Orang Sombong Kekal di Neraka-dakwahid

Orang Sombong Kekal di Neraka?

Terakhir diperbarui pada · 4,154 views

Dalam  bahasa arab, istilah sombong diartikan dengan ”al-Kibru”, berasal dari akar kata ”kabura – yakburu, atau takabbara” berarti: ”Asy syarfu wa ar rif’ah: memuliakan dan meninggikan (diri sendiri)” (Al-Munjid fii al-Lughah wa al-A’lam, Mahar Amin)

Dalam kitab al-Kabaair karangan Muhammad bin Abdul Wahab, beliau menjelaskan tentang al-Kibru:

”Yaitu kondisi seseorang yang membanggakan diri sehingga dia melihat orang lain lebih rendah darinya”. (Al-Kabaair, Muhammad bin Abdul Wahhab, I/34)

Para ulama menjelaskan bahwa al-Kibru adalah salah satu karakter yang tercela dan dibenci. Bahkan Imam Adz-Dzahabi menggolongkan sifat ini dalam kategori al-Kabaair/dosa-dosa besar.

Iblis laknatullah ‘alaih dijanjikan oleh Allah abadi di dalam neraka lantaran kesombonganya ketika diperintah Allah untuk sujud kepada Adam ’alaihis salam namun menolaknya.

Iblis beralasan bahwa dia diciptakan dari api sedangkan adam diciptakan dari tanah. Menurutnya, api lebih mulia dari tanah.

Ada sebuah pertanyaan yang terkadang membuat bingung sebagian masyarakat muslim berkaitan dengan perilaku takabur ini. Di akhirat kelak, apakah orang yang sombong itu kekal di neraka sebagaimana kisah iblis tadi?

Kalau jawaban ”iya”, bagaimana maksud hadits Rasulullah tentang seseorang yang telah mengucapkan laa ilaaha illallah kemudian meninggal maka dia masuk surga?

Namun jika jawabannya ”tidak”, lantas apa maksud hadits Rasulullah bahwa seseorang tidak akan masuk surga apabila dalam hatinya terdapat kesombongan walau hanya sebesar dzarrah (seukuran biji sawi)?

Secara zahir, kedua hadits di atas memang tampak terdapat ta’arudh (pertentangan makna).

Namun, jika kita mau menganalisa lebih teliti dan objektif, pada kedua hadits di atas tidak ada masalah dalam sisi makna.

Agar lebih mudah memahaminya, mari kita cermati kedua teks hadits di bawah ini.

  1. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Seseorang tidak akan masuk ke dalam neraka jika dalam hatinya masih terdapat iman walau sebesar dzarrah, dan seseorang tidak akan masuk jannah jika dalam hatinya terdapat kibr walaupun sebesar dzarrah”. (Shahih al-Bukhari, 8/555)

  1. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Tidaklah seorang hamba yang meninggal dan dia masih mengucapkan laa ilaaha illallah melainkan dia akan dimasukkan ke dalam jannah”. (Shahih Muslim, 1/95, kitabul imaan, 154)

Perlu dipahami bahwa kibr atau sombong terbagi menjadi dua jenis;

Pertama, sombong yang menghapus iman secara umum. Orang tersebut tidak dimasukkan ke dalam jannah sebagaimana firman Allah,

إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

“… sesungguhnya orang yang menyombongkan diri dari beribadah kepada-Ku akan masuk neraka dalam keadaan hina.” (QS. Ghafir: 60)

Seperti sombongnya Fir’aun, Iblis, dan kesombongan kaum yahudi.

Kedua, sombong yang tidak menghapus iman secara umum. Jenis ini hanya menghapus kesempurnaan iman yang wajib.

Seperti penghinaan terhadap ciptaan Allah, mendustakan kebenaran.

Sebagaimana sabda Rasulullah:

Al Kibru (kesombongan) adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia”. (Shahih Muslim, 1/93 kitab Al-Iman No. 147, Majmu’ Fatawa, Ibnu Taimiyyah, 7/677)

Barangsiapa yang terjangkiti kesombongan jenis pertama, maka dia haram masuk ke dalam jannah untuk selamanya.

Namun, bagi siapa yang terjangkiti kesombongan jenis kedua, dia mendapat hak untuk masuk jannah (atas pahala kebaikan yang dia perbuat selama di dunia).

Haram baginya masuk jannah pada permulaan namun tidak selamanya.

Maksudnya, ia akan diadzab atas dosa sombongnya, kemudian setelah itu dimasukkan ke dalam jannah.

Dengan demikian, maksud dari hadits yang pertama adalah penjelasan tentang hukum orang yang terjangkiti penyakit al-Kibru atau sombong, yaitu tidak ada hak untuk masuk jannah.

Artinya, bahwa seseorang yang dalam hatinya terdapat al-Kibru (jenis pertama) walau sebesar dzarrah maka hukum bagi dia tidak masuk jannah.

Begitu juga bagi seseorang yang dalam hatinya terdapat iman walau sebesar dzarrah, maka dia dihukumi tidak masuk neraka.

Inilah penjelasan dari sisi hukum syar’i. Kemudian selebihnya Allah lebih mengetahui terhadap apa yang akan Dia perbuat terhadap hamba-Nya di kampung akhirat kelak. Wallahu a’lam. [Shodiq/dakwah.id]

Topik Terkait

Sodiq Fajar

Bibliofil. Pemred dakwah.id

0 Tanggapan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *