslimin di Indonesia. Khususnya bagi mereka yang belum mampu berbahasa Arab.

Kami juga terbitkan nasihat beliau terkait wabah Corona ini dalam format E-Book. Link download kami cantumkan di akhir tulisan ini.

Baca juga: Jihad Literasi Ulama Nusantara dalam Melawan Penjajah

 

10 Nasihat Perlindungan Diri dari Wabah Corona

Judul Asli: ‘Asyru Washaya li al-Wiqayah min al-Waba’
Penulis: Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al-Badr

Penerjemah: Marzuki Ibnu Syarqi
Editor & Penomoran Hadits: Sodiq Fajar

 

Mukadimah

Segala puji Allah yang senantiasa mengabulkan doa orang-orang yang tertimpa bencana. Dia yang menolong orang yang dirundung kesusahan bila ia memohon kepada-Nya.

Segala puji bagi Allah yang kuasa menyingkirkan segala keburukan dan menghilangkan berbagai kesulitan.

Tidak ada kehidupan bagi hati kecuali dengan zikir kepada-Nya. Tidak akan terjadi sesuatu kecuali atas izin-Nya. Tidak ada jalan keluar dari berbagai hal yang tidak disukai kecuali dengan rahmat-Nya.

Tidak ada yang terjaga dari segala keburukan kecuali dengan penjagaan-Nya. Tidak ada harapan yang terengkuh kecuali dengan kemudahan dari-Nya. Tidak ada kebahagiaan kecuali dengan menaati-Nya.

Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah dengan benar selain Allah yang Maha Esa lagi tiada sekutu bagi-Nya, Rabb semesta Alam, sesembahan sejak manusia yang pertama hingga yang terakhir, yang mengurusi seluruh lapisan langit dan bumi.

Aku bersaksi pula bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, yang diutus dengan membawa kitab yang jelas dan jalan yang lurus. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada beliau, para keluarga dan shahabat beliau seluruhnya.

Amma ba’du.

Berikut ini adalah wasiat berharga saya sampaikan sebagai nasihat di saat orang-orang merasa ketakutan terhadap wabah Corona.

Kami memohon semoga Allah segera mengangkat segala bahaya dan musibah dari kita dan dari seluruh kaum muslimin di mana pun berada.

Semoga pula Allah menghilangkan segala kesulitan dan penyakit, mengaja kita semua sebagaimana Allah menjaga hamba-hamba-Nya yang shalih. Dan Allah Mahakuasa atas itu semua.

Sepuluh wasiat tersebut adalah:

 

Pertama, Bacaan Sebelum Terjadi Bencana

Dari Utsman radhiyallahu’anhu beliau menceritakan bahwa, “Aku mendengar Rasulullah bersabda, “Siapa yang membaca:

بِسْمِ اللَّهِ الَّذِى لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَىْءٌ فِى الأَرْضِ وَلاَ فِى السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Latin:

Bismillaahil ladzi laa yadhurru ma’asmihi syai–un fil ardhi wa laa fis samaa–i wa huwas saami’ul ‘aliim.

Terjemah:

Dengan nama Allah, tidak ada yang mampu membahayakan sesuatu di bumi dan langit. Dia adalah Dzat Yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.

Sebanyak tiga kali, maka dia tidak akan tertimpa bala secara mendadak hingga pagi. Dan siapa yang membacanya pada pagi hari, maka dia tidak akan tertimpa bencana mendadak hingga malam.” (HR. Abu Dawud dan lainnya)

 

Kedua, Memperbanyak Bacaan:

لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّى كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ

Latin:

Laa ilaaha illa anta subhanak inni kuntu minazh zhalimin.

Terjemah:

Tidak ada sesembahan yang hak melainkan Engkau. Sungguh aku termasuk orang-orang yang zalim

 

Allah Ta’ala berfirman,

وَذَا النُّوْنِ اِذْ ذَّهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ اَنْ لَّنْ نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادٰى فِى الظُّلُمٰتِ اَنْ لَّآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ

“Dan ingatlah tatkala Dzun Nun (Yunus) pergi dalam keadaan marah dan menyangka bahwa kami tidak akan menyulitkannya, maka dia dalam keadaan yang sangat gelap. Tidak ada sesembahan yang hak melainkan Engkau. Sungguh aku termasuk orang-orang yang zalim. (QS. Al-Anbiya: 87)

فَاسْتَجَبْنَا لَهٗۙ وَنَجَّيْنٰهُ مِنَ الْغَمِّۗ وَكَذٰلِكَ نُـْۨجِى الْمُؤْمِنِيْنَ

Maka Kami kabulkan doanya dan kami selamatkan dia dari kedukaan, dan demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Anbiya: 88)

Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam tafsirnya ketika menafsirkan kalimat, “Dan demikianlah Kami menyelamatkan kaum mukminin.” Yaitu bila mereka berada dalam kondisi sulit mereka berdoa kepada Kami dengan penuh pengharapan kepada Kami. Apalagi jika mereka membaca doa ini dalam situasi dirundung musibah.” (Tafsir al-Quran al-‘Azhim, Imam Ibnu Katsir, 5/323-324)

Kemudian beliau menyebutkan hadits dari Nabi shalallahu alaihi wasallam,

“Doa Dzun Nun ketika berada dalam perut ikan adalah,

لَا إِلهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ

‘Laa ilaaha illaa anta subhaanaka inni kuntu minazh zhalimin’

“Tidaklah seseorang berdoa dengan membacanya melaikan doanya akan dikabulkan.” (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi)

Ibnul Qayyim dalam kitabnya, AlFawaid (53), berkata,

“Tidak ada yang bisa menolak kesulitan dunia yang sebanding dengan tauhid. Oleh karena itu, doa saat dalam kesulitan adalah dengan tauhid. Doa Dzun Nun yang mana tidaklah seorang berdoa dengannya kecuali dikabulkan adalah doa dengan kalimat tauhid.

Sebaliknya tidak ada yang menjerumuskan manusia pada kesulitan-kesulitan yang besar kecuali syirik.

Dan tidak ada yang bisa menyelamatkan darinya kecuali tauhid. Ia tempat berlindung makhluk dari ketakutan, tempat kembali, benteng pertahanan, dan pertolongan.”

 

Ketiga, Berlindung dari Beratnya Cobaan

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَعَوَّذُ مِنْ جَهْدِ البَلاَءِ، وَدَرَكِ الشَّقَاءِ، وَسُوءِ القَضَاءِ، وَشَمَاتَةِ الأَعْدَاءِ

“Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam berlindung kepada Allah dari cobaan yang memberatkan, penyebab kebinasaan, ketetapan yang buruk, dan dari kejahatan musuh.” (HR. Al-Bukhari No. 6347)

Abu Hurairah juga menuturkan bahwa Rasulullah bersabda,

تَعَوَّذُوا بِاللَّهِ مِنْ جَهْدِ البَلاَءِ، وَدَرَكِ الشَّقَاءِ، وَسُوءِ القَضَاءِ، وَشَمَاتَةِ الأَعْدَاءِ

“Berlindunglah kepada Allah dari cobaan yang memberatkan, penyebab kebinasaan, ketetapan yang buruk, dan dari kejahatan musuh.” (HR. Al-Bukhari No. 6616)

Baca juga: Materi Khutbah Jumat: 10 Tanda Lemahnya Iman

 

Keempat, Selalu Berdoa Saat Keluar Rumah 

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Apabila seseorang keluar dari rumahnya lalu membaca,

بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ

Latin:

Bismillahi tawakkaltu ‘alallahi wa la haula wa la quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘adzim

Terjemah:

Dengan nama Allah, aku bertawakal kepada-Nya. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah.

 

Maka akan dikatakan kepadanya, “Kamu telah diberi hidayah, dicukupi dan dijaga.”

Maka setan pun menjauh darinya dan setan yang lain berkata kepada setan lainnya, “Bagaimana kamu akan bisa menyesatkan orang yang sudah mendapat hidayah, dicukup dan dijaga?” (HR. Abu Dawud No. 5095)

 

Lima, Memohon Kesehatan ii Waktu Pagi dan Sore Hari.

Abdullah bin Umar berkata, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam tidak pernah meninggalkan doa berikut:

اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِى دِينِى وَدُنْيَاىَ، وَأَهْلِى وَمَالِى، اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَتِى، اللَّهُمَّ احْفَظْنِى مِنْ بَيْنِ يَدَىَّ وَمِنْ خَلْفِى، وَعَنْ يَمِينِى وَعَنْ شِمَالِى، وَمِنْ فَوْقِى، وَأَعُوذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِي

Latin:

Allahumma inni as-alukal ‘afiyata fid dunya wal akhirah. Allahumma inni as-alukal ‘afwa wal ‘afiyata fi diini wa dunyaya, wa ahli wa maali. Allahummastur ‘aurati. Allahummahfadzni min baini yadayya wa min khalfi, wa ‘an yamiini wa ‘an syimaali, wa min fauqi. Wa a’udzu bi ‘adzamatika an ughtaala min tahti.

Terjemah:

“Yaa Allah aku memohon kepadaMu afiat di dunia dan akhirat. Yaa Allah aku memohon kepadaMu afiat dalam agama dan duniaku, dalam keluarga dan hartaku. Yaa Allah tutuplah auratku dan berikan aku rasa aman dari ketakutan. Ya Allah jagalah aku dari arah depan dan belakangku, dari kanan dan kiriku, juga dari atasku. Dan aku berlindung dengan keagunganMu dari pembunuhan dari arah bawahku.” (HR. Ahmad No. 4785, dan lainnya)

 

Keenam, Memperbanyak Doa

Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma ia berkata, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda,

مَنْ فُتِحَ لَهُ مِنْكُمْ بَابُ الدُّعَاءِ فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الرَّحْمَةِ، وَمَا سُئِلَ اللَّهُ شَيْئًا يَعْنِي أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ أَنْ يُسْأَلَ العَافِيَةَ

“Siapa yang dibukakan baginya pintu doa berarti telah dibukakan untuknya pintu-pintu rahmat. Dan tidak ada permohonan yang ditujukan kepada Allah yang lebih Allah sukai daripada permohonan akan afiat. (HR. At Tirmidzi No. 3548)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,

إِنَّ الدُّعَاءَ يَنْفَعُ مِمَّا نَزَلَ وَمِمَّا لَمْ يَنْزِلْ، فَعَلَيْكُمْ عِبَادَ اللهِ بِالدُّعَاءِ

“Doa itu bermanfaat untuk apa yang sudah terjadi maupun yang belum terjadi. Maka perbanyaklah doa wahai hamba-hamba Allah.” (HR. At Tirmidzi No. 3548)

 

Ketujuh, Menghindari Tempat Penyebaran Wabah

Abdullah bin Amir menceritakan bahwa ketika Umar radhiyallahu anhu menuju Syam dan sampai di daerah Sarga, sampailah kepada beliau berita tentang tersebarnya wabah di Syam. Kemudian Abdurrahman bin Auf mengabarkan kepadanya bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِذَا سَمِعْتُمْ بِهِ بِأَرْضٍ فَلَا تَقْدِمُوا عَلَيْهِ، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلَا تَخْرُجُوا فِرَارًا مِنْهُ

“Jika kamu mendengar ada wabah di suatu negeri maka janganlah kamu masuk ke dalamnya, bila kamu berada di dalamnya maka janganlah kamu melarikan diri darinya.” (HR. Al-Bukhari No. 5730)

Abu Hurairah menuturkan bahwa Rasulullah bersabda,

لَا يُورِدُ الْمُمْرِضُ عَلَى الْمُصِحِّ

“Janganlah menyatukan onta yang sakit dengan onta yang sehat.” (HR. Muslim No. 2221)

 

Kedelapan, Memperbanyak Berbuat Kebaikan dan Berbagi

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shalalahu alaihi wasallam bersabda,

صَنَائِعُ الْمَعْرُوفِ تَقِي مَصَارِعَ السَّوْءِ، وَالْآفَاتِ وَالْهَلَكَاتِ، وَأَهْلُ الْمَعْرُوفِ فِي الدُّنْيَا، هُمْ أَهْلُ الْمَعْرُوفِ فِي الْآخِرَةِ

“Perbuatan baik bisa menjaga dari keburukan, musibah, bencana, dan ahli kebaikan di dunia adalah ahli kebaikan di akhirat.” (HR. Al-Hakim) 

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,

“Di antara bentuk therapy berbagai penyakit adalah dengan mengerjakan kebaikan dan berbuat kebajikan, zikir, doa, merendah diri dan kembali kepada Allah dengan bertaubat. Hal-hal demikian memiliki pengaruh dalam menangkal penyakit, mendapatkan kesembuhan, bahkan lebih bagus daripada pengobatan menggunakan obat, akan tetapi hal itu juga sangat dipengaruhi oleh kesiapan jiwa, penerimaan, serta keyakinan akan manfaatnya.” (Zadul Ma’ad, Ibnul Qayyim, 4/132)

 Baca juga: Al-Jam’u, Dua Cara Menghadapi Pandemi Corona

 

Kesembilan, Shalat Malam

Dari Bilal radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ فَإِنَّهُ دَأَبُ الصَّالِحِينَ قَبْلَكُمْ، وَإِنَّ قِيَامَ اللَّيْلِ قُرْبَةٌ إِلَى اللَّهِ، وَمَنْهَاةٌ عَنْ الإِثْمِ، وَتَكْفِيرٌ لِلسَّيِّئَاتِ، وَمَطْرَدَةٌ لِلدَّاءِ عَنِ الجَسَدِ

“Hendaknya kalian membiasakan shalat malam, karena ia adalah kebiasaan orang-orang shalih sebelum kalian. Shalat malam adalah amal taqarub kepada Allah, pencegah dari dosa, penghapus dosa, dan pengusir penyakit dari badan.” (HR. At Tirmizi No. 3549)

 

Kesepuluh, Menutup Wadah Makanan dan Minuman

Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu anhu berkata “Aku mendengar Rasulullah bersabda,

غَطُّوا الْإِنَاءَ، وَأَوْكُوا السِّقَاءَ، فَإِنَّ فِي السَّنَةِ لَيْلَةً يَنْزِلُ فِيهَا وَبَاءٌ، لَا يَمُرُّ بِإِنَاءٍ لَيْسَ عَلَيْهِ غِطَاءٌ، أَوْ سِقَاءٍ لَيْسَ عَلَيْهِ وِكَاءٌ، إِلَّا نَزَلَ فِيهِ مِنْ ذَلِكَ الْوَبَاءِ

“Tutuplah bejana kalian, ikat tempat minum kalian, karena dalam bilangan satu tahun ada malam yang di dalamnya diturunkan wabah. Tidaklah wabah itu melewati bejana yang tidak ditutup atau tempat minum yang tidak diikat melainkan wabah itu akan masuk ke dalamnya.” (HR. Muslim No. 2014)

Ibnul Qayyim berkata, “Ini adalah ilmu yang tidak dapat dijangkau oleh teori-teori medis dan khazanah keilmuan mereka.”

Sebagai penutup, saya mengingatkan hendaknya setiap muslim menyerahkan urusannya kepada Allah. Mengharap karunia-Nya, selalu bersemangat dalam meraihnya. Bertawakal kepada-Nya. Karena seluruh urusan makhluk ada ditangan-Nya. Ada dalam pemeliharaan dan pengaturan-Nya.

Hendaknya semua bersungguh-sungguh mencari jalan keluar dari musibah dengan menyertakan sabar dan mengharap pahala. Karena Allah menjanjikan pahala yang besar bagi mereka yang bersabar.

Allah berfirman,

اِنَّمَا يُوَفَّى الصّٰبِرُوْنَ اَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

Dan hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 10)

Aisyah radhiyallahu’anha pernah bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tentang penyakit Tha’un. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

أَنَّهُ كَانَ عَذَابًا يَبْعَثُهُ اللَّهُ عَلَى مَنْ يَشَاءُ، فَجَعَلَهُ اللَّهُ رَحْمَةً لِلْمُؤْمِنِينَ، فَلَيْسَ مِنْ عَبْدٍ يَقَعُ الطَّاعُونُ، فَيَمْكُثُ فِي بَلَدِهِ صَابِرًا، يَعْلَمُ أَنَّهُ لَنْ يُصِيبَهُ إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَهُ، إِلَّا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ الشَّهِيدِ

“Wabah adalah adzab yang Allah turunkan kepada siapa yang dikehendakiNya. Allah menjadikannya sebagai rahmat bagi kaum mukminin. Tidaklah seorang hamba mengalami wabah lalu dia berdiam di negerinya dengan bersabar, menyadari bahwa tidak akan menimpanya kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirinya melainkan dia mendapatkan pahal mati syahid.” (HR. Al-Bukhari)

Saya memohon kepada Allah semoga Allah memberi taufik kepada kita semua kepada apa yang dicintai dan diridhai-Nya berupa amal shalih dan ucapan yang baik. Dialah yang mengatakan perkataan yang benar dan memberi hidayah kepada jalan yang lurus.

Segala puji bagi Allah yang Maha Esa. Shalawat salam kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan para shahabat beliau seluruhnya. (Marzuki Ibnu Syarqi/dakwah.id)

 

 

Download PDF

Untuk Download PDF 10 Nasihat Perlindungan Diri dari Wabah Corona, klik link di atas.

Topik Terkait

Marzuki Ibnu Syarqi

Concern terhadap ilmu fikih. Seorang penulis, penerjemah buku, aktif di dunia dakwah dan keilmuan. Pernah mengikuti majelis-majelis ilmu seperti daurah Kitab Tauhid, daurah Mujmal Ashul Aqidah Ahlu Sunnah wal Jamaah, daurah Fiqh Ihtisab, daurah kitab al-Yaqut an-Nafis, kitab Umdatul Ahkam, kitab Mudzakkirat fie Ushul Fiqh, dan lain-lain.

2 Tanggapan

Apakah pdf yang di download boleh di share (di media lain) ?

Boleh, dengan tetap menyertakan link website dakwah.id sebagai sumber tulisan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *