Akhlak Nubuwah 2 Berpenampilan Rapi dan Bersih dakwah.id.jpg

Akhlak Nubuwah #2 Berpenampilan Rapi dan Bersih

Terakhir diperbarui pada · 1,587 views

Fatal sekali menganggap bahwa di balik kesederhanaan dan kebersahajaan sikap Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hidup, ada anggapan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berpenampilan kumuh dan jorok, tidak rapi dan bersih.

Sederhana bukan berarti gembel, dan bersahaja bukan berarti kumuh dan kucel. Adalah akhlak nubuwah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah; tampil dengan rapi dan indah. Sebuah tampilan yang rapi, sedap dipandang mata, berseri dan bersih, namun tetap dalam balutan kesederhanaan beliau.

Fisik yang Sempurna

Adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam Allah karuniakan penciptaan fisik yang indah dan menarik. Dan ini adalah bagian dari kesempurnaan yang Allah berikan kepada Nabi-Nya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkomentar tentang kesempurnaan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:

“Bahwa fisik Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan tampilan beliau adalah perwujudan bentuk yang lengkap dan paling indah yang menunjukkan akan kesempurnaan beliau.” (Al-Jawab ash-Shahih, Ibnu Taimiyah, 5/438)

Sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu memberikan kesannya tentang tampilan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, ia berkata:

“Aku tidak pernah melihat sesuatu yang lebih indah daripada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Matahari seolah-olah berjalan di wajahnya dan tidak pernah kulihat seseorang yang jalannya lebih cepat daripada beliau.” (HR. Tirmidzi No. 3648)

Selain fisik yang sempurna dan menarik, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga memperhatikan hal-hal yang menjadi pelengkap itu semua, yaitu berpenampilan rapi dan bersih.

 

Pribadi Rapi dan Bersih

Perhatian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam akan kebersihan dan kerapian diri termasuk akhlak nubuwah yang diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada umatnya.

Seperti sunah fitrah yang dianjurkan untuk dikerjakan setiap muslim. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ: الْفِطْرَةُ خَمْسٌ – أَوْ خَمْسٌ مِنَ الْفِطْرَةِ – الْخِتَانُ وَالاِسْتِحْدَادُ وَتَقْلِيمُ الأَظْفَارِ وَنَتْفُ الإِبْطِ وَقَصُّ الشَّارِبِ

“Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda, ‘Ada lima macam fithrah, yaitu; berkhitan, mencukur bulu kemaluan, memotong kumis, memotong kuku, dan mencabut bulu ketiak.” (HR. Al-Bukhari No. 5889; HR. Muslim No. 257)

Menjaga kebersihan lima sunnah fitrhah ini memberikan manfaat yang besar.

Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahullah menjelaskan bahwa sunah fitrah mendatangkan faedah diniyyah dan duniyawiyah, di antaranya; memperindah penampilan, membersihkan badan, menjaga kesucian, menyelisihi simbol orang kafir, dan melaksanakan Syariat. (Lihat: Taisir ‘Alam Syarah Umdatul Ahkam, 43)

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah sosok yang ‘good looking’ menyenangkan untuk dipandang. Itu karena beliau memperhatikan penampilan beliau senantiasa terlihat rapi dan bersih.

Salah satu kebiasaan Nabi shalallahu alaihi wa salam adalah menyisir rambut dan meminyakinya. Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:

مَنْ كَانَ لَهُ شَعْرٌ فَالْيُكْرِمْهُ

“Barangsiap yang memiliki rambut, hendaklah memuliakannya.” (HR. Abu Daud No. 4163. Hadits shahih)

Bentuk memuliakan rambut adalah dengan membersihkannya, menyisirnya, meminyakinya dan tidak membiarkannya dalam keadaan semerawut tidak terurus. (Lihat: Fadihul Qadhir, Imam Al-Munawi, 6/208)

Ibunda ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha sering melakukan perawatan untuk rambut Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

كُنْتُ أُرَجِّلَ رَأْسَ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَأَنَا حَائِضٌ

“Aku mentarjil rambut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam saat aku sedang haid.” (HR. Al-Bukhari No. 5925)

Mentarjil rambut maksudnya adalah menyisir, merapikan, meluruskan dan memberikan minyak rambut. Semua ini bermakna tarjil. (Lihat: An-Nihayah fi Gharib al-Hadist wa al-Atsar, Ibnu al-Atsir, 2/203)

Tidak hanya itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga senang memakai wewangian. Sebagaimana riwayat dari Muhammad bin ‘Ali radhiyallahu ‘anhu,

قَالَ: سَأَلْتُ عَائِشَةَ: أَكَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَطَيَّبُ؟ قَالَتْ: نَعَمْ، بِذِكَارَةِ الطِّيبِ الْمِسْكِ، وَالْعَنْبَرِ

“Aku bertanya kepada ‘Asiyah, ‘apakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memakai wewangian?’ ia menjawab, ‘iya, dengan minyak wangi misk dan anbar.” (HR. Nasa’i No. 5116. Sanad hadits ini dha’if)

Kecintaan beliau kepada wewangian beliau akui sendiri dalam sabdanya yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu,

حُبِّبَ إِلَيَّ مِنَ الدُّنْيَا: النِّسَاءُ، وَالطِّيبُ، وَجُعِلَ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلاَةِ.

“Dijadikan kecintaanku pada dunia ada pada; Wanita, Wewangian, dan dijadikan penyejuk mataku ketika shalat.” (HR. Ahmad No. 12294. Hadits ini hasan)

Masih menurut penuturan Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, saking sukanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada parfum, beliau tidak pernah menolak ketika ada yang menawarkan wewangian kepada beliau. (HR. Al-Bukhari No. 2582)

Karena kecintaan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam terhadap wewangian membuat tubuh beliau beraroma sangat wangi, bahkan aroma paling wangi adalah keringat beliau. (Zad al-Ma’ad, Ibnu Qayyim al-Jauzi, 4/239)

Hal lain yang menjadi kebiasaan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam soal kebersihan adalah terbiasa bersiwak; menjaga kebersihan mulut beliau dalam setiap keadaan.

Dalam banyak riwayat disebutkan bahwa Nabi senantiasa bersiwak, bahkan pada detik-detik sebelum meninggal dunia beliau masih sempat bersiwak membersihkan giginya.

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda tentang pentingnya bersiwak,

لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي أَوْ عَلَى النَّاسِ لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ مَعَ كُلِّ صَلَاةٍ

“Sekiranya tidak memberatkan umatku, aku akan perintahkan mereka bersiwak setiap akan shalat.” (HR. Al-Bukhari No. 887; HR. Muslim No. 252)

Dalam riwayat lain juga dijelaskan, termasuk kebiasaan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika bangun dari tidur adalah bersiwak,

عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ مِنْ اللَّيْلِ يَشُوصُ فَاهُ بِالسِّوَاكِ

Dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu dia berkata, ‘adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam jika bangun dari tidur malam, beliau menggosok mulutnya dengan siwak.” (HR. Al-Bukhari No. 245)

Inilah akhlak nubuwah yang ditunjukkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tentang kebersihan dan kerapian sebagai akhlak yang harus dilazimi seorang muslim.

Baca juga: 9 Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di Hari Jumat

Karena sesungguhnya Allah itu Maha Indah dan menyukai Keindahan, maka penampilan yang kucel dan kumel sama sekali bukan bagian dari akhlak muslim yang baik.

Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak menyukai hal demikian, seperti yang ditututurkan oleh sahabat Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu:

أَتَانَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَأَى رَجُلاً شَعِثًا قَدْ تَفَرَّقَ شَعْرُهُ فَقَالَ: أَمَا كَانَ يَجِدُ هَذَا مَا يُسَكِّنُ بِهِ شَعْرَهُ، وَرَأَى رَجُلاً آخَرَ وَعَلْيِهِ ثِيَابٌ وَسِخَةٌ، فَقَالَ أَمَا كَانَ هَذَا يَجِدُ مَاءً يَغْسِلُ بِهِ ثَوْبَهُ

“Kami mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lalu beliau melihat seseorng yang kucel yang rambutnya acak-acakan. Maka beliau bersabda, ‘Apakah tidak ada sesuatu yang bisa merapikan rambutnya?’ lalu Nabi shalallahu ‘alaihi wa sala melihat lelaki lain yang mengenakan pakaian yang kumuh lalu bersabda, ‘Apakah dia tidak mendapati air untuk mencuci pakaiannya?” (HR. Nasa’i No. 9261; HR. Abu Daud No. 4062)

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam itu rapi, wangi dan bersih. Inilah akhlak nubuwah yang seharusnya kita ikuti. Kesederhanaan yang dibalut dalam kebersihan dan kerapian mendatangkan cinta Allah dan manusia secara bersamaan. Wallahu a’lam (Fajar Jaganegara/dakwah.id)

 

Baca juga artikel tentang ADAB atau artikel menarik lainnya karya Ustadz Fajar Jaganegara.

 

 

Baca serial Akhlak Nubuwah sebelumnya:
Akhlak Nubuwah #1: Sederhana dan Bersahaja

 

Topik Terkait

Fajar Jaganegara, S.pd

Pengagum sejarah, merawat ingatan masa lalu yang usang tertelan zaman. Mengajak manusia untuk tidak cepat amnesia. Pengagum perbedaan lewat khazanah fikih para ulama. Bahwa dengan berbeda, mengajarkan kita untuk saling belajar dan berlapang dada.

0 Tanggapan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *