materi kultum ramadhan karakteristik ibadurrahman dakwah.id

Materi Kultum Ramadhan 23: Karakteristik Ibadurrahman

Terakhir diperbarui pada · 193 views

Materi Kultum Ramadhan
Karakteristik Ibadurrahman

Tulisan yang berjudul Karakteristik Ibadurrahman ini adalah seri ke-23 dari serial Materi Kultum Ramadhan 1445 H yang ditulis oleh Ustadz Nofriyanto Abu Kayyisa Al-Minangkabawy.

اَلْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ اَلْمَلِكِ الْحَقِّ الْمُبِيْنِ اَلَّذِّيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالنُّوْرِ الْيَقِيْنِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى حَبِيْبِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ صَادِقُ الْوَعْدِ الْأَمِيْنِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَأُمَّتِهِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

Hadirin jamaah shalat Tarawih yang dirahmati Allah!

Di dalam al-Quran Surat al-Furqan ayat 63 sampai dengan 74, Allah menyifati hamba-Nya dengan Ibadurrahman. Sebuah sifat dan panggilan khusus penuh kemuliaan di sisi Rabb Yang Maha Rahman.

Ayat tersebut menyebutkan setidaknya ada sembilan sikap dan karakteristik Ibadurrahman yang paling menonjol.

Pertama: Tawadhu

Allah berfirman,

وَعِبَادُ الرَّحْمٰنِ الَّذِيْنَ يَمْشُوْنَ عَلَى الْاَرْضِ هَوْنًا وَّاِذَا خَاطَبَهُمُ الْجٰهِلُوْنَ قَالُوْا سَلٰمًا

Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati ….”

Sifat pertama hamba-hamba Allah yang mendapat gelar Ibadurrahman adalah tawadhu. Rendah hati, tidak sombong.

Bahkan dalam sekadar urusan gaya berjalan. Tidak petantang-petenteng. Tidak juga dibuat-buat. Namun, pertengahan antara keduanya. Tidak terlalu cepat tidak juga terlalu lambat.

Istilah yang mungkin cocok mewakili sifat mereka yaitu “membumi” tidak “melangit”.

Kedua: Membalas Keburukan dengan Kebaikan

“… dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan salam,’”

Karakteristik Ibadurrahman kedua adalah tidak membalas keburukan dengan keburukan serupa. Sebab, mereka bukan orang yang memegang prinsip “hidup harus membalas semua keburukan dengan keburukan setimpal”, apalagi lebih buruk darinya.

Di benak dan hati mereka selalu terpatri apabila mereka membalas keburukan dengan keburukan, berarti sama saja mereka menjadi buruk. Bahkan bisa jadi lebih buruk. Dan hal itu sangat merugikan bagi dunia dan akhirat mereka.

Ketiga: Melaksanakan Qiyamul Lail

Allah berfirman,

وَالَّذِيْنَ يَبِيْتُوْنَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَّقِيَامًا

dan orang-orang yang menghabiskan waktu malam untuk beribadah kepada Tuhan mereka dengan bersujud dan berdiri.”

Sifat ketiga Ibadurrahman yaitu senantiasa bermunajat kepada Allah di kegelapan malam. Hatinya senantiasa terpaut kepada Tuhan Dzat yang sangat ia cintai.

Bukit cintanya ia tampakkan dengan gemar berdua-duaan dengan-Nya. Suka berkomunikasi dengan-Nya. Senang mengadu kepada-Nya di kesunyian malam.

Sebab, bagi mereka saat-saat itulah saat terbaik memohon kepada Tuhan.

Keempat: Senantiasa Berlindung dari Azab Neraka

Allah berfirman,

وَالَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَۖ اِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا ۖ

اِنَّهَا سَاۤءَتْ مُسْتَقَرًّا وَّمُقَامًا

Dan orang-orang yang berkata,‘Ya Tuhan kami, jauhkanlah azab Jahanam dari kami, karena sesungguhnya azabnya itu membuat kebinasaan yang kekal,’

sungguh, Jahanam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman.”

Hati para Ibadurrahman senantiasa dipenuh rasa takut kepada Tuhan. Takut akan kemarahan Rabb. Takut jika Allah tidak ridha kepadanya. Takut terhadap dahsyatnya siksa dan azab.

Takut yang disertai rasa harap agar Allah menyelamatkannya dari neraka dan memasukkan ke dalam surga-Nya.

Kelima: Tidak Berlebih-lebihan dalam Membelanjakan Harta

Allah berfirman,

وَالَّذِيْنَ اِذَآ اَنْفَقُوْا لَمْ يُسْرِفُوْا وَلَمْ يَقْتُرُوْا وَكَانَ بَيْنَ ذٰلِكَ قَوَامًا

Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-orang yang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di antara keduanya secara wajar,”

Karakteristik Ibadurrahman kelima adalah pertengahan tidak berlebih-lebihan dalam berinfak.

Tidak pelit karena rasa kikir bercampur tamak dalam hati. Tidak juga boros atau “jor-joran” tanpa batas pertimbangan sehingga melalaikan kewajiban dan menelantarkan hak serta tanggungan.

Keenam: Tidak Melakukan Dosa Besar

Allah berfirman,

وَالَّذِيْنَ لَا يَدْعُوْنَ مَعَ اللّٰهِ اِلٰهًا اٰخَرَ وَلَا يَقْتُلُوْنَ النَّفْسَ الَّتِيْ حَرَّمَ اللّٰهُ اِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُوْنَۚ وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ يَلْقَ اَثَامًا ۙ

يُّضٰعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ وَيَخْلُدْ فِيْهٖ مُهَانًا ۙ

اِلَّا مَنْ تَابَ وَاٰمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَاُولٰۤىِٕكَ يُبَدِّلُ اللّٰهُ سَيِّاٰتِهِمْ حَسَنٰتٍۗ وَكَانَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا

وَمَنْ تَابَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَاِنَّهٗ يَتُوْبُ اِلَى اللّٰهِ مَتَابًا

dan orang-orang yang tidak mempersekutukan Allah dengan sembahan lain dan tidak membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina; dan barang siapa melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat hukuman yang berat,

(yakni) akan dilipatgandakan azab untuknya pada hari Kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina,

kecuali orang-orang yang bertobat dan beriman dan mengerjakan kebajikan; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebaikan. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.

Dan barang siapa bertobat dan mengerjakan kebajikan, maka sesungguhnya dia bertobat kepada Allah dengan tobat yang sebenar-benarnya.”

Ada tiga dosa besar yang tidak dilakukan oleh Ibadurrahman.

Pertama, berbuat menyekutukan Tuhan dengan selain-Nya atau dosa syirik. Kedua, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah tanpa alasan yang dibenarkan. Ketiga, tidak berbuat zina.

Dosa syirik merupakan dosa paling besar dari semua dosa-dosa yang ada. Sedangkan dosa membunuh tanpa alasan yang dibenarkan akan dibalas dengan neraka. Adapun dosa berzina mendapat balasan yang lebih mengerikan di akhirat.

Ketujuh: Jujur dan Menjauhi Perkara Sia-sia

Allah berfirman,

وَالَّذِيْنَ لَا يَشْهَدُوْنَ الزُّوْرَۙ وَاِذَا مَرُّوْا بِاللَّغْوِ مَرُّوْا كِرَامًا

Dan orang-orang yang tidak memberikan kesaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka berlalu dengan menjaga kehormatan dirinya,”

Para Ibadurrahman tidak akan berbuat dusta dalam kehidupannya.

Jika bersaksi ia akan bersaksi dengan segenap kejujuran. Jika ia berdagang, ia tidak berbuat curang dengan timbangan. Jika ia pemimpin, ia tidak berbuat korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Jika ia pekerja kantoran, ia tidak akan lalai dengan tanggung jawab dan sengaja telat hadir berkantor harian. Bahkan jika ia guru, dai, atau ulama, ia tidak mengatakan yang halal menjadi haram, atau haram menjadi halal.

Selain menjauhi kedustaan dan kebohongan, Ibadurrahman akan menjauhi segala hal yang penuh kesia-siaan. Hal tidak bermanfaat, merugikan, melalaikan, menjerumuskan, dan membahayakannya.

Kedelapan: Senantiasa Mengingat Pesan Tuhan

Allah berfirman,

وَالَّذِيْنَ اِذَا ذُكِّرُوْا بِاٰيٰتِ رَبِّهِمْ لَمْ يَخِرُّوْا عَلَيْهَا صُمًّا وَّعُمْيَانًا

dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka tidak bersikap sebagai orang-orang yang tuli dan buta,”

Para Ibadurrahman adalah mereka yang hatinya mudah menerima nasihat dan masukan. Terutama pesan-pesan Tuhan dalam al-Quran dan wejangan Baginda Nabi shallallahu alaihi wasallam.

Mereka bukan tipe manusia antikritik dan masukan. Namun, mereka adalah orang-orang yang mau membuka pikiran dan menerima peringatan.

Apabila jadi pemimpin dalam kehidupan misalkan, mereka senantiasa mau menerima saran dan kritikan. Bukan tipe ketua yang otoriter, saklek, tutup telinga dan mata dari setiap ide serta usulan orang lain.

Kesembilan: Senantiasa Berdoa agar Dianugerahi Kebaikan

Allah berfirman,

وَالَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا

Dan orang-orang yang berkata,‘Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.’”

Mulut dan lisan para Ibadurrahman senantiasa basah dengan lantunan doa kebaikan. Kebaikan dalam pasangan, keturunan, dan amal perbuatan. Kebaikan agar menjadi pelopor dan pemimpin orang-orang yang bertakwa.

Demikianlah sedikit ulasan terkait karakteristik Ibadurrahman. Semoga Allah masukkan kita ke dalamnya dan mampu menjalankannya dalam kehidupan. Aamiin ya Rabbal Alamiin. (Nofriyanto/dakwah.id)

Baca juga artikel Materi Kultum Ramadhan atau artikel menarik lainnya karya Nofriyanto Abu Kayyisa Al-Minangkabawy.

Materi Kultum Ramadhan Terbaru:

Topik Terkait

Nofriyanto, M.Ag

Dosen Prodi Aqidah dan Filsafat Islam UNIDA GONTOR, Direktorat Islamisasi UNIDA GONTOR, Alumni Program Kaderisasi Ulama Gontor angkatan VII, Konsentrasi bidang pemikiran Islam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *