materi khutbah jumat tetap istiqamah di musim wabah-dakwah.id

Materi Khutbah Jumat: Tetap Istiqamah Ibadah di Musim Wabah

Terakhir diperbarui pada · 18,902 views

Materi Khutbah Jumat:
Tetap Istiqamah Ibadah di Musim Wabah

Ustadz Muttaqin, S.Pd.I, M.H.I
Direktur Lazis Haji Miskin, Da’i Muda Sumatera Barat

 

 

الـحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَـمِيْنَ، وَالعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ، فَلَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِـمِيْنَ؛ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ الأَنْبِيَاءِ وَالـمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا وَحَبِيْبِنَا مُـحَمَّدٍ أَرْسَلَهُ اللهُ رَحْـمَةً لِلْعَالَمِيْنَ، وَعَلَى اَلِهِ أَزْوَاجِهِ الطَّاهِرَاتِ أُمَّهَاتِ الـمُؤْمِنِيْنَ، وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِيْنَ وَأَصْحَابِهِ الغُرِّ الـمَيَامِيْنِ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْد

يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

فَإِنَّ أَصْدَقَ الحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَأَفْضَلُ الهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرَّ الأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ َوكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِى النَّارِ. أَمَّا بَعْدُ

 

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah dan yang berbahagia,

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah subhanahu wata’ala, Rabb semesta alam yang telah memberikan kepada kita kesempatan bisa bertemu Ramadhan tahun ini, memanjangkan umur, memberikan kesehatan dan kekuatan agar bisa menjalankan ibadah shiyam puasa dengan lancar.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda nabi besar Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang telah menyampaikan risalah agama ini, sehingga sampailah kita pada kesempatan ini bisa melaksanakan salah satu syariat yang beliau sampaikan, yaitu ibadah shalat Jumat.

 

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah dan yang berbahagia,

Dari mimbar ini khatib berwasiat kepada diri khatib pribadi dan jamaah sekalian, agar selalu meningkatkan ketakwaan kepada Allah subhanahu wata’ala.

Karena dengan ketakwaanlah kita bisa selamat didunia dan hari kiamat kelak. Begitu juga menjadi sasaran inti dari kita melakukan syariat puasa sebulan lamanya adalah karena agar mendapatkan ketakwaan yang maksimal sebagaimana Allah firmankan: la’allakum tattaqun (mudah-mudahan kalian bertakwa)

 

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah dan yang berbahagia,

Idul Fitri telah berlalu beberapa hari. Kita sudah menjalani ibadah puasa 30 hari lamanya, tapi jangan sekali-kali kita menyangka amalan kita itu yang memasukkan kita ke dalam Surga.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لَنْ يُدْخِلَ أَحَدًا عَمَلُهُ الْجَنَّةَ.

قَالُوا: وَلاَ أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ

قَالَ: لاَ، وَلاَ أَنَا إِلاَّ أَنْ يَتَغَمَّدَنِي اللَّهُ بِفَضْلٍ وَرَحْمَةٍ

Amal seseorang tidak akan memasukkan seseorang ke dalam Surga.”

Apakah engkau juga tidak, wahai Rasulullah?” Tanya beberapa sahabat.

Beliau menjawab, “Aku pun tidak. Itu semua hanyalah karena karunia dan rahmat Allah.” (HR. Al-Bukhari No. 5673; HR. Muslim no. 2816)

Allah Ta’ala berfirman,

وَتِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan.” (QS. Az-Zukhruf: 72)

Dalam hadits tersebut dijelaskan bahwa amalan tidak bisa memasukkan seseorang ke Surga. Namun dalam ayat justru menyebutkan amalan lah yang bisa memasukkan kita ke Surga.

Lantas, apakah ayat dan hadis ini berlawanan?

Menurut syaikh Hafiz al-Hikami dalam kitabnya, 200 Tanya Jawab Masalah Aqidah, menyebutkan, maksudnya adalah bahwa jika amalan kita yang sedikit itu, kita timbang dan kita bandingkan dengan nikmat yang Allah berikan maka sungguh tidak layak kita masuk Surga.

Karena betapa besarnya nikmat Allah dari pada amalan kita. Karena tidak ada apa-apanya antara ibadah kita dengan nikmat yang Allah berikan kepada kita.

Detak jantung, tetesan darah dalam setiap urat tubuh kita, mata bisa melihat, telinga bisa mendengar, tangan bisa mengayun, kaki bisa melangkah, makan, minum, maka belum ada apa-apanya amalan kita itu di hadapan Allah.

Maka, di hari Idul Fitri kemarin orang-orang beriman mengatakan: Allahu Akbar, terlintas di pikirannya dia sudah bersedekah, dia sudah berpuasa, tidak ada apa-apanya dari pada nikmat besar yaitu dia dititipkan dalam rahim ibunya 9 bulan 10 hari lamanya, kemudian dia lahir ke dunia dan sampai disusukan 2 tahun lamanya. Maka kita ucapkan, Allahu akbar.

Ketika matahari mulai terbit di hari Idul Fitri kemarin, semua orang membayangkan sahabat tersayang, buah hati belahan jiwa, pasangan hidup, anak kekasih saat air mata meleleh membayangkan mereka.

Saat itu kita membayangkan, andai ibunda masih hidup, pulang dari shalat Idul Fitri mungkin tangannya masih dapat dicium, tubuhnya yang rapuh masih dapat dipeluk, betapa kulit seorang ayah melepuh di tengah panas terik matahari mencarikan makan sesuap nasi untuk anak bisa sekolah sampai menjadi manusia yang dihormati dan dimuliakan hari ini.

Tapi, malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih.

Mereka yang mestinya usai shalat Idul Fitri saat itu kita datangi, mereka yang mestinya kita peluk cium, saat itu ternyata mereka tak ada lagi di tengah-tengah kita, senyumnya masih terbayang di pelupuk mata, tapi mereka sudah tidak ada lagi, mereka sudah pindah ke alam lain, kita hanya mampu tegak berdiri di atas makamnya sambil berucap: “assalamu’alikum ya ahladdiyar..”

Tidak ada yang dapat dikirimkan kecuali untaian doa.

Ada pula kisah orang tuanya masih hidup, namun tak bisa berjumpa orang tuanya karena tak bisa pulang kampung sebab virus Corona, tapi ada juga orang dia pulang kampung, namun dia juga tidak bisa berjumpa orang tuanya sebab orang tua telah menghadap sang Ilahi Rabbi.

 

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah dan yang berbahagia,

Sampai detik ini di negeri kita khususnya Indonesia tercinta ini, korban yang terpapar virus Corona terus saja berjatuhan. Kita juga belum tahu kapan virus ini akan berakhir nantinya.

Ketahuilah, apa pun yang terjadi di dunia ini semua atas kehendak Allah Ta’ala. Tidak ada  yang terjadi dalam kehidupan kita besar atau kecil kecuali terjadi atas kehendak-Nya, dan telah ditetapkan 50 ribu tahun sebelum dunia dan langit diciptakan.

Kalau kita paham akan hal ini, insyaallah kita akan tenang.

Apa yang sedang kita hadapi sudah tercatat rapi di lauhul mahfuz. Orang beriman jika menyandarkan satu perkara yang dialaminya di lauhul mahfuz, tidak terlalu berlebihan senangnya dan juga tidak berlebihan  ketika sedih.

Corona ini penyebabnya virus, tapi jangan sampai ketakutan kita kepada virus mengalahkan takut kita kepada Allah. Allah yang mampu menghidupkan dan mematikan virus itu. Kalau kita paham bahwa virus ini sama-sama makhluknya Allah subhanahu wata’ala, maka bersandarlah hanya kepada Allah. Allah lah Yang Maha Penjaga.

Allah berfirman,

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُو حَسْبُهُ

Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (segala keperluan) nya.” (QS. Ath-Thalaq: 3)

Musibah penyebaran virus Covid-19 ternyata tidak hanya berdampak korban jiwa, tapi bahkan berdampak kepada ekonomi. Ini cukup menjadi alasan bagi kita untuk semakin dekat kepada Allah subhanahu wata’ala. Kapan lagi kita akan dekat kepada Allah kalau bukan di saat masa-masa seperti ini?

Jangan sampai kita sudah lah jatuh tertimpa tangga, sudahlah terkena musibah dunia namun juga berefek kepada musibah agama, ada orang dia awalnya dekat namun dengan adanya ini dia semakin jauh dari Allah, na’uzubillah.

 

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah dan yang berbahagia,

Wahai kaum muslimin, sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala pasti akan memberikan kepada kaum mukminin ujian demi ujian, musibah demi musibah. Karena itu semua adalah perkara yang bisa menggugurkan dosa-dosanya dan mengangkat derajatnya.

Allah Ta’ala berfirman:

وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami lah kamu dikembalikan.” (QS. Al-anbiya’:35)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ

Siapa yang Allah inginkan kebaikan untuknya Allah pasti berikan kepadanya musibah” (HR. Al-Bukhari)

Tidak selalu yang namanya musibah bernilai azab di sisinya. Namun bisa menjadi sebuah rahmat yang Allah berikan sehingga dengan itu, Allah hapus dosanya dan Allah naikkan derajatnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ

Sesungguhnya apabila Allah mencintai suatu kaum maka Dia akan menguji mereka.” (HR. Ibnu Majah)

Maka dalam hal ini perlu kita pahami bahwa musibah terbagi dua macam:

Pertama, musibah dunia dan yang kedua musibah agama, untuk musibah dunia, seperti Sars, flu burung, Corona dan semisal ini bagian dari musibah dunia, ini harusnya tidak begitu menjadikan kita lebih takut dari pada nerakanya Allah. Yang mana dengan adanya ini dosanya berkurang dan derajatnya menjadi tinggi disisi Allah sehingga dia berjalan menuju Allah dengan bersih dari dosa.

 

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah dan yang berbahagia,

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ

Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.” (HR. At-Tirmidzi)

Kalau kita berpikir lebih jauh, akhirat sebagai orientasi justru ini musibah yang menguntungkan, beda dengan musibah kedua yaitu musibah agama.

Dengan musibah ini, justru nabi berlindung darinya. Begitu pula kita. Dijadikan kita sibuk dengan syahwat, dijadikan kita condong kepada maksiat, dijadikan hati kita lalai dari berzikir kepada Allah, lalu kita pun tertipu dengan dunia, kita pun sibuk mengejar dunia dan kita pun dijadikan lupa dari kehidupan akhirat.

Maka sejatinya inilah musibah terbesar menimpa siapa pun hidup didunia ini. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَا اْلفَقْرُ اَخْشَى عَلَيْكُمْ، وَلكِنْ اَخْشَى اَنْ تُبْسَطَ الدُّنْيَا عَلَيْكُمْ كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، فَتَنَافَسُوْهَا كَمَا تَنَافَسُوْهَا فَتُهْلِكَكُمْ كَمَا اَهْلَكَتْهُمْ

Bukanlah kefakiran (kemiskinan) yang aku khawatirkan terhadap kalian, tetapi yang aku khawatirkan terhadap kalian apabila keduniaan berlimpah-ruah sebagaimana telah dijadikan berlimpah ruah pada orang-orang sebelum kalian. Maka kalian akan bersaing untuk mendapatkannya sebagaimana mereka bersaing, sehingga keduniaan itu membinasakan kamu sekalian sebagaimana telah membinasakan mereka” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Inilah hakikat musibah sesungguhnya. Oleh karena itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa kepada Allah,

وَلَا تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِي دِينِنَا وَلَا تَجْعَلْ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلَا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لَا يَرْحَمُنَا

Dan janganlah Engkau jadikan musibah menimpa agama kami, dan jangan Engkau jadikan dunia sebagai impian terbesar kami, serta pengetahuan kami yang tertinggi, serta jangan engkau kuasakan atas kami orang-orang yang tidak menyayangi kami.” (HR. At-Tirmidzi)

Jangan sampai apa pun yang terjadi kepada kita menjadikan kita berpaling semakin jauh beribadah kepada Allah, karena tujuan inti hidup di dunia ini adalah untuk menyembah dan beribadah kepada Allah, jadikanlah semua ini bagian dari sarana untuk menuju Allah.

Allah berfirman,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah dan yang berbahagia,

Selayaknya ketika kita ditimpa musibah, di sinilah kesempatan sebaik mungkin agar kita semakin dekat kepada Allah, semakin memaksimalkan ibadah kepada Allah, dengan semakin maksimalnya ibadah maka akan semakin menjadikan kita mudah mendapatkan pertolongan dari Allah Ta’ala.

Selama ini kebanyakan orang hanya melihat pandemi ini dari sisi alamiah saja, dalam hal penanggulangannya pun semata pendekatannya dilihat dari ilmu kesehatan dan kedokteran saja, seolah-olah menafikan siapa sebenarnya yang menciptakan virus itu, dan siapa yang berkuasa atas virus tersebut.

Artikel Fikih: Virus Corona Menyebar, Adakah Hadits Doa Terhindar dari Wabah Penyakit?

Kita selaku orang beriman harusnya sebelum ikhtiar itu dilakukan, terlebih dahulu dilakukan adalah mendekatkan diri kepada Allah, minta ampun bertobat dan sadar akan kelalaian selama ini dari beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala. Karena selaku orang beriman, kita yakin bahwa semua ini atas kehendak Allah, dan tentu apa yang Allah berikan itu yang terbaik bagi hamba-Nya.

Maka kaum muslimin sebaiknya kita sadar bukankah solusi yang kita inginkan, bukankah kebahagiaan yang kita impikan?

Allah Ta’ala berfirman,

مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ rحَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Barang siapa yang mengerjakan amal saleh (ibadah), baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (di dunia), dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka (di akhirat) dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97)

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكاً وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى

Dan barang siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Thaha: 124)

Dalam ayat ini, Allah akan memberikan kebahagiaan jika seorang hamba dia beriman dan beramal saleh.

Kita harus paham, jika seandainya musibah ini tidak datang pun, jika ada seseorang dia tidak melakukan dua syarat meraih kebahagiaan dalam ayat tersebut (iman dan amal saleh), tentu ia pun akan panik, akan susah dengan kehidupan ini.

Jika orang menyangka dengan adanya musibah Corona hari ini, banyak orang panik, stres, hidupnya berantakan, bukankah ketika tidak ada Corona pun ketika tidak beriman dan beramal saleh justru juga banyak yang hidupnya panik dan stres, sungguh banyak orang yang ekonominya kuat pun akhir hidupnya stres  dan frustasi lalu bunuh diri.

 

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah dan yang berbahagia,

Allah Ta’ala juga berfirman:

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجاً. وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ

Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan baginya jalan keluar (dalam semua masalah yang dihadapinya), dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.” (QS. Ath-Thalaq: 2-3)

Dalam sebuah hadits yang shahih, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada Abdullah bin Abbas

اِحْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ، اِحْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ

Jagalah (batasan-batasan syariat) Allah maka Dia akan menjagamu, jagalah (batasan-batasan syariat) Allah maka kamu akan mendapati-Nya di hadapanmu. (HR. At-Tirmidzi No. 2516)

Maka, jelas sudah wahai kaum muslimin, dengan selalu beribadah kepada Allah inilah solusi terbaik dari sekian solusi yang ada di kala musibah datang.

Namun demikian, kadang terlintas dalam pikiran ingin maksimal ibadah tapi bagaimana dengan kondisi saat ini, yang mana hari ini kita terbatas dalam ruang dan gerak yang sangat sulit, ke masjid berjamaah dilarang, karena khawatir tersebarnya virus Corona lewat masjid-masjid karena adanya kerumunan, meskipun pada akhirnya tidak adanya keadilan dan adanya peremehan dalam menyikapinya.

Namun itu semua tidak menghalangi kita untuk tetap maksimal dalam beribadah kepada Allah Ta’ala, anggaplah kita tidak bisa ke masjid secara rutin dan maksimal tapi pahalanya tetap seperti ke masjid dengan syarat kita jujur kepada Allah dan kita sudah pernah sebelumnya rutin dan maksimal dalam kondisi normal melakukannya.

Jika seseorang tidak bisa menghadiri shalat jamaah padahal sebelumnya ia bisa hadir secara rutin, ingatlah keadaan seperti ini akan dicatat seperti ia melakukannya saat kondisi normal aman dari musibah, sehat dan kuat, yaitu sesuai dengan kebiasaannya ketika itu.

Karena nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,

Dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِذَا مَرِضَ الْعَبْدُ أَوْ سَافَرَ، كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا

Jika seorang hamba sakit atau melakukan safar (perjalanan jauh), maka dicatat baginya pahala sebagaimana kebiasaan dia ketika mukim dan ketika sehat.” (HR. Al-Bukhari No. 2996)

 

Tips Istiqamah Ibadah di Musim Wabah

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah dan yang berbahagia,

Oleh karenanya, dalam kondisi apa pun, kita harus tetap menjaga semangat dalam melaksanakan ibadah dan amal ketaatan dengan penuh kekhusyukan kepada Allah subhanahu wata’ala.

Berikut ini beberapa tips sebagai ikhtiar kita dalam menjaga semangat ibadah di saat adanya musibah, seperti musibah Corona saat ini.

 

Tips Istiqamah Ibadah yang Pertama: Merenungi keutamaan Istiqamah

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah dan yang berbahagia,

إنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: ‘Rabb kami ialah Allah,’ kemudian mereka istiqamah pada pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): ‘Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (QS. Fushilat: 30)

Ayat ini menunjukkan bahwa para malaikat akan turun menuju kepada orang-orang yang istiqamah ketika kematian menjemput, di dalam kubur, dan ketika dibangkitkan.

Para malaikat itu memberikan rasa aman dari ketakutan ketika kematian menjemput, menghilangkan kesedihannya dengan sebab berpisah dengan anaknya karena Allah adalah pengganti dari hal itu, memberikan kabar gembira berupa ampunan dari dosa dan kesalahan, diterimanya amal, dan kabar gembira dengan surga yang belum pernah dilihat mata, belum pernah didengar telinga, dan belum pernah terlintas dalam hati manusia. (Tafsir Ibn Katsir, 7/177)

Materi Khutbah Jumat: Rahmat Allah Begitu Luas

Inilah salah satu keutamaan orang yang tetap istiqamah dalam ibadah , dalam ketaatannya kepada Allah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah, beliau berkata,

أَعْظَمُ الْكَرَامَةِ لُزُوْمُ الْاِسْتِقَامَةِ

“Karomah yang paling mulia adalah berpegang teguh dengan istiqamah.”

Beliau juga menyebutkan dalam kitabnya Al-Furqan baina Auliya’ ar-Rahman wa Auliya asy-Syaithan,

وَإنَّمَا غَايَةُ الْكَرَامَةِ لُزُوْمُ الْاِسْتِقَامَةِ

Tujuan (diberi) karomah itu hanyalah agar dapat berpegang teguh dengan istiqamah”.

Ibnul Qayyim rahimahullah menukilkan perkataan dalam kitabnya Madarijus Salikin,

كُنْ صَاحِبَ الْاِسْتِقَامَةِ لَا طَالِبَ الْكَرَامَةِ، فَإِنَّ نَفْسَكَ مُتَحَرِّكَةٌ فِي طَلَبِ الْكَرَامَةِ، وَرَبُّكَ يُطَالِبُكَ بِالْاِسْتِقَامَةِ

“Jadilah orang yang beristiqamah, (dan) jangan menjadi pencari karomah, karena (sifat) jiwamu itu tergerak mencari karomah, sedangkan Rabb-mu menuntutmu untuk istiqamah!”

 

Tips Istiqamah Ibadah yang Kedua: Banyak Berdoa

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah dan yang berbahagia,

Dengan meminta, dan mengharap kepada Allah kita bisa istiqamah dan konsisten dalam beribadah, hati bisa kadang semangat kadang tidak, sebagaimana oleh ulama dijelaskan bahwa iman itu naik dan turun, naiknya iman karena ketaatan dan turunnya iman karena kemaksiatan yang kita lakukan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ قُلُوبَ بَنِى آدَمَ كُلَّهَا بَيْنَ إِصْبَعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ الرَّحْمَنِ كَقَلْبٍ وَاحِدٍ يُصَرِّفُهُ حَيْثُ يَشَاءُ

Sesungguhnya hati manusia seluruhnya di antara jari jemari Ar-Rahman seperti satu hati, Allah membolak-balikkan sekehendak-Nya.” (HR. Muslim No. 2654)

Makanya rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan kepada kita untuk selalu melazimi doa berikut,

اَللَّهُمَّ مُصَرِّفَ القُلُوْبِ صَرِّفْ قُلُوْبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ

Ya Allah, Sang Pembolak-balik hati, balikkanlah hati kami untuk taat kepada-Mu).” (HR. Muslim No. 2654)

 

 

Tips Istiqamah Ibadah yang Ketiga: Berjamaah, berteman dengan orang saleh

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah dan yang berbahagia,

Berjamaah dan mencari teman yang betul- betul bisa mengingatkan kita kepada Allah, jika kita agak futur(turun semangat) , lalai ada yang mengingatkan dan menasihati. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

Seseorang itu mengikuti din (agama; tabiat; akhlaq) kawan dekatnya. Oleh karena itu, hendaknya seseorang di antara kalian memperhatikan siapa yang dia jadikan kawan dekat.” (HR. Abu Daud)

Ibrahim al-Khawwash rahimahullah berkata,

دَوَاءُ الْقَلْبِ خَمْسَةُ أَشْيَاءَ: قِرَاءَةُ الْقُرْآنِ بِالتَّدَبُّرِ، وَخَلَاءُ الْبَطْنِ، وَقِيَامُ اللَّيْلِ، وَالتَّضَرُّعُ عِنْدَ السَّحَرِ، وَمُجَالَسَةُ الصَّالِحِيْنَ

Penawar hati itu ada lima: membaca al-Quran dengan tadabbur (perenungan), kosongnya perut (dengan puasa), qiyamul lail (shalat malam), berdoa di waktu sahur (waktu akhir malam sebelum Subuh), dan duduk bersama orang-orang saleh.” (Al-Adzkar, Al-Imam an-Nawawi, 107)

 

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah dan yang berbahagia,

Demikian materi khutbah Jumat yang dapat kami sampaikan pada siang hari ini, semoga Allah subhanahu wata’ala memberikan kekuatan kepada kita semua untuk tetap semangat dan istiqamah ibadah di musim wabah seperti sekarang ini.

Tetap dahulukan memohon pertolongan kepada Allah subhanahu wata’ala, kemudian dilanjutkan dengan menempuh upaya-upaya ikhtiar untuk menjaga diri, keluarga, dan lingkungan agar tetap sehat, selamat, dan lancar beribadah.

Selebihnya, kita serahkan urusan ini kepada Allah subhanahu wata’ala.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

 

 

KHUTBAH KEDUA

 

اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ

فياأيها الناس اتقو الله…قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ

وَمَنْ يَتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

وَقَالَ تَعَالَى إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَأًصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِماَتِ، وَاْلمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ، اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ

للَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى، والتُّقَى، والعَفَافَ، والغِنَى

اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيعِ سَخَطِكَ

أَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلغَلاَءَ وَالْبَلاَءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَلْمُنْكَرَ وَالسُّيُوْفَ اْلمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ مَا ضَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ

اَللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنَ الْبَرَصِ وَالْجُنُونِ وَالْجُذَامِ وَمِنْ سَيِّئِ اْلأَسْقَامِ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

 

 

Download PDF Materi Khutbah Jumat di sini:

DOWNLOAD PDF

 

Semoga bermanfaat!

Topik Terkait

Muttaqin, S.Pd.I, M.H.

Alumnus pascasarjana IAIN Bukttinggi. Sedang proses pendidikan Doktoral di UIN Imam Bonjol Padang. Pernah mengikuti seminar al-Multaqa ad-Dauliy al-Ilmiy li al-Ustadz wa al-Ulama' wa ad-Dua’at Janub Syarqi Asiya. Sangat menyukai kitab Bahru Raiq fi az-Zuhdi wa ar-Raqaiq karya DR. Ahmad Farid, Aqidah Ushul ats-Tsalatsah karya Syaikh Utsaimin, Al-Minnah fi Ushul al-I’tiqad Ahlu Sunnah wal Jama’ah karya syaikh Yasir Burhami. Aktif mengajar materi Akidah, Fikih, Tafsir, Tazkiyatun Nafs di berbagai tempat di Bukittinggi, Jambi, Medan, Riau, Aceh dan Sumbar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *