ada apa di hari arafah-dakwahid

Ada Apa di Hari Arafah?

Terakhir diperbarui pada · 1,085 views

Hari Arafah adalah salah satu hari istimewa, karena pada hari itu Allah membanggakan para hamba-Nya yang sedang berkumpul di padang Arafah di hadapan para malaikat-Nya. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ وَإِنَّهُ لَيَدْنُو ثُمَّ يُبَاهِي بِهِمُ الْمَلَائِكَةَ فَيَقُولُ مَا أَرَادَ هَؤُلَاءِ

Tidak ada satu hari yang lebih banyak Allah memerdekakan hamba dari neraka pada hari itu daripada hari Arafah. Dan sesungguhnya Allah mendekat, kemudian Dia membanggakan mereka (para hamba-Nya yang sedang berkumpul di Arafah) kepada para malaikat. Dia berfirman, ‘Apa yang dikehendaki oleh mereka ini?‘” (HR. Muslim, no. 1348; dan lainnya dari ‘Aisyah).

Keagungan hari Arafah ternyata tak hanya bisa dinikmati oleh umat Islam yang melaksanakan ibadah Haji. Umat Islam yang tidak sedang melaksanakan haji pun bisa merasakan keagungannya.

BAGAIMANA CARANYA?

Shaum. Melaksanakan shaum di hari Arafah akan menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang. Begitulah kabar yang disampaikan Rasulullah dalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Abu Qatadah.

Dari Abu Qatadah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ

Shaum Arafah dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Shaum Asyura akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim: 1162)

Berkaitan dengan jenis dosa yang akan dihapuskan sebagaimana dalam hadits di atas, Imam an-Nawawi rahimahullah mengatakan,

Jika bukan dosa kecil yang diampuni, moga dosa besar yang diperingan. Jika tidak, moga ditinggikan derajat.” (Syarh Shahih Muslim, 8/51)

SHAUM ARAFAH

Para ulama fikih menjelaskan bahwa shaum Arafah hukumnya sunnah. Bukan wajib sebagaimana shaum Ramadhan.

Ibnu Muflih menjelaskan,

“Disunnahkan melaksanakan puasa pada 10 hari pertama Dzulhijjah, lebih-lebih lagi puasa pada hari kesembilan, yaitu hari Arafah. Demikian disepakati oleh para ulama.” (Al-Furu’, Ibnu Muflih, 3/108)

Namun, sunnah shaum Arafah ini hanya berlaku bagi umat Islam yang tidak sedang wukuf di Arafah. Bagi mereka yang sedang melaksanakan Wukuf di Arafah justru disunnahkan untuk tidak shaum.

Imam Nawawi, salah seorang ulama fikih mazhab Syafi’i menerangkan,

“Adapun hukum shaum Arafah menurut Imam Syafi’i dan ulama Syafi’iyah: disunnahkan shaum Arafah bagi yang tidak berwukuf di Arafah. Adapun orang yang sedang berhaji dan saat itu berada di Arafah, menurut Imam Syafi’ dan ini juga menurut ulama Syafi’iyah bahwa disunnahkan bagi mereka untuk tidak shaum karena adanya hadits dari Ummul Fadhl.” (Al-Majmu’, 6//428)

Hadits yang dimaksudkan oleh Imam an-Nawawi adalah sebagai berikut:

عَنْ أُمِّ الْفَضْلِ بِنْتِ الْحَارِثِ أَنَّ نَاسًا تَمَارَوْا عِنْدَهَا يَوْمَ عَرَفَةَ فِي صَوْمِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ بَعْضُهُمْ هُوَ صَائِمٌ وَقَالَ بَعْضُهُمْ لَيْسَ بِصَائِمٍ فَأَرْسَلَتْ إِلَيْهِ بِقَدَحِ لَبَنٍ وَهُوَ وَاقِفٌ عَلَى بَعِيرِهِ فَشَرِبَهُ

“Dari Ummul Fadhl binti Al Harits, bahwa orang-orang berbantahan di dekatnya pada hari Arafah tentang puasa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagian mereka mengatakan, ‘Beliau berpuasa.’ Sebagian lainnya mengatakan, ‘Beliau tidak berpuasa.’ Maka Ummul Fadhl mengirimkan semangkok susu kepada beliau, ketika beliau sedang berhenti di atas unta beliau, maka beliau meminumnya.” (HR. Bukhari: 1988 dan Muslim: 1123) Wallahu a’lam. [Shodiq/dakwah.id]

Topik Terkait

Sodiq Fajar

Bibliofil. Pemred dakwah.id

0 Tanggapan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *