Adab Makan Baginda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam-dakwah.id

Adab Makan Baginda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam

Terakhir diperbarui pada · 3,515 views

Adab Makan Baginda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam – Kehidupan Rasulullah shalallahu alaihi wa salam sudah sangat cukup untuk dijadikan teladan bagi seluruh umat manusia.

Mulai dari hal yang terkecil hingga urusan dalam memimpin Negara. Beliau adalah paket lengkap sebagai teladan bagi manusia, termasuk adab saat makan.

Firman Allah Azza wa Jalla,

Sesungguhnya telah ada dalam diri Rasul itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.(QS. Al-Ahzab: 21).

Islam sungguh menjujung tinggi akhlaqul karimah, sehingga Allah mengirim sosok manusia pilihan untuk menjadi contoh dari akhlak terbaik.

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

 إِنَّمَابُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ

Sesungguhnya aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad dengan lafadz ini dalam Musnad-nya 2/381, Imam Al Haakim dalam Mustadrak-nya 2/613, dan Imam Al-Bukhari dalam kitabnya Adabul Mufrad no. 273)

 

Begini Adab Makan Rasulullah

Di antara adab makan yang dipraktekkan Rasulullah dapat kita jumpai dalam beberapa hadits, sebagai berikut:

1. Mengucapkan basmallah sebelum makan.

Setiap aktivitas seorang muslim, hendaknya diawali dengan membaca basmallah. Ini merupakan adab yang sangat mulia, termasuk juga dalam adab makan.

Berdasarkan hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Apabila salah seorang di antara kalian hendak makan, maka ucapkanlah: ‘Bismillaah’, dan jika ia lupa untuk mengucapkan bismillah di awal makan, maka hendaklah ia mengucapkan: ‘Bismillaah awwaalahu wa aakhirahu’ (dengan menyebut Nama Allah di awal dan akhirnya). (HR. Abu Dawud No. 3767, at-Tirmidzi No. 1858, Ahmad, VI/143)

2. Makan dengan tangan kanan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Apabila salah seorang dari kalian makan, makanlah dengan tangan kanan dan minumlah dengan tangan kanan, karena sesungguhnya setan makan dan minum dengan tangan kirinya.” (HR. Muslim)

Bahkan, Rasulullah pernah mendoakan keburukan bagi seseorang yang makan dengan tangan kirinya.

Suatu ketika ada orang makan di hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam dengan tangan kirinya.

Lalu beliau bersabda, “Makanlah dengan tangan kananmu!” Orang itu menjawab, “Saya tidak bisa” Beliau bersabda, “Semoga kamu tidak bisa!

Orang tersebut tidak mau makan dengan tangan kanan hanya karena sombong. Akhirnya dia benar-benar tidak bisa mengangkat tangan kanannya ke mulutnya. (HR. Muslim)

3. Hendaknya tidak meniup pada makanan yang masih panas dan tidak memakannya hingga menjadi lebih dingin.

Tidak diperkenankan juga meniup pada minuman yang masih panas. Apabila hendak bernafas, maka lakukanlah di luar gelas.

Hadits Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu anhu:

نَهَى عَنِ النَّفْخِ فِي الشُّرْبِ

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang meniup (dalam gelas) ketika minum.” (HR. Tirmidzi hadits hasan menurut Syaikh al-Albani)

4. Tidak mencela makanan.

Makanan adalah nikmat pemberian Allah. Oleh sebab itu, setiap muslim dilarang untuk mencela makanan. Ini adab makan yang dicontohkan shallallahu ‘alaihi wa sallam.

مَا عَابَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَعاَماً قَطُّ إِنِ اشْتَهَاهُ أَكَلَهُ وَ إِنْ كَرِهَهُ تَرَكَهُ

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah mencela makanan. Apabila beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berselera, (menyukai makanan yang telah dihidangkan) beliau memakannya. Jika kalau tidak suka (tidak berselera), maka beliau meninggalkannya.” (HR. Al-Bukhari & Muslim)

5. Tidak berlebihan menyantap hidangan.

Termasuk adab makan yang dipraktikkan shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah tidak berlebihan dalam menyantap hidangan.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Tidak ada yang lebih jahat dari pada orang yang memadati perutnya dengan makanan untuk menguatkan badannya. Jika perlu ia makan, hendaklah perutnya diisi sepertiga makanan, sepertiga air (minuman), dan sepertiga lagi untuk udara (bernafas).” (HR. At-Tirmidzi No. 2302)

6. Mengakhiri makan dengan pujian kepada Allah

Mengakhiri makan dengan berdoa adalah bagian penting dalam adab makan seorang muslim. Demikian Rasulullah mencontohkan.

Doa selesai makan dapat kita jumpai dalam sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

مَنَ أَكَلَ طَعَاماً وَقَالَ: اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ أَطْعَمَنِيْ هَذَا وَرَزَقَنِيْهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّيْ وَلاَ قُوَّةٍ، غُفِرَ لَهُ مَاتَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barang siapa sesudah selesai makan berdo’a: ‘Alhamdulillaahilladzi ath‘amani hadza wa razaqqaniihi min ghairi haulin minni walaa quwwatin (Segala puji bagi Allah yang telah memberi makanan ini kepadaku dan yang telah memberi rizki kepadaku tanpa daya dan kekuatanku),’ niscaya akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (Hadits shahih diriwayatkan oleh Abu Dawud)

7. Mendahulukan makan daripada shalat jika makanan telah dihidangkan.

Termasuk adab makan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau selalu mendahulukan makan dari pada shalat, jika makan telah dihidangkan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Apabila makan malam telah dihidangkan dan shalat telah ditegakkan, maka mulailah dengan makan malam dan janganlah tergesa-gesa (pergi shalat) sampai makanmu selesai.” (HR. Muttafaq ‘alaih)

Mengapa Rasulullah menganjurkan demikian?  Salah satu maksud syariatnya adalah agar supaya hati terasa tenang, khusyuk, dan tidak memikirkan makanan saat menegakkan shalat.

Yang menjadi pertimbangan adalah tingkat rasa lapar yang dirasakan. Jika rasa lapar sangat terasa dan makanan telah dihidangkan hendaknya mendahulukan makan.

Namun jika lapar tidak begitu terasa, maka lebih utama untuk menegakkan shalat, lalu setelah itu menyantap makanan yang telah dihidangkan.

Itulah adab-adab makan yang perlu diperhatikan oleh setiap muslim dan diajarkan kepada generasi muda umat Islam. Agar kelak di kemudian hari tercipta suasana sosial umat Islam yang memerhatikan syariat Islam hingga pada persoalan adab sekalipun. Wallahu a‘lam [Sodiq Fajar/dakwah.id]

Sodiq Fajar

Bibliofil. Pemred dakwah.id

0 Tanggapan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *