khutbah jumat singkat hakikat makna kemerdekaan dakwah.id

Khutbah Jumat Singkat: Hakikat Makna Kemerdekaan

Terakhir diperbarui pada · 3,229 views

Khutbah Jumat Singkat
Hakikat Makna Kemerdekaan

Pemateri: Muhammad Irfandi

*) Link download PDF materi khutbah Jumat ada di akhir tulisan.

  • Link download PDF materi khutbah Jumat ada di akhir tulisan.
  • Jika ingin copy paste materi khutbah Jumat ini untuk keperluan repost di media lain, silakan baca dan patuhi ketentuannya di sini: copyright

إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ، وَنَسْتَعِينُهُ، وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا، وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ.

أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه، وَصَفِيُّه وَخَلِيْلُهُ، بَلَّغَ الرِسَالَة، وَأَدَّى الأَمَانَة، وَنَصَحَ الأُمَّة، وَجَاهَدَ فِي اللهِ حَقَّ جِهَادِه حَتَّى أَتَاهُ اليَقِيْن، وَتَرَكَ أُمَّتَهُ عَلَى المحَجَّةِ البَيْضَاء، لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا لَا يَزِيْغُ عَنْهَا إلَّا هَالِك، اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. ثم أما بعد،

فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُون

Ma’asyiral Muslimin, sidang jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah

Saya wasiatkan kepada diri saya sendiri dan kepada semua yang hadir di tempat ini untuk senantiasa bertakwa kepada Allah subhanahu wata’ala. Hanya mereka, hamba bertakwa, yang sukses dalam kehidupan dunia dan dalam kehidupan akhirat.

Allah subhanahu wata’ala berfirman, sebagaimana termaktub dalam surat Ali Imran ayat 102:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.”

Allah memanggil orang-orang yang beriman sejatinya agar mereka memperbaiki keimanan mereka. Betul, kebanyakan kita lahir dalam keadaan beragama Islam dan lahir dalam beragama Islam itu adalah sebuah nikmat yang besar dari Allah ‘subhanahu wata’ala.  Namun mempertahankan Islam sampai mati itu butuh perjuangan, Allah subhanahu wata’ala:

وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.”

Ma’asyiral Muslimin, sidang jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah

Hari-hari ini, kita mulai melihat di jalanan ramai dengan bendera merah putih. Bahkan setiap rumah sudah mulai memasang bendera tersebut dengan model-model yang beragam. Yang dalam pandangannya itu salah satu cara untuk mengisi hari kemerdekaan Indonesia.

78 tahun yang lalu bangsa ini merdeka. Kita semua tahu, sejarah kemerdekaan Indonesia diwarnai dengan tetesan darah dan pekikan takbir.

Alhamdulillah, kita bersyukur kepada Allah subhanahu wata’ala atas kemerdekaan yang Allah berikan kepada kita. Bangsa kita sampai detik ini aman dan sentosa dari huru-hara, konflik, pertikaian, dan peperangan, sehingga kita dapat mengabdikan dan menyembah Allah tanpa gangguan dan ancaman.

Dengan terus bersyukur dengan merawat situasi dan kondisi ini, insya Allah, Allah subhanahu wata’ala akan memasukkan kita ke dalam orang-orang yang pandai bersyukur dan kenikmatan ini akan terus ditambah oleh Allah subhanahu wata’ala. Allah berfirman dalam surat Ibrahim ayat 7:

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmatKu), maka pasti azab-Ku sangat berat.’”

Dan begitu juga doa Nabi Ibrahim dalam surat Ibrahim ayat 35 yang banyak dinukil dan dibacakan pada setiap malam tirakat untuk menyambut hari kemerdekaan Indonesia ini,

رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا

“…Ya Rabb, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman.”

Akan tetapi sungguh sangat disayangkan hampir kebanyakan nukilan tersebut berhenti sampai di kalimat itu saja, padahal pada ayat tersebut ada kalimat lanjutan yang sangat urgen sekali, apakah lanjutan dari doa tersebut?

وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ

“…dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku agar tidak menyembah berhala.”

Artinya, jika kita memang menginginkan makna kemerdekaan sebagaimana dimaksud dalam doa nabi Ibrahim tersebut, maka membebaskan diri rakyat negeri ini dari perbuatan syirik adalah bagian yang tak dapat dipisahkan dari makna kemerdekaan.

Namun realitanya saat ini praktik syirik masih ada, bahkan kesyirikan tersebut sudah berani muncul terang-terangan, diliput dan dipublikasikan melalui media massa dan sosial media, yang menandakan negeri ini masih belum baik-baik saja. Dalam makna lain, belum dapat merealisasikan hakikat dari kemerdekaan itu sendiri.

Ma’asyiral Muslimin, sidang jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah

Lalu apa hakikat dari makna kemerdekaan?

Jauh sebelum negara ini mengenal kata merdeka 78 tahun silam, Islam yang datang 14 abad lebih awal sudah mengumandangkan seruan kebebasan, kemerdekaan, serta keadilan.

Kita bisa lihat kembali tinta sejarah Islam, bagaimana agama ini menentang perbudakan, penindasan, dan kesyirikan. Ayat-ayat keadilan sosial Allah turunkan pada fase awal, mengisyaratkan bahwa Islam menolak praktik perbudakan dan penghambaan kepada sesama makhluk. Islam datang untuk melepas itu semua.

Silih berganti tahun, hakikat dari makna kemerdekaan itu sendiri telah mengalami pergeseran yang signifikan. Bahkan mereka mengartikan kemerdekaan sesuai dengan keinginan dan kepentingan belaka.

Ada yang mengartikan bahwa kemerdekaan itu adalah kebebasan beragama, sehingga terkesan melegitimasikan adanya Tuhan selain Allah. Mereka berasumsi bahwa umat manusia berasal dari satu leluhur yaitu keturunan Nabi Adam ‘alaihissalam.

Ada juga yang berpendapat kebebasan berpendapat dan berpikir sehingga memasukkan pemikiran-pemikiran yang sangat menyimpang dari ajaran Islam, bahkan sampai menoleransi ajaran yang tidak sesuai norma-norma Islam dengan menggunakan jargon hurriyyah (kebebasan) atau HAM. Pada akhirnya pemikiran seperti ini menjadi cikal bakal liberal, sekuler, feminisme dan pemikiran menyimpang lainnya.

Apakah seperti itu hakikat dari makna merdeka menurut ajaran Islam?

Islam sudah menjelaskan kemerdekaan yang dimaksud, bukan seperti mereka yang mengartikan seenak sendiri. Karena merdeka bukan berarti berbuat semaunya tanpa ada pengikat, kemerdekaan itu terikat dengan rambu-rambu yang berlaku di dalamnya.

Ma’asyiral Muslimin, sidang jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah

Pada hakikatnya agama Islam adalah agama yang memberikan kemerdekaan kepada pemeluknya agar menjadi hamba yang benar-benar merdeka, karena agama ini datang untuk membebaskan manusia dari segala macam bentuk ikatan, terlebih menjadi budaknya manusia.

Dalam potret kehidupan nyata, jika seseorang bekerja di sebuah perusahaan, lantas ketika masuk jam shalat, bos perusahaan tidak mengizinkannya untuk shalat, apakah ini bisa disebut sebagai sebuah merdeka? Tentu saja tidak. karena dia masih terkekang oleh aturan hukum yang berlaku di perusahaan itu.

Ingin membangun gedung, rumah, atau jembatan diharuskan memberikan tumbal. Jika itu tidak dilakukan, diyakini akan ada jin dan hantu. Apakah ini makna kemerdekaan? Tentu bukan seperti ini.

Punya anak, karena takut kenapa-kenapa, datang ke dukun untuk dibuatkan penangkal ghaib dengan bantuan jin agar anak sehat dan kuat. Apakah ini makna kemerdekaan? Tentu bukan seperti ini.

Islam menginginkan agar tidak ada penghambaan seorang hamba kepada makhluk. Yang ada hanyalah penghambaan kepada Pencipta dan Penguasa Seluruh Hamba, yaitu Allah subhanahu wata’ala.

Ma’asyiral Muslimin, sidang jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah

Dikisahkan, ketika perang Qadisiyah, Sa’ad bin Abi Waqqash memerintahkan Rabi’ bin Amir untuk menghadap Rustum; panglima perang Persia. Rustum bertanya kepada Rabi’ tentang tujuan kedatangan pasukan Islam ke wilayahnya.

Dengan lantang Rabi’ menjawab dan jawabannya itu tercatat rapi dalam tinta emas sejarah,

“Kami datang ke sini untuk membebaskan manusia dari penghambaan terhadap sesama hamba kepada penghambaan kepada Allah subhanahu wata’ala yang Maha Esa, dan juga mengeluarkan manusia dari dunia yang sempit menuju dunia yang luas, serta juga mengeluarkan mereka dari kesewenang-wenangan kepada keadilan Islam.”

Selaras dengan hal tersebut, Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah di dalam syarah kitab Al-Aqidah Al-Washatiyyah juga menjelaskan pengertian dari kemerdekaan itu ialah,

“Penghambaan kepada Allah adalah kemerdekaan yang hakiki. Orang yang tidak menyembah kepada Allah semata, maka dia adalah budak bagi selain Allah subhanahu wata’ala.”

Demikianlah. Merdeka itu ialah menyerahkan segala bentuk ibadah hanya kepada Allah semata, bebas dari ketergantungan dan keterikatan dengan makhluk. Inilah hakikat kemerdekaan yang selaras dengan Islam.

Ma’asyiral Muslimin, sidang jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah

Maka, dengan dirgahayu bangsa ini yang ke-78, mari kita bersama-sama menjadikan negeri ini baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.

Mari kita selaraskan arah tujuan bangsa ini dengan doa nabi Ibrahim ‘alaihissalam tentang makna kemerdekaan yang sesungguhnya, yaitumenjadikan negeri ini sebagai negeri yang aman dan makmur, terbebas dari berbagai macam bentuk penghambaan kepada makhluk menuju penghambaan tunggal hanya kepada Allah semata.

Demikian materi khutbah Jumat tentang hakikat makna kemerdekaan yang dapat kami sampaikan pada siang hari ini.

Mari bersama-sama kita meminta, berharap, dan berdoa agar kita semua dan keturunan anak cucu kita dijauhkan dari penghambaan kepada selain Allah, karena hakikat kita hidup di dunia ini tidak lain dan tidak bukan adalah dalam rangka mengabdikan diri kepada Allah subhanahu wata’ala sebagaimana firman-Nya dalam surat adz-Dzariyat ayat 56,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.”

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُم تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْم، أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْم لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

KHUTBAH KEDUA

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا.

أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ،

فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا،

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيّن وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.

اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ.

اَللّٰهُمَّ اجْعَلْ هَٰذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ. اَللّٰهُمَّ اجْعَلْ هَٰذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنَا وَأَبْنَاءَنَا وَذُرِّيَّتَنَا أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ. اَللّٰهُمَّ اجْعَلْ هذهِ البَلْدَةَ بَلْدَةً طَيِّبَةً وَرَبًّا غَفُورًا

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَ اللهِ …

إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِيْ القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالمُنْكَرِ وَالبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، فَاذْكُرُوا اللهَ العَظِيْمَ يَذْكُرْكُم، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر.

Download PDF materi khutbah Jumat
Hakikat Makna kemerdekaan di sini:

Semoga bermanfaat!

Topik Terkait

Sodiq Fajar

Bibliofil. Pemred dakwah.id

1 Tanggapan

Terimakasih smg ilmunya bermamfa’at bagi orang banyak 🤲

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *