materi khutbah jumat golongan manusia dalam harta dan ilmu dakwah.id

Materi Khutbah Jumat Golongan Manusia dalam Harta dan Ilmu

Terakhir diperbarui pada · 6,312 views

Materi Khutbah Jumat
Golongan Manusia dalam Harta dan Ilmu

Pemateri: Mubin Amrulloh, Lc., M.S.I

*) Link download PDF materi khutbah Jumat ada di akhir tulisan

  • Link download PDF materi khutbah Jumat ada di akhir tulisan.
  • Jika ingin copy paste materi khutbah Jumat ini untuk keperluan repost di media lain, silakan baca dan patuhi ketentuannya di sini: copyright

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُه. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَاِبهِ الهَادِيْنَ لِلصَّوَابِ وَعَلَى التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ اْلمَآبِ.

فَيَا اَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ، وقال أَيْضاً: يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.

Maasyiral muslimin rahimakumullah,

Mengawali khutbah pada siang hari yang penuh berkah ini, khatib berwasiat kepada kita semua terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha dan berupaya meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wataala dengan melakukan semua kewajiban dan meninggalkan seluruh yang diharamkan.

Karena dengan ketakwaan, Allah subhanahu wataala akan menjaminkan dua hal untuk kita, yang pertama Allah hapus kesalahan-kesalahan kita dan yang kedua Allah lipatgandakan pahala-pahala amal kebaikan kita. Hal ini sebagaimana yang tersurat dalam al-Quran Surat At-Thalaq ayat 5, Allah berfirman,

وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا

Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipatgandakan pahala baginya.”

Maasyiral muslimin rahimanii wa rahimakumullah

Manusia secara umum punya banyak angan-angan. Saking banyaknya angan-angan manusia dalam kehidupannya, seorang pun di antara mereka tak ada yang sanggup menghitung angan-angannya sendiri.

Angan-angan mereka satu sama lain berbeda, tergantung sudut pandang, cara berpikir, dan kebutuhannya masing-masing.

Misalnya seorang fakir, ia berangan-angan menjadi orang kaya yang bersenang-senang dengan kekayaan yang diimpikannya itu.

Orang yang sakit, ia berharap dan berangan-angan untuk bisa sehat sehingga dengannya ia dapat menikmati lezatnya makanan dan minuman, serunya bepergian ke mana yang ia kehendaki sesuai dengan angan-angannya itu.

Anak yatim, ia berangan-angan menjadi seseorang yang mendapat perhatian lebih dari kedua orang tuanya layaknya seorang anak yang hidup manja di tengah kasih sayang kedua orang tuanya.

Seorang gadis pun berangan-angan untuk dapat dinikahi oleh seorang laki-laki tampan rupawan, dengan harta berlimpah, sehingga dengannya ia berharap dapat perhatian, kasih sayang, dan penjagaannya. Dan seterusnya, dan seterusnya.

Begitulah hidup manusia, setiap dari mereka mengharapkan rasa aman sesuai dengan angan-angannya.

Empat Golongan Manusia

Manusia dalam berangan-angan itu tidak terlepas dari dua keadaan: yaitu yang berangan-angan dalam kebaikan untuk urusan dunianya semata dan yang berangan-angan dalam kebaikan untuk urusan akhiratnya.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sungguh telah mengumpulkan dua kelompok ini dalam satu hadits yang diriwayatkan dari sahabat Abi Kabasyah al-Anmary, beliau mendengar Rasulullah bersabda,

وَأُحَدِّثُكُمْ حَدِيثًا فَاحْفَظُوهُ قَالَ: إِنَّمَا الدُّنْيَا لأَرْبَعَةِ نَفَرٍ: عَبْدٍ رَزَقَهُ اللَّهُ مَالًا وَعِلْمًا فَهُوَ يَتَّقِي فِيهِ رَبَّهُ، وَيَصِلُ فِيهِ رَحِمَهُ، وَيَعْلَمُ لِلَّهِ فِيهِ حَقًّا، فَهَذَا بِأَفْضَلِ الْمَنَازِلِ، وَعَبْدٍ رَزَقَهُ اللَّهُ عِلْمًا وَلَمْ يَرْزُقْهُ مَالًا فَهُوَ صَادِقُ النِّيَّةِ يَقُولُ: لَوْ أَنَّ لِي مَالًا لَعَمِلْتُ بِعَمَلِ فُلاَنٍ فَهُوَ بِنِيَّتِهِ فَأَجْرُهُمَا سَوَاءٌ، وَعَبْدٍ رَزَقَهُ اللَّهُ مَالًا وَلَمْ يَرْزُقْهُ عِلْمًا، فَهُوَ يَخْبِطُ فِي مَالِهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ لَا يَتَّقِي فِيهِ رَبَّهُ، وَلاَ يَصِلُ فِيهِ رَحِمَهُ، وَلاَ يَعْلَمُ لِلَّهِ فِيهِ حَقًّا، فَهَذَا بِأَخْبَثِ الْمَنَازِلِ، وَعَبْدٍ لَمْ يَرْزُقْهُ اللَّهُ مَالًا وَلاَ عِلْمًا فَهُوَ يَقُولُ: لَوْ أَنَّ لِي مَالًا لَعَمِلْتُ فِيهِ بِعَمَلِ فُلاَنٍ فَهُوَ بِنِيَّتِهِ فَوِزْرُهُمَا سَوَاءٌ

Saya ceritakan kepada kalian tentang suatu perkataan, hendaknya kalian menjaganya, lalu beliau bersabda, “Sesungguhnya, dunia diisi oleh empat golongan orang:

(Pertama), seorang hamba yang dikaruniai Allah harta dan ilmu, dengan ilmu itu ia bertakwa kepada Allah dan dengan harta itu ia dapat menggunakannya untuk menyambung silaturahmi. Dan ia tahu bahwa Allah memiliki hak padanya, dan inilah tingkatan yang paling baik.

(Kedua), seorang hamba yang diberi Allah ilmu, tapi tidak diberi harta. Namun, ia memiliki niat yang tulus sambil berkata, ‘Andai saja aku memiliki harta, niscaya aku akan melakukan amalan seperti Fulan’. Maka dengan begitu, ia mendapatkan apa yang ia niatkan, bagi keduanya pahala yang sama.

(Ketiga), seorang hamba yang diberikan harta, namun Allah tidak memberikannya ilmu. Ia menggunakan hartanya tanpa ilmu, ia tidak takut kepada Allah yang mana Dia memiliki hak atas harta dan dirinya. Dan inilah tingkatan terburuk.

(Keempat), seorang hamba yang tidak diberikan harta maupun ilmu oleh Allah, namun ia berkata, ‘Andai aku memiliki harta tentu aku akan melakukan apa yang dilakukan Fulan yang menggunakan hartanya dengan semena-mena. Bagi keduanya, dosa yang sama.” (HR. At-Tirmizi no. 2325 ia berkata: hadits ini hasan sahih)

Maasyiral muslimin rahimakumullah

Pembagian manusia berdasarkan ilmu dan hartanya ke dalam beberapa golongan tersebut merupakan pembagian yang betul-betul nyata kita hadapi, selamanya tak ada yang sanggup keluar dari keadaan tersebut.

Di mana golongan yang pertama, ia termasuk golongan yang ada pada tingkatan derajat yang paling tinggi, sementara golongan yang ketiga termasuk golongan yang berada pada tingkatan derajat paling rendah, dan golongan kedua dan keempat adalah mereka yang ada pada tingkatan di antara tingkatan yang pertama dan ketiga.

Maasyiral muslimin, yang menjadi sebab Allah mengangkat derajat golongan manusia yang pertama dan Allah menghinakan golongan yang ketiga adalah Ilmu.

Oleh karena itu jika kita telusuri, golongan pertama adalah orang kaya yang berilmu.

Apa manfaat dari Ilmu yang dimiliki?

Dengan ilmu yang ada pada dirinya ia mampu menerangi kehidupannya, karena ada hidayah Allah melalui Ilmu tersebut, sehingga dengannya ia mampu menjaga harta yang Allah titipkan kepadanya tersebab hidayah ilmu yang melekat pada dirinya.

Golongan yang kedua ia selamat dari direndahkannya ia oleh Allah subhanahu wataala karena sebab Ilmu yang dimilikinya. Golongan yang keempat Allah hinakan dan Allah binasakan mereka, karena kebodohan mereka dan keengganannya dalam menuntut Ilmu.

Sementara golongan yang ketiga, kebodohan yang ada dalam dirinya menjadi driver yang mengantarkan ia dan harta yang dimilikinya kepada derajat paling rendah di sisi Allah subahanahu wataala.

Karena itu maasyiral muslimin, ini menjadi isyarat yang nyata bahwa Ilmu sampai kapan pun, khususnya ilmu Syar’i, ilmu mengenal Allah, ilmu mengenal agama Islam, selamanya ada pada derajat paling mulia daripada harta itu sendiri.

Sebagaimana Rabi’ah ar-Ra’yi rahimahullah berkata,

العِلْمُ وَسِيْلَةٌ إِلَى كُلِّ فَضِيْلَةٍ

Ilmu adalah wasilah kepada setiap keutamaan.” (Siyar Alami an-Nubala,adz-Dzahabi, 6/90)

Imam Ibnu al-Mubarak rahimahullah pun mengatakan,

لَا أَعْلَمُ بَعْدَ النُّبُوَّةِ دَرَجَةً أَفْضَلُ مِنْ بَثِّ العِلْمِ

Saya tidak tahu ada derajat atau tingkatan yang lebih utama setelah kenabian yang melebihi daripada menyebarkan ilmu.” (Tahdzibu al-Kamaal, Al-Mizzi, 16/20)

Namun daripada itu, tidaklah disyaratkan bagi seorang yang kaya untuk menjadi orang yang berilmu. Akan tetapi, dimungkinkan baginya melekat dan bersahabat dengan seorang ahli ilmu jika ia tidak mengetahui suatu perkara agama.

Maka dari sini jelaslah bahwa harta tidak menjadi sebab mulianya seseorang jika tanpa ilmu. Sebaliknya, seorang yang kaya ia akan menjadi mulia manakala kekayaannya tersebut diperoleh dan dipergunakan dengan bimbingan Ilmu. Karena itu, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,

لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَسُلِّطَ عَلَى هَلَكَتِهِ فِي الْحَقِّ وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الْحِكْمَةَ فَهُوَ يَقْضِي بِهَا وَيُعَلِّمُهَا

Tidak boleh dengki kecuali kepada dua orang yaitu: kepada seseorang yang dikaruniai oleh Allah akan harta, kemudian ia menafkahkannya untuk kebenaran. Dan seseorang yang dikaruniai oleh Allah akan ilmu pengetahuan, kemudian ia memberikan keputusan dengan ilmunya itu, antara dua orang atau dua golongan yang berselisih, serta mengajarkan ilmunya.” (HR. Al-Bukhari no. 73; HR. Muslim no. 816)

Maasyiral muslimin, hadits tersebut menjadi bukti penguat tentang mulianya seorang yang kaya manakala ia mengerti apa yang semestinya ia lakukan dengan kekayaan yang dimilikinya.

Maka dengan Ilmu seseorang dapat membedakan, mana yang hak dan mana yang batil. Dengan Ilmu seseorang mengerti kapan dan bagaimana mempergunakan sesuatu yang sudah menjadi miliknya. Dengan Ilmu seseorang menjadi mulia di hadapan Allah subhanahu wataala, apalagi di hadapan makhluk-Nya.

Ayah Imam Al-Bukhari; Pengusaha Kaya yang Berilmu

Maasyiral muslimin rahimakumullah

Ketika ayahanda Imam al-Bukhari mendekati ajalnya, di mana ia merupakan seorang pengusaha kaya, ia berkata kepada anaknya,

Wahai anakku, sungguh aku telah meninggalkan bagimu harta beribu-ribu dirham yang aku tidak mengetahui syubhat di dalamnya.”

Kemudian Imam al-Bukhari berkata, “Hal ini bisa terjadi dikarenakan ia dekat dan bersahabat dengan ulama, maka keadaan itu menjadikannya penuh dengan manfaat, sehingga ia mampu membedakan mana yang halal dan mana yang haram.” (At-Tarikh al-Kabir, 1/342)

Dari kisah ini cukuplah menjadi contoh bahwa kemuliaan dapat diperoleh karena keluhuran ilmu, ilmu mengantarkan seseorang kepada derajat yang tinggi di sepanjang zaman. Sebagaimana firman Allah subhanahu wataala dalam al-Quran Surat Al-Mujādilah ayat 11,

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ

Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.”

Dari ayat ini boleh kita katakan bahwa sejarah tidak mengungkap nama-nama orang kaya di zamannya Imam Malik, Imam as-Syafii, Imam at-Tirmidzi, maupun Imam al-Bukhari, tetapi sejarah mencatat bagaimana Ilmu mengantarkan para imam tersebut pada derajat kemuliaan, dan Ilmu yang mereka miliki mampu menerangi penjuru bumi, mengarahkan orang-orang yang tersesat, dan menjadi lentera di tengah kegelapan.

Maasyiral muslimin rahimakumullah

Demikian materi khutbah Jumat tentang empat golongan manusia berdasarkan harta dan ilmunya yang dapat khatib sampaikan, semoga ada manfaatnya untuk diri khatib secara khusus, dan umumnya untuk jamaah sekalian.

Pada akhirnya kita berdoa dan memohon kepada Allah agar kita semua dikarunia hati yang ikhlas dalam taat, akal yang sehat untuk menerima hidayah dan taufik-Nya, jasad yang sehat untuk memaksimalkan ketaatan, dan hati yang terjaga dari hasad, iri, sombong, riya’, sumah, dan segala penyakit hati yang selalu menjangkiti.

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيطَانِ الرَّجِيمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هذَا وَاَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

KHUTBAH KEDUA

الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُمْ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.

أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِي يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ اللّهُمَّ وَارْضَ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ الْأَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِينَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَ اللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أكبر

Download PDF materi khutbah Jumat terbaru dakwah.id
Golongan Manusia Berdasarkan Harta dan Ilmunya di sini:

Semoga bermanfaat!

Artikel Khutbah Jumat Terbaru:

Topik Terkait

Mubin Amrullah

Direktur Markaz Tahfidz Daarut Tanziil Bogor Jawa Barat, Alumni LIPIA Jakarta dan Magister Dirasah Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Konsentrasi Syariah Islam (Ilmu Studi Islam).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *