013 materi kultum ramadhan nasehat Ibnu Qayyim al jauziyah dakwah.id

Materi Kultum Ramadhan 13: Nasehat Ibnu Qayyim Al-Jauziyah

Terakhir diperbarui pada · 981 views

Materi Kultum Ramadhan 13
Nasehat Ibnu Qayyim Al-Jauziyah

Tulisan yang berjudul Nasehat Ibnu Qayyim Al-Jauziyah ini adalah seri ke-13 dari serial Materi Kultum Ramadhan 1445 H yang ditulis oleh Ustadz Nofriyanto Abu Kayyisa Al-Minangkabawy.

اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لَنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى حَبِيْبِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ الَّذِي لَا نَبِيَّ وَلَا رَسُوْلَ بَعْدَهُ وَعَلَى آلِهِ وَصَحَابَتِهِ وَكُلُّ مَنِ اهْتَدَى بِهَدْيِهِ إِلَى يَوْمِ كُلِّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِيْنَهْ

Hadirin jamaah shalat Tarawih yang dirahmati Allah subhanahu wataala!

Risalah yang diemban Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sejatinya merupakan nasehat. Nasehat untuk menaati Allah dan Rasul-Nya.  Juga nasehat untuk kebaikan bagi pemimpin dan kaum muslimin selaku umatnya. Sebagaimana yang beliau tuturkan dalam salah satu haditsnya, yang diriwayatkan oleh Muslim, hadits nomor 55,

Dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus Ad-Dari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ قُلْنَا : لِمَنْ ؟ قَالَ للهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُوْلِهِ وَلِأَئِمَّةِ المُسْلِمِيْنَ وَعَامَّتِهِمْ – رَوَاهُ مُسْلِمٌ

 “Agama adalah nasihat.” Kami bertanya, “Untuk siapa?” Beliau menjawab, “Bagi Allah, bagi kitab-Nya, bagi rasul-Nya, bagi pemimpin-pemimpin kaum muslimin, serta bagi umat Islam umumnya.”

Nasehat juga merupakan salah satu cara ulama dalam menyampaikan pesan-pesan Allah. Wujud dan prakteknya bermacam-macam. Di antara mereka ada yang menasehati dengan mengajar, ada juga dengan menuliskannya dalam karya tulisan.

Salah satunya nasehat Ibnu Qayyim al-Jauziyah rahimahullah yang termaktub dalam kitabnya al-Fawaid jilid 1 halaman 44,

‌ِللْعَبْدِ ‌سَتْرٌ ‌بَيْنَهُ ‌وَبَيْنَ ‌اللهِ وَسَتْرٌ بَيْنَهُ وَبَيْنَ النَّاسِ فَمَنْ هَتَكَ السَّتْرَ الَّذِي بَيْنَهُ وَبَيْنَ اللهِ هَتَكَ اللهُ السَّتْرَ الَّذِي بَيْنَهُ وَبَيْنَ النَّاسِ

“Seorang hamba memiliki tirai antara dirinya dengan Allah dan tirai antara dirinya dengan sesama manusia. Siapa saja yang merobek tirai antara dirinya dengan Allah maka Allah akan merobek tirai antara dirinya dengan sesama manusia.”

Singkat dan padat namun sarat hikmah kebijaksanaan. Ciri khas ungkapan para ulama dalam bertutur. Wujud nyata berteladan kepada junjungan semesta alam Baginda Nabi shallallahu alaihi wasallam. Satu-satunya makhluk ciptaan-Nya yang diberi Jawami’ al-Kalim dalam ucapan. Alias qalla wa dalla, orang Arab bilang.

Dari ungkapan nasehat Ibnu Qayyim al-Jauziyah rahimahullah di atas, kita tahu bahwa manusia memiliki dua hubungan. Hubungan dengan Allah dan hubungan dengan makhluk. Bahasa kiasan yang digunakan oleh ulama murid Imam Ibnu Taimiyah rahimahullah yang satu ini adalah tirai. Tirai bermakna batasan, rambu-rambu, dan pedoman.

Barang siapa yang mampu menjaga tirai antara dirinya dengan Allah, maka Allah akan memperbaiki tirainya dengan manusia. Begitu pun sebaliknya. Barang siapa yang merusak tirai antara dirinya dengan Allah. Maka Allah akan merusak tirai antara dirinya dengan hamba lainnya.

Siapa saja yang beriman, menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya, tidak beramal kecuali mengharap ridha-Nya semata, ia akan dicintai oleh Allah subhanahu wata’ala.

Lebih dari pada itu, tanpa ia sadari Allah juga akan gerakkan hati para hamba-Nya untuk mencintainya. Senang kepadanya.

Sebaliknya, siapa saja di antara mereka menampakkan keshalihan di depan manusia, namun saat kesendiriannya ia melakukan hal-hal yang dibenci oleh Allah, maka Allah akan murka kepadanya. Dan Allah akan jadikan manusia turut membenci dan menghinakannya. Wal’iyadzubillah.

Hal yang sama juga berlaku bagi siapa saja yang mencari keridhaan Allah meskipun manusia membencinya, maka Allah akan meridhainya, dan menjadikan manusia juga ridhaa kepadanya.

Demikian sebaliknya, barang siapa saja yang mencari keridhaan manusia dengan kemurkaan Allah subhanahu wata’ala, maka Allah akan murka kepadanya dan membuat manusia juga membencinya setelahnya.

Sebab, ketaatan dan kebaikan akan mewariskan kemuliaan. Sedangkan kemaksiatan akan mewariskan kehinaan.

Sebagaimana yang dinasehatkan oleh baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam riwayat Imam as-Suyuthi dalam kitab al-Jami’ ash-Shaghir hadits nomor 10954,

مَنْ أَرْضَى النَّاسَ بِسَخَطِ اللهِ وَكَلَهُ اللهُ إِلَى النَّاسِ وَمَنْ أَسْخَطَ النَّاسَ بِرِضَا اللهِ كَفَاهُ اللهُ مُؤْنَةَ النَّاسِ

“Barangsiapa mencari ridha manusia dengan membuat Allah murka, maka ia diserahkan oleh Allah kepada manusia. Dan barangsiapa membuat manusia murka disebabkan ia mengutamakan ridha Allah, maka Allah akan mencukupinya dari manusia.”

Imam al-Hasan al-Bashri rahimahullah juga bertutur, sebagaimana dinukil oleh imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam kitab ad-Da’ wa ad-Dawa’ halaman 59,

‌إِنَّهُمْ ‌وَإِنْ ‌طَقْطَقَتْ ‌بِهِمُ ‌الْبِغَالُ، وَهَمْلَجَتْ بِهِمُ الْبَرَاذِينُ، إِنَّ ذُلَّ الْمَعْصِيَةِ لَا يُفَارِقُ قُلُوبَهُمْ، أَبَى اللَّهُ إِلَّا أَنْ يُذِلَّ مَنْ عَصَاهُ

Meskipun hentakan kaki bighal-bighal mereka mengeluarkan suara gemerincing dan kuda-kuda mereka berlari kencang, namun kehinaan maksiat tetap tidak terpisah dari hati mereka. Allah pasti menghinakan orang yang mendurhakai-Nya.”

Semoga sepucuk nasehat emas di atas menjadi pelecut bagi kita supaya menjadi pribadi mukmin yang shalih dalam keramaian dan kesendirian. Shalih lahir dan batin. Cermin nyata tanpa topeng kepalsuan dan kepura-puraan.

Demikianlah sedikit ulasan nasehat Ibnu Qayyim al-Jauziyah rahimahullah yang begitu berharga. Semoga Allah subhanahu wata’ala memberikan taufiq dan inayahnya kepada kita untuk bisa melaksanakannya. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamiin. (Nofriyanto/dakwah.id)

Baca juga artikel Materi Kultum Ramadhan atau artikel menarik lainnya karya Nofriyanto Abu Kayyisa Al-Minangkabawy.

Materi Kultum Ramadhan Terbaru:

Topik Terkait

Nofriyanto, M.Ag

Dosen Prodi Aqidah dan Filsafat Islam UNIDA GONTOR, Direktorat Islamisasi UNIDA GONTOR, Alumni Program Kaderisasi Ulama Gontor angkatan VII, Konsentrasi bidang pemikiran Islam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *