Ngantuk Ketika Shalat Menimpa Anda, Apa yang Semestinya Dilakukan?

Ngantuk Ketika Shalat Menimpa Anda, Apa yang Semestinya Dilakukan?

Terakhir diperbarui pada · 14,051 views

Ngantuk dan tidur adalah nikmat Allah yang sangat berharga. Hikmahnya, ketika ngantuk mulai terasa, itu indikasi biologis bahwa fisik dan pikiran mulai lelah. Dan tidur adalah kondisi yang diberikan oleh Allah ‘Azza wa Jalla untuk mengistirahatkan kinerja fisik dan pikiran untuk sementara waktu. Namun, apa jadinya jika ngantuk ketika shalat menimpa anda. Apa yang harus dilakukan?

Permasalahan ngantuk ketika shalat memang banyak terjadi di kalangan masyarakat Muslim. Dan solusi atas permasalahan ini sudah dibahas oleh para ulama, meski di sana dijumpai sedikit perbedaan pendapat para ulama.

Rasa ngantuk yang menimpa seseorang itu bermacam-macam faktornya. Ada yang bermula dari faktor penyakit tubuh yang berefek mudah ngantuk, seperti anemia dan semisalnya. Ada pula yang bermula dari faktor kelelahan fisik dan pikiran akibat pekerjaan dan aktivitas yang dilakukannya.

Jika ngantuk sudah menjadi kebiasaan seseorang, maka hendaknya ia betul-betul menyiasati sejak awal dengan berbagai cara agar ngantuk ketika shalat tidak menimpa dirinya. Bisa dengan tidur sesaat sebelum masuk waktu shalat, atau dengan menggerak-gerakkan fisik sebelum shalat, dan sebagainya.

Baca juga: Ketinggalan Shalat Jumat, Harus Bagaimana?

Jika usaha-usaha untuk menghindari ngantuk ketika shalat di atas sudah ditempuh, namun ketika shalat dia tetap saja mengantuk berat sampai tingkatan tidak mengetahui atau tidak sadar apa yang diucapkan, maka lebih baik baginya untuk menghentikan shalatnya kemudian tidur beberapa saat untuk mengurangi rasa kantuknya. Solusi ini didasarkan pada hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

عَنْ أَنَسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: (إِذَا نَعَسَ أَحَدُكُمْ فِي الصَّلاةِ فَلْيَنَمْ حَتَّى يَعْلَمَ مَا يَقْرَأُ) رواه البخاري (الوضوء/ 206)

Dari Anas radhiyallahu anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Jika di antara kalian ada yang ngantuk ketika shalat hendaknya dia tidur sampai menyadari apa yang diucapkan.” (HR. Al-Bukhari, bab Wudhu, no. 206)

Sebagian ulama berpendapat hadits Anas di atas adalah khusus untuk shalat tahajjud. Namun, mayoritas ulama menjelaskan bahwa hadits tersebut berlaku untuk umum, termasuk shalat lima waktu.

Sebab, shalat itu yang dibutuhkan adalah kehadiran hati dan khusyuk. Maka segala hal yang dapat menghilangkan keduanya, sebisa mungkin untuk disingkirkan. Syaikh Abdul Aziz bin Marzuq ath-Thurifi mengatakan, “Khusyuk dan hadirnya hati merupakan ‘ruh’ dari shalat.” (Al-Mujiz Fi Shifati Shalatin Nabi, 9)

Dalam hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا نَعَسَ أَحَدُكُمْ وَهُوَ يُصَلِّى فَلْيَرْقُدْ حَتَّى يَذْهَبَ عَنْهُ النَّوْمُ، فَإِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا صَلَّى وَهُوَ نَاعِسٌ لاَ يَدْرِى لَعَلَّهُ يَسْتَغْفِرُ فَيَسُبَّ نَفْسَهُ

Jika di antara kalian ada yang ngantuk ketika shalat hendaknya dia tidur hingga hilang ngantuknya. Karena jika salah seorang di antara kalian tetap shalat, sedangkan ia dalam keadaan ngantuk, ia tidak akan tahu, mungkin ia bermaksud meminta ampun tetapi ternyata ia malah mencela dirinya sendiri.” (HR. Al-Bukhari no. 212 dan Muslim no. 786)

Imam an-Nawawi menjelaskan kandungan hukum yang terdapat dalam hadits di atas,

فِيهِ أَمْرُ النَّاعِسِ بِالنَّوْمِ أَوْ نَحْوِهِ مِمَّا يَذْهَبُ عَنْهُ النُّعَاسُ وَهَذَا عَامٌّ فِي صَلَاةِ الْفَرْضِ وَالنَّفْلِ فِي الليل والنهار وهذا مذهبنا ومذهب الجمهور لَكِنْ لَا يُخْرِجُ فَرِيضَةً عَنْ وَقْتِهَا

“Dalam hadits tersebut terdapat perintah bagi orang yang ngantuk ketika shalat untuk tidur sejenak atau aktivitas lainnya yang bisa menghilangkan ngantuk. Ini berlaku untuk jenis shalat secara umum, baik shalat wajib atau shalat nafilah, di malam hari ataupun siang hari. Ini adalah mazhab kami dan mazhab Jumhur. Dengan catatan, tidak keluar dari waktu shalat.” (Syarh an-Nawawi alal Muslim, 6/74)

Baca juga: Mengambil Barang Jatuh saat Shalat itu Ternyata Bisa Membatalkan Shalat, ya?   

Jadi, jika memang rasa ngantuk ketika shalat itu cukup berat, sampai-sampai tidak sadar dengan gerakan-gerakan shalat yang ia lakukan, atau tidak sadar bacaan yang ia ucapkan, maka lebih baik ia menghentikan shalat kemudian tidur sejenak. Setelah rasa ngantuknya hilang, ia kembali wudhu dan shalat.

Sebab, jika ngantuknya sampai membuat dirinya tidak sadar gerakan shalat yang dilakukan, atau tidak sadar bacaan yang ia ucapkan, maka shalatnya batal dan wajib diulangi.

Abul Walid Al-Baji menjelaskan dalam kitab Al-Muntaqa bahwa jika ngantuk berat itu terjadi ketika melaksanakan shalat fardhu dan ada waktu untuk mengusir rasa kantuk kemudian masih tersisa waktu untuk shalat, atau dia tahu nanti aka nada orang yang membangunkannya, maka hendaknya dia tidur sebentar dengan tetap menyisakan waktunya untuk shalat pada waktunya.

Namun jika waktu yang tersisa sangat sedikit dan dia menyadari jika ia gunakan untuk tidur akan kehabisan waktu shalat, maka hendaknya dia tetap shalat sebisa mungkin, dan berusaha sekuat tenaga untuk menyempurnakan shalatnya, kemudian baru setelah itu tidur. Jika ia bisa yakin dia telah melaksanakan shalat fardhu itu (dengan sempurna), aka itu sudah cukup, namun jika ia tidak yakin, maka ia harus mengulang shalatnya setelah bagung tidur.

Kemudian jika ngantuk ketika shalat itu kategorinya ngantuk ringan, shalatnya tetap sah. Dan hendaknya ia melanjutkan shalatnya hingga akhir. Perbedaan antara ngantuk berat dengan ngantuk ringan terdapat pada tingkat kesadarannya.

Jika orang yang shalat ngantuk sampai tidak sadar bacaan yang dia ucapkan, atau tidak sadar gerakan yang ia lakukan, maka itu kategori ngantuk berat. Makna ini dipahami dari hadits Anas radhiyallahu ‘anhu di atas,

حَتَّى يَعْلَمَ مَا يَقْرَأُ

“Sampai dia sadar apa yang ia ucapkan.” (HR. Al-Bukhari, bab Wudhu, no. 206)

Juga hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha,

فَإِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا صَلَّى وَهُوَ نَاعِسٌ لاَ يَدْرِى لَعَلَّهُ يَسْتَغْفِرُ فَيَسُبَّ نَفْسَهُ

Karena jika salah seorang di antara kalian tetap shalat, sedangkan ia dalam keadaan ngantuk, ia tidak akan tahu, mungkin ia bermaksud meminta ampun tetapi ternyata ia malah mencela dirinya sendiri.” (HR. Al-Bukhari no. 212 dan Muslim no. 786)

Jika orang yang shalat ngantuk tapi tetap sadar bacaan yang dia ucapkan dan sadar gerakan shalat yang ia lakukan, maka ini kategori ngantuk ringan. Wallahu A’lam [M. Shodiq/dakwah.id]

Topik Terkait

Sodiq Fajar

Bibliofil. Pemred dakwah.id

0 Tanggapan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *