3 amaln dahsyat di bulan muharam dakwah.id

Tiga Amalan Dahsyat di Bulan Muharam

Terakhir diperbarui pada · 10,581 views

Ternyata, bulan Muharam adalah salah satu bulan haram yang memiliki keutamaan, sebagaimana bulan Ramadhan juga memiliki keutamaan. Saat bulan muharam, ada beberapa amalan dahsyat yang tidak bisa dilakukan di bulan selain bulan haram.

Sangat disayangkan sekali jika sampai ketinggalan untuk melaksanakan amalan-amalan mulia tersebut.

Amalan Pertama: Waktu Puasa/Shaum terbaik setelah Ramadhan

Puasa/shaum yang dilakukan di bulan Muharam ternyata disebut oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai puasa/shaum yang terbaik setelah shaum Ramadhan.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ الله الْمُحَرَّمِ

“Sebaik-baik puasa/shaum setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah, bulan Muharram.” (HR. Muslim)

Al-Qari mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ‘syahrullah’ adalah seluruh bulan-bulan yang diharamkan (Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muaram, Rajab). (lihat penjelasan lebih lanjut di islamqa.info)

Amalan Kedua: Memperbanyak amal shalih di bulan Muharam

Manakala Allah ‘Azza wa Jalla menetapkan keagungan dan kemuliaan pada suatu hal, tentu di dalamnya terdapat nilai lain yang tersimpan di dalamnnya.

Bersamaan dengan kemuliaan yang Allah ‘Azza wa Jalla tetapkan pada bulan Muharam dan beberapa bulan lain yang diharamkan, Allah ‘Azza wa Jalla melipatgandakan nilai dosa kemaksiatan serta melipatgandakan pahala amal shalih.

Amal shalih tersebut bisa berupa amalan-amalan wajib, sunnah, dan seluruh aktivitas yang bernilai ibadah.

Seorang ulama ahli tafsir, Qatadah rahimahullah menjelaskan bahwa amal shalih lebih besar pahalanya jika dikerjakan di bulan-bulan haram sebagaimana kezaliman di bulan-bulan haram lebih besar dosanya dibandingkan dengan kezaliman yang dikerjakan di bulan-bulan lain. (Tafsir Ibn Katsir, 4/131)

Amalan Ketiga: Puasa sehari bisa menghapus dosa selama 1 tahun

Amalan dahsyat ketiga adalah puasa/shaum. Puasa sunnah yang dikerjakan yang hanya dikerjakan sehari di bulan Muharam ternyata merupakan amalan dahsyat yang dapat menghapus dosa yang dilakukan selama setahun; setahun yang telah lalu. Puasa/shaum itu dikenal dengan istilah puasa/shaum Asyura.

Dalam sebuah hadits disebutkan,

وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ فَقَالَ: يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ. قَالَ وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ: يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ

“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam pernah ditanya tentang keutamaan puasa Arafah. Beliau menjawab, “Puasa Arafah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” Beliau juga ditanya mengenai keistimewaan puasa Asyura? Beliau menjawab,” Puasa ’Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim no. 1162).

Baca juga: Sejarah Puasa Asyura Tanggal 10 Muharam

Selain itu, para ulama fikih menjelaskan bahwa ada anjuran dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk melaksanakan puasa/shaum di hari ke sembilan. Puasa/shaum ini disebut dengan istilah shaum tasu’a. Mengapa ada anjuran demikian?

Imam Nawawi rahimahullah memaparkan, para ulama mengatakan bahwa maksudnya adalah untuk menyelisihi orang Yahudi yang cuma berpuasa tanggal 10 Muharram saja. Itulah yang ditunjukkan dalam hadits Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhuma. (Syarh Shahih Muslim, 8/14)

Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhuma berkata bahwa ketika Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam melakukan puasa hari Asyura dan memerintahkan kaum muslimin untuk melakukannya, pada saat itu ada yang berkata,

يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى. فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ – إِنْ شَاءَ اللَّهُ – صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ. فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّىَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-.

“Wahai Rasulullah, hari ini adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nasrani.” Lantas beliau mengatakan, “Apabila tiba tahun depan –jika Allah menghendaki– kita akan berpuasa pula pada hari kesembilan.” Ibnu Abbas mengatakan, “Belum sampai tahun depan, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam sudah keburu meninggal dunia.” (HR. Muslim no. 1134)

Imam Asy Syafi’i dan beberapa ulama mazhab Syafi’i, Imam Ahmad, Ishaq, dan selainnya mengatakan bahwa dianjurkan (disunnahkan) puasa/shaum pada hari kesembilan dan kesepuluh sekaligus; karena Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam berpuasa pada hari kesepuluh dan berniat (berkeinginan) berpuasa juga pada hari kesembilan. (Syarh Muslim, 8/12-13) wallahu a’lam. (Sodiq Fajar/dakwah.id)

Topik Terkait

Sodiq Fajar

Bibliofil. Pemred dakwah.id

0 Tanggapan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *