Batasan Aurat Wanita Muslimah di Hadapan wanita non-Muslim-dakwah.id

Batasan Aurat Wanita Muslimah di Hadapan Wanita non-Muslim

Terakhir diperbarui pada · 7,181 views

Mengenai batasan aurat wanita muslimah di hadapan wanita non-muslim apakah sama dengan kepada laki-laki bukan mahramnya? Karena terkadang teman kuliah dan kantor saya suka bermalam di kosan.. Mohon bimbingannya ust. Jazakumullah khair

[Faiza al-Azfa]

JAWABAN

Untuk memahami batasan aurat wanita muslimah di hadapan wanita non-muslim, prinsip yang harus dipahami terlebih dahulu adalah, para ulama mazhab Hanafi, mazhab Syafi’i, mazhab Maliki, dan mazhab Hanbali sepakat bahwa wanita non-muslim boleh melihat bagian wajah dan kedua telapak tangan wanita muslimah.

Kemudian, tentang batasan aurat wanita muslimah di hadapan wanita non-muslim ini para ulama fikih berbeda pendapat.

Dalam Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyah al-Kuwaitiyah (31/47) disebutkan, jumhur ulama fikih mazhab Hanafi, mazhab Maliki, dan pendapat yang paling benar dalam mazhab Syafi’i sepakat bahwa posisi wanita non-muslim bukan mahram di hadapan wanita muslimah itu sama seperti posisi laki-laki bukan mahram di hadapan wanita muslimah.

Dalilnya, firman Allah ‘azza wajalla,

وَلَا يُبْدِيْنَ زِيْنَتَهُنَّ اِلَّا لِبُعُوْلَتِهِنَّ اَوْ اٰبَاۤىِٕهِنَّ اَوْ اٰبَاۤءِ بُعُوْلَتِهِنَّ اَوْ اَبْنَاۤىِٕهِنَّ اَوْ اَبْنَاۤءِ بُعُوْلَتِهِنَّ اَوْ اِخْوَانِهِنَّ اَوْ بَنِيْٓ اِخْوَانِهِنَّ اَوْ بَنِيْٓ اَخَوٰتِهِنَّ اَوْ نِسَاۤىِٕهِنَّ

Dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan (sesama Islam) mereka.” (QS. An-Nuur: 31) 

Maksudnya, meskipun wanita muslimah boleh melihat aurat wanita non-muslim tersebab kepentingan khusus tertentu, namun ada riwayat shahih yang menyebutkan bahwa Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu pernah memerintahkan untuk melarang para wanita non-muslim (ahlul kitab) memasuki tempat mandi bersama wanita muslimah. (Hawasyi Tuhfatil Minhaj fi Syarh al-Minhaj, Ibnu Hajar al-Haitami, 7/196)

Pendapat lain dalam mazhab Syafi’i menyebutkan, batasan aurat wanita muslimah di hadapan wanita non-muslim adalah bagian yang boleh ditampakkan saat beraktivitas; wajah, kepala, tangan sampai siku, kaki sampai lutut.

Pendapat lain, masih dalam mazhab Syafi’i, batasan aurat wanita muslimah di hadapan wanita non-muslim sama seperti ketika wanita muslimah di hadapan wanita muslimah karena memiliki kesamaan jenis kelamin. (Mughni al-Muhtaj, Muhammad Khatib asy-Syarbini asy-Syafi’i, 3/131)

Sedangkan pendapat mazhab Hanbali lebih luas dari pendapat mazhab lainnya. Ulama fikih mazhab Hanbali berpendapat bahwa batasan aurat wanita muslimah di hadapan wanita non-muslim adalah bagian antara pusar hingga lutut. (Al-Inshaf fi Ma’rifati ar-Rajih min al-Khilaf, ‘Alauddin al-Mardawi al-Hanbali, 8/24)

Jadi, wanita non-muslim boleh melihat bagian ujung kepala hingga pusar, dan ujung kaki hingga lutut dari wanita muslimah.

Kesimpulan pendapat ini adalah hasil qiyas dengan batasan aurat wanita muslimah di hadapan wanita muslimah lainnya.

Fatwa Ulama Kontemporer Tentang Batasan Aurat Wanita Muslimah Di Hadapan Wanita Non-Muslim

Syaikh bin Baz rahimahullah lebih memilih pendapat mazhab Hanbali yang menyatakan batasan aurat wanita muslimah di hadapan wanita non-muslim adalah selain bagian antara pusar hingga lutut.

Pendapat beliau ini diunggah dalam website resmi beliau binbaz.org.sa

Sedangkan Lembaga fatwa negara Qatar sebagaimana yang dipublikasikan dalam website fatwa.islamweb.net merajihkan salah satu pendapat mazhab Syafi’i yang menyatakan batasan aurat wanita muslimah di hadapan wanita non-muslim adalah bagian yang boleh ditampakkan saat beraktivitas; wajah, kepala, tangan sampai siku, kaki sampai lutut.

Sementara Syaikh Muhammad Shalih al-Munajjid dalam salah satu fatwanya yang diunggah di web islamqa.info, setelah menyebutkan letak faktor penyebab perbedaan ulama fikih tentang batasan batasan aurat wanita muslimah di hadapan wanita non-muslim, beliau menyatakan bahwa batasan aurat wanita muslimah di hadapan wanita non-muslim adalah sebagaimana batasan aurat wanita muslimah yang boleh ditampakkan di hadapan mahramnya.

Yakni bagian tubuh yang digunakan untuk tempat mengenakan perhiasan, atau bagian tubuh yang dibasuh ketika wudhu.

Pendapat yang beliau pilih ini merujuk kepada pendapat Syaikh Muhammad Shalih Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah yang terdokumentasikan dalam kitab Fatawa al-Mar’ah al-Muslimah (1/417). Wallahu a’lam. [dakwah.id]

Dijawab oleh Ustadz M Sodiq Fajar F I, S.Pd.I. Pemimpin redaksi sekaligus penulis di website dakwah.id.

Artikel Konsultasi Lainnya:

Hak Warisan Adik Perempuan Berapa Bagian?
Kenapa tidak ada hukuman dari Allah atas beberapa kemaksiatan yang terjadi?
Vaksinasi Hepatitis pada Bayi, Boleh atau Tidak?
Talak Ketika Nifas Apakah Tetap Berlaku, atau Bagaimana?
Tidak Puasa Ramadhan Dua Kali Karena Sedang Hamil Dan Menyusui

Topik Terkait

Sodiq Fajar

Bibliofil. Pemred dakwah.id

0 Tanggapan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *