asap dari benda najis dakwah.id

Ngaji Fikih #26: Asap dari Benda Najis Apakah Juga Najis?

Terakhir diperbarui pada · 1,553 views

Ulama fikih mazhab Syafi’i berpandangan asap dari benda najis yang dibakar hukumnya juga najis. Kenapa berkesimpulan seperti itu? Karena asap benda najis tersebut adalah bagian dari benda najis yang dibakar.

Sebagai catatan, asap dari benda najis yang dianggap najis adalah jika dibakar atau dipanggang menggunakan api.

Dengan begitu, asap benda najis yang keluar bukan karena api tidaklah najis. Misalnya, bangkai yang berasap oleh sebab terik atau panasnya matahari, asap yang keluar dari jamban, dan lain sebagainya.

Benda yang terkena asap dari benda najis maka hukumnya juga menjadi najis. Misalnya, pakaian atau makanan yang terkena asap dari benda najis maka pakaian dan makanan yang awalnya suci berubah menjadi najis.

Sebagian suku pedalaman, di antara mereka masih ada yang menggunakan kotoran kerbau sebagai bahan bakar api.

Artikel Fikih: Apakah Menginjak Kotoran Binatang Membatalkan Wudhu?

Kotoran kerbau itu dikeringkan, setelah kering berfungsi seperti arang. Mereka menggunakan arang yang berasal dari kotoran kerbau tersebut untuk memasak dan lainnya.

Padahal dalam mazhab Syafi’i kotoran kerbau itu hukumnya najis. Saat mereka membakarnya, kemudian asapnya melekat pada makanan atau benda lainnya maka benda tersebut berubah menjadi najis. Hukumnya sama seperti ketika benda tersebut terkena kotoran kerbau.

Akan tetapi, jika asap itu hanya sedikit, menurut sebagian fuqaha mazhab Syafi’i dimaafkan. Dengan demikian, asap najis yang sedikit tidak menajiskan benda lain.

Ukuran sedikit dan banyaknya dikembalikan pada ‘urf (kebiasaan) masing-masing wilayah. Atau dapat diukur dengan melekatnya salah satu dari warna, aroma, dan rasanya.

Ngaji Fikih #21: Air Kencing itu Najis, Kotoran Juga Najis

Ada dua pendapat fuqaha mazhab Syafi’i dalam persoalan ini.

Pertama: Asap benda najis adalah najis dan dimaafkan jika hanya sedikit.

Kedua: Asap benda najis tidaklah najis, ia seperti asap yang keluar dari kotoran dalam lambung. Pendapat pertama adalah pendapat yang masyhur di kalangan fuqaha mazhab Syafi’i.

Wallahu alam. (Arif Hidayat/dakwah.id)

 

Daftar Pustaka:

Kasyifatu As-Saja Syarhu Safinati An-Naja, Syaikh Muhammad Nawawi Al-Bantani, hal. 124, cet. 1/2018 M, Jakarta: Dar Al-‘Alamiyah.
Al-Majmu Syarhu Al-Muhadzab, Muhyiddin Yahya bin Syaraf An-Nawawi, hal. 579/2, Dar Al-Fikr, Maktabah Asy-Syamilah.

 

Baca juga artikel Serial Ngaji Fikih atau artikel menarik lainnya karya Arif Hidayat.

Penulis: Arif Hidayat
Editor: Ahmad Robith

 

Serial Ngaji Fikih sebelumnya:
Ngaji Fikih #25: Seperti Apa Darah Yang Termasuk Najis Itu?

Topik Terkait

Arif Hidayat

Pemerhati fikih mazhab Syafi'i

0 Tanggapan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *