khutbah jumat singkat menggapai kesempurnaan ibadah dakwah.id

Khutbah Jumat Singkat: Menggapai Kesempurnaan Ibadah

Terakhir diperbarui pada · 4,705 views

Khutbah Jumat Singkat
Menggapai Kesempurnaan Ibadah

Pemateri: Muhammad Faishal Fadhli

  • Link download PDF materi khutbah Jumat ada di akhir tulisan.
  • Jika ingin copy paste materi khutbah Jumat ini untuk keperluan repost di media lain, silakan baca dan patuhi ketentuannya di sini: copyright

*) Link download PDF materi khutbah Jumat ada di akhir tulisan

إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلٰه إِلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا.

وَقَالَ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا.

فَأِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النَّارِ. أَمَّا بَعْدُ:

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Rutinitas harian, kadang kala membuat manusia lalai dan lupa dalam menjalankan tugas utamanya, yaitu beribadah kepada Allah Ta’ala. Wa maa khalaqtul jinna wal insa illa liyabudun… dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaku. Demikian termaktub dalam Surah adz-Dzariyat: 56.

Betapa pentingnya urusan ibadah, bahkan langit-bumi dan seluruh isinya, Allah ciptakan sebagai penopang agar manusia dapat mewujudkan tujuan yang agung ini.

Meskipun ayat di atas sudah sangat familier, akan tetapi karena kesibukan tertentu, kadang kala kita lupa menunaikan ibadah. Sekalipun menjalankan ibadah, namun tidak berhasil merasakan kenikmatannya. Meskipun ibadah tetap ditunaikan, seakan-akan, hanya menjadi selingan yang tidak begitu dihiraukan. Seolah-olah hanya kegiatan biasa tanpa makna.

Padahal sejatinya, ibadah adalah momen sakral yang bisa mendatangkan ketenangan lahir batin. Namun karena dikerjakan secara asal-asalan, tanpa penghayatan, maka hilanglah maqashid dari ibadah tersebut. Tujuan, nilai, hikmah, keutamaan, dan pahala yang terkandung dalam suatu ibadah, tidak tercapai karena kurang sempurna pelaksanaannya.

Dari Ammar bin Yasir dia berkata, saya mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,

إِنَّ الرَّجُلَ لَيَنْصَرِفُ وَمَا كُتِبَ لَهُ إِلَّا عُشْرُ صَلَاتِهِ تُسْعُهَا ثُمْنُهَا سُبْعُهَا سُدْسُهَا خُمْسُهَا رُبْعُهَا ثُلُثُهَا نِصْفُهَا.

Sesungguhnya ada seseorang yang benar-benar mengerjakan shalat, namun pahala shalat yang tercatat baginya hanyalah sepersepuluh (dari) shalatnya, sepersembilan, seperdelapan, sepertujuh, seperenam, seperlima, seperempat, sepertiga, dan seperduanya saja.” (HR. Abu Daud No. 796)

Dari hadits yang singkat ini, dapat disimpulkan bahwa kualitas ibadah setiap orang berbeda-beda, sehingga pahalanya pun berbeda. Meskipun secara lahirsama-sama mendirikan shalat, dari mulai takbir, ruku, i’tidal, dan sujudnya sama, tetapi, nilainya bisa berbeda.

Semakin khusyuk dan sempurna, maka semakin banyak pahala yang akan diraih. Karena itulah, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memberi hadiah yang sangat berharga kepada Mu’adz bin Jabal radhiyallahu anhu, yaitu sebuah doa agar dimampukan mengerjakan ibadah dengan sempurna.

Doa ini diajarkan setelah Nabi menyatakan rasa cintanya kepada Mu’adz.

Dari Muadz bin Jabal radhiyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengambil tangannya, lalu bersabda,

يَا مُعَاذُ! وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ، فَقَالَ: أُوْصِيْكَ يَا مُعَاذُ لَا تَدَعَنَّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ تَقُولُ: اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ.

“Hai Muadz, demi Allah, sesungguhnya aku mencintaimu. Setelah mengatakan demikian, Rasulullah bersabda kembali,‘Aku berpesan kepadamu, wahai Muadz, jangan sampai kamu meninggalkan setiap selesai melaksanakan shalat supaya membaca: Ya Allah, semoga Engkau memberi pertolongan kepada kami untuk bisa selalu ingat (zikir) kepada-Mu, syukur kepada-Mu, dan beribadah dengan baik kepada-Mu.’” (HR. Abu Daud No. 1522)

Tolok Ukur Kesempurnaan Ibadah

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Ibadah yang sempurna adalah ibadah yang baik dan diterima di sisi Allah. Sebagai hamba yang mengharap ridha Ilahi, sudah seyogyanya kita memprioritaskan ibadah dan selalu memerhatikan kualitas amalan yang kita persembahkan kepada-Nya.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, sebagaimana diriwayatkan oleh imam ath-Thabarani dalam kitab al-Mu’jam al-Ausath hadits nomor 897,

إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلاً أَنْ يُتْقِنَهُ.

Maknanya, Allah tidak menyukai seseorang orang yang asal-asalan dalam beramal. Sebaliknya, Dia mencintai hamba-Nya yang tekun, serius dan sempurna dalam mengerjakan sesuatu. Baik itu urusan dunia apalagi urusan akhirat.

Maka dari itu, sangat penting mengetahui hal-hal yang menjadi tolok ukur kesempurnaan ibadah. Di antaranya adalah:

Pertama: Ikhlas dan Mutaba’ah

Dua hal ini merupakan syarat mutlak yang harus diwujudkan. Ikhlas bukan hanya terbebas dari kesyirikan. Ikhlas dalam artian benar-benar mengharap keridhaan Allah dan mengosongkan hati dari keinginan dipuji oleh manusia. Inilah kondisi seorang mukmin.

Sedangkan mutabaah ialah menunaikan ibadah sesuai petunjuk dari Rasulullah. Mengikuti tata cara yang beliau ajarkan.

Ibadah yang paling baik di sisi Allah, adalah ibadah yang menggabungkan dua hal ini. Sebagaimana perkataan Fudhail bin Iyadh rahimahullah ketika menafsirkan Surah al-Mulk: 2.

Huwa alladzii khalaqal mauta wal hayaat liyablukum ayyukum ahsanu amalan.

Dialah Allah Yang menciptakan kehidupan dan kematian untuk menguji kalian, siapa yang paling baik amalnya. Menurut Fudhail, ahsanu amala adalah yang ikhlas dan benar, yakni sesuai petunjuk Nabi.

Kedua: Disertai Rasa Khauf, Raja’, dan Mahabbah

Tiga hal ini menjadi pilar yang menopang kesempurnaan ibadah. Ibadah tidak akan berdiri tegak sempurna, jika salah satu dari pilar ini hilang, khauf atau rasa takut, raja` atau harapan, dan mahabbah atau cinta.

Dari rasa khauf, lahirlah pengagungan kepada Dzat Yang Maha Agung. Sedangkan buah dari raja` atau harapan adalah sifat husnudzhan billah, prasangka baik pada Allah Yang Maha Penyayang. Adapun pilar mahabbah, sangat dibutuhkan agar ibadah terasa ringan dan tidak menjemukan.

Perumpamaan seorang hamba yang sedang menempuh perjalanan menuju Allah, bagaikan burung. Kepalanya adalah mahabbah, sepasang sayapnya adalah khauf dan raja`. Dengan dua hal ini, ia akan sampai kepada Tuhannya.

Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam surah al-Isra’ ayat 57,

وَيَرْجُوْنَ رَحْمَتَهٗ وَيَخَافُوْنَ عَذَابَهٗۗ

Mereka mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya.”

Maka dari itu, setiap kali hendak mengerjakan ibadah, hendaknya kita menghadirkan tiga rasa ini dalam hati.

Cara menumbuhkan khauf yaitu dengan mengingat ancaman ketika ibadah itu ditinggalkan. Sedangkan cara menumbuhkan raja adalah dengan mengingat fadhilah atau keutamaan yang Allah janjikan. Adapun cara menumbuhkan mahabbah, yaitu dengan mengingat nikmat-nikmat Allah dan kasih sayang-Nya yang luas; meliputi segala sesuatu.

Ketiga: Dilaksanakan dengan Khusyuk dan Muraqabah

Khusyuk adalah amalan hati. Khusyuk bukanlah suatu kondisi yang tercipta dengan menggunakan atribut tertentu. Bukan pula ditunjukkan dengan gestur dan gerakan tubuh.

Hati yang khusyuk dalam beribadah, adalah hati yang kosong dari memikirkan sesuatu selain Allah. Sedangkan muraqabah adalah kesadaran bahwa setiap perbuatan selalu dilihat dan diawasi oleh Allah.

Khusyuk dan muraqabah, merupakan maqam ihsan dalam beribadah. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallama bersabda,

اَلْإِحْسَانُ: أَنْ تَعْبـــُدَ اللَّهَ كَأَنَّــكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ.

Ihsan adalah engkau menyembah Allah seakan engkau melihat-Nya, bila engkau tak melihat-Nya maka sesungguhnya Allah melihatmu.” (HR Muslim)

Maksud dari “menyembah Allah seakan engkau melihat-Nya” adalah kekhusyukan. Ketika fokus seseorang tertuju hanya kepada Allah, sampai-sampai apa yang terjadi di sekitarnya, tidak ia hiraukan.

Seperti inilah kondisi para salaf ketika shalat. Contohnya seperti kisah Urwah bin Zubair radhiyalllahu anhuma. Ia menjadikan sebagai obat bius saat kakinya harus diamputasi.

Sedangkan maksud dari “bila engkau tak melihat-Nya, sesungguhnya Allah melihatmu.” adalah muraqabah. Ketika ilmu membuahkan keyakinan bahwa Allah sangat dekat dan selalu mengawasi. Jika seseorang benar-benar menyadari hal ini, maka ia akan selalu berusaha menyempurnakan ibadahnya.

Demikianlah materi khutbah Jumat singkat tentang beberapa hal yang dapat mengantarkan kita pada kesempurnaan ibadah. Yaitu dengan merasakan kehadiran Allah dalam setiap amalan. Wallahul muwaffiq ila aqwamtih thariq.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah Kedua

إِنَّ الْحَمْدَ لِلهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلٰه إلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.

اَللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الْإِيْمَانَ، وَزَيِّنْهُ فِي قُلُوْبِنَا، وَكَرِّهْ إِلَيْنَا الْكُفْرَ وَالْفُسُوْقَ وَالْعِصْيَانَ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الرَّاشِدِيْنَ، اَللَّهُمَّ اهْدِنَا وَلَا تُضِلُّنَا، اَللَّهُمَّ أَعِنَّا عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ، وَتَوَفَّنَا عَلَى ذَلِكَ، اَللَّهُمَّ تَوَفَّنَا وَأَنْتَ رَاضٍ عَنَّا، اَللَّهُمَّ أَحْيِنَا عَلَى التَّوْحِيْدِ وَالسُّنَّةِ، وَأَمِتْنَا عَلَى التَّوْحِيْدِ وَالسُّنَّةِ، إِنَّكَ وَلِيُّ ذَلِكَ وَالْقَادِرُ عَلَيْهِ.

اَللَّهُمَّ أَعِنَّا عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ، وَاخْذُلْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ، اَللَّهُمَّ انْصُرْ دِيْنَكَ، وَكِتَابِكَ، وَسُنَّةِ نَبِيِّكَ، وَعِبَادِكَ الْمُؤْمِنِيْنَ.

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِي فِيْهِ مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِي فِيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ، اَللَّهُمَّ احْقِنْ دِمَاءَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَاجْمَعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الْحَقِّ الْمُبِيْنَ، وَافْرُجْ عَنَّا مَا نَحْنُ فِيْهِ يَا رَبَّ الْعَاَلَمِيْنَ.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. وَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ الْجَلِيْلَ يَذْكُرْكُمْ، وَأَقِمِ الصَّلَاةَ.

Download PDF Materi Khutbah Jumat Menggapai Kesempurnaan Ibadah
di sini:

Semoga bermanfaat!

Topik Terkait

Muhammad Faishal Fadhli

Pengkaji Literatur Islami. Almnus Program Kaderisasi Ulama (PKU) Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor angkatan 14.

3 Tanggapan

sangat membantu sya dalam latihan khutbah, semoga jadi amal jariah…aamiin.

Alhamdulillaah. Sangat bermanfaat. Semoga Allah SWT membalas dengan kebaikan dan pahala yang berlipat kali.

ALHAMDULIILAH SANGAT MEMBANTU

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *