Gambar I’dad ‘Askari Rasulullah dalam Mempersiapkan Pembebasan Baitulmaqdis dakwah.id

I’dad ‘Askari Rasulullah dalam Mempersiapkan Pembebasan Baitulmaqdis

Terakhir diperbarui pada ·

Artikel berjudul “Idad Askari Rasulullah dalam Mempersiapkan Pembebasan Baitulmaqdis” ini adalah seri keempat dari serial Roadmap Nabawi untuk Membebaskan Baitulmaqdis. Serial lengkap artikel ini dapat sahabat baca pada link berikut:

Seri 1: Keterkaitan Islam dan Baitulmaqdis Sejak Awal Dakwah Nabi di Makkah

Seri 2: Idad Marifi Rasulullah dalam Mempersiapkan Pembebasan Baitulmaqdis

Seri 3: Idad Siyasi Rasulullah dalam Mempersiapkan Pembebasan Baitulmaqdis

Seri 4: Idad Askari Rasulullah dalam Mempersiapkan Pembebasan Baitulmaqdis

Seri 5: Peran Khalifah Abu Bakar dan Umar dalam Melanjutkan Misi

I’dad ‘Askari Rasulullah dalam Mempersiapkan Pembebasan Baitulmaqdis

I’dad ‘askari untuk pembebasan Baitulmaqdis dimulai hampir bersamaan waktunya dengan i’dad siyasi, atau beberapa saat setelah dimulainya i’dad siyasi. Yaitu, setelah penandatanganan Perjanjian Damai Hudaibiyah.

Nabi shallallahu alaihi wasallam menempuh langkah-langkah militer setelah persiapan politik dianggap matang. Hal itu ditandai dengan sampainya surat-surat dakwah kepada para penguasa dunia dan masuk Islamnya Raja Yaman, yang merupakan vassal (negara bagian dan bawahan Imperium Majusi Persia).

Dr. Abdullah Ma’ruf Umar dalam bukunya, Bait Al-Maqdis fî Istîrâtîjiyyat An-Nabî, menjelaskan bahwa sejak tercapainya Perjanjian Damai Hudaibiyah, terjadi pergeseran sangat signifikan pada arah dan target operasi jihad kaum muslimin.

Pengiriman pasukan patroli keamanan, sariyyah (ekspedisi pasukan yang dipimpin sahabat), dan ghazwah (ekspedisi pasukan yang dipimpin langsung oleh Nabi) secara spesifik mengarah ke barat laut dari Kota Madinah, yaitu jalur transportasi yang menghubungkan Madinah dengan Baitulmaqdis.

Adapun langkah-langkah militer (idad askari) yang diambil oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam untuk membebaskan Baitulmaqdis adalah sebagai berikut.

I’dad ‘Askari Pertama:

Pengiriman sariyyah Zaid bin Haritsah pada bulan Jumadilakhir 6 H/627 M ke wilayah Hasmi

Hasmi merupakan sebuah wilayah perbatasan negeri Syam yang luas dan membentang dari Wadil Qura hingga Gurun Sinai di dekat Ailah. Pasukan ini berkekuatan lima ratus personal.

I’dad ‘Askari Kedua:

Pengiriman sariyyah Zaid bin Haritsah pada bulan Rajab 6 H/627 N ke wilayah Ummul Qura di jalur perjalanan Madinah—Baitulmaqdis.

I’dad ‘Askari Ketiga:

Idad askari Rasulullah dalam mempersiapkan pembebasan Baitulmaqdis ketiga adalah pengiriman sariyyah Abdurrahman bin Auf ke wilayah Daumatul Jadnal. Wilayah ini berada di perbatasan Syam-Irak.

Tujuannya adalah mengamankan rute perjalanan dari Irak menuju Baitulmaqdis, agar tidak menjadi rute serangan musuh dari arah belakang.

Keempat:

Pengiriman sariyyah Ali bin Abi Thalib pada bulan Syaban 6 H /627 M ke wilayah Fadak. Fadak adalah perkampungan Yahudi, dekat Kota Khaibar yang berpenduduk mayoritas kaum Yahudi.

Khaibar dan Fadak berada di sebelah barat laut Madinah, dalam rute perjalanan Madinah—Baitulmaqdis.

Baca juga: Ain Jalut, Saksi Bisu Ketika Mongol Bertekuk Lutut

Kelima:

Pengiriman sariyyah Zaid bin Haritsah pada bulan Ramadhan 6 H/628 M. Sariyah ini dikirim ke wilayah Ummu Qarfah, dekat Wadil Qura, di sebelah barat laut Madinah.

Mayoritas penduduk Ummu Qarfah adalah kaum Yahudi.

Keenam:

Perang Khaibar pada bulan Muharram 7 H/628 M.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memimpin langsung pasukan Islam dalam proses pengepungan dan penyerangan Khaibar. Khaibar merupakan kota banteng terkuat kaum Yahudi di semenanjung Arab.

Dalam perang tersebut pasukan Islam meraih kemenangan dan berhasil membebaskan Kota Khaibar dari tangan kaum Yahudi.

Ketujuh:

Pengiriman lima belas orang sahabat sebagai juru dakwah kepada suku-suku Arab di Datul Athlah, barat laut Madinah. Nabi mengirim sariyah dakwah ini pada tahun 8 H/629 M.

Suku-suku Arab itu menyerang mereka sehingga empat belas sahabat gugur.

Kedelapan:

Idad askari Rasulullah dalam mempersiapkan pembebasan Baitulmaqdis kedelapan adalah pengiriman sariyyah Perang Mu’tah.

Mu’tah terletak di sebelah tenggara Laut Mati dan sebelah selatan Kota Karak. Pada masa itu, Mu’tah merupakan wilayah perbatasan selatan Baitulmaqdis dan wilayah paling selatan negeri Syam. Ia berbatasan dengan wilayah paling utara semenanjung Arab.

Pada zaman pra-Islam dan Islam, Mu’tah termasuk bagian dari wilayah Baitulmaqdis. Saat ini, sesuai Perjanjian Sykes-Picot, wilayah Mu’tah masuk dalam wilayah administrasi Kerajaan Yordania.

Perang Mu’tah terjadi pada bulan Jumadil Ula tahun 8 H, bertepatan dengan bulan Agustus—September 629 M.

Pasukan Islam berkekuatan tiga ribu orang. Mereka dipimpin oleh tiga orang jenderal secara berurutan: Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abi Thalib, dan Abdullah bin Rawahah radhiyallahu anhu. Mereka bertempur dengan gigih berani melawan kurang lebih 100.000 tentara Bizantium.

Ketiga jenderal Islam gugur dalam pertempuran. Setelah itu, Khalid bin Walid tampil sebagai panglima pengganti dan berhasil memimpin pasukan Islam mundur dengan selamat.

Pertempuran dahsyat itu menaikkan moral pasukan Islam, menggentarkan mental pasukan superpower Bizantium, dan membuat hati suku-suku Arab condong kepada Islam.

Dari pertempuran ini, pasukan Islam memiliki pengetahuan yang baik tentang topografi medan pertempuran di negeri Syam dan kekuatan militer musuh. Selain itu, pasukan Islam memiliki pengalaman tempur melawan kekuatan militer yang puluhan kali lipat lebih besar.

Kesembilan:

Pengiriman sariyyah Amru bin Ash pada tahun 8 H menuju Daumatul Jandal, di perbatasan Syam.

Pasukan ini awalnya berjumlah tiga ratus personal. Kemudian datang pasukan bantuan pimpinan Abu Ubaidah bin Al-Jarrah yang menambah kekuatan sebanyak dua ratus personal. Mereka menghadapi suku-suku Arab di wilayah Daumatul Jandal yang merencanakan penyerangan terhadap Madinah.

Kesepuluh:

Nabi SAW memimpin langsung pasukan Perang Tabuk.

Pada bulan Rajab 9 H, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memimpin pasukan besar, berkekuatan 30.000 personal. Mereka berangkat dari Madinah menuju negeri Syam untuk menghadapi pasukan besar Bizantium yang berniat untuk menyerang Madinah.

Namun, pasukan musuh telah jatuh mentalnya terlebih dahulu. Pasukan musuh mundur sebelum bertemu dengan pasukan Islam.

Materi Khutbah Jumat: Tunjukkan Solidaritas Palestina Setiap Hari

Ekspedisi militer ini kemudian beralih menjadi ekspedisi politik. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melakukan upaya diplomasi dan berhasil menjalin perjanjian damai dengan suku-suku Arab di perbatasan utara semenanjung Arab hingga perbatasan selatan negeri Syam.

Perjanjian damai yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan berbagai suku Arab di wilayah perbatasan tersebut memiliki arti strategis bagi masa depan pembebasan Baitulmaqdis. Dari perjanjian-perjanjian inilah muncul kesepakatan penting yang memperkuat posisi pasukan Islam di hadapan Bizantium.

Pasukan Islam mencapai kesepakatan dengan Bani Muqna dan Bani Adzruh. Kesepakatannya adalah agar mereka menyiapkan persenjataan kepada pasukan Islam jika pada masa mendatang terjadi peperangan antara pasukan Islam dan pasukan Bizantium.

Pasukan Islam juga mencapai kesepakatan dengan penduduk Ailah, dekat Teluk Aqabah. Mereka berjanji akan menyediakan logistik berupa makanan dan minuman jika pada masa mendatang pasukan Islam terlibat dalam pertempuran melawan Bizantium.

Pasukan Islam bertahan selama kurang dari setengah bulan di wilayah sekitar Tabuk. Mereka bertahan di sana untuk melakukan perjanjian-perjanjian damai dengan suku-suku Arab yang selama ini bersekutu dengan Imperium Bizantium. Langkah politik ini merupakan sebuah kemenangan besar, sebagai bekal untuk menerjuni operasi-operasi militer setelahnya yang bertujuan untuk membebaskan Baitulmaqdis.

Kita wajib mengingat bahwa di medan Tabuk inilah, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda kepada Auf bin Malik al-Asyja’í radhiyallahu anhu,

اعْدُدْ سِتًّا بَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ: مَوْتِي، ثُمَّ فَتْحُ بَيْتِ المَقْدِسِ

Hitunglah enam perkara yang akan terjadi sebelum kiamat: kematianku, kemudian pembebasan Baitulmaqdis .” (HR. Al-Bukhari no. 3176)

Hadits ini mengisyaratkan bahwa Perang Tabuk akan menjadi titik starting poin bagi pembebasan Baitulmaqdis pada masa mendatang. Hadits ini juga mengisyaratkan bahwa Baitulmaqdis akan dapat dibebaskan kaum muslimin dalam waktu dekat. Akan tetapi, peristiwa besar itu akan terjadi setelah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam wafat.

Kesebelas:

I’dad ‘askari Rasulullah dalam mempersiapkan pembebasan Baitulmaqdis kesebelas adalah menyiapkan pasukan perang di bawah pimpinan Usamah bin Zaid bin Haritsah radhiyallahu anhu.

Demikianlah, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah mempersiapkan segala aspek yang diperlukan untuk membebaskan Baitulmaqdis, secara ilmu pengetahuan, politik, dan militer. Beliau wafat sebelum menyaksikan terbebasnya Baitulmaqdis. (Yasir Abdul Barr/dakwah.id)

Penulis: Yasir Abdul Barr
Editor: Ahmad Robith

Topik Terkait

Discover more from Dakwah.ID

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading