Khutbah Idul Adha
Jebakan Setan dalam Ibadah Qurban
Pemateri: Ustadz Yasir Abdul Barr
اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ،
اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ،
اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ،
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ.
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللَّه ِمِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا, مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، فِي العَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.
فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوصِيكُمْ وَإِيَّايَ نَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ, فَقَدْ فَازَ الْمُؤْمِنُونَ الْمُتَّقُونَ. قَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ اْلكَرِيمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُونَ.
وَقاَلَ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ. أَمَّا بَعْدُ.
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah Ta’ala atas segala limpahan nikmat dan karunia-Nya yang tak terbilang. Dengan izin dan karunia-Nya semata kita bisa melaksanakan shalat Idul Adha pada tahun 1446 H ini dalam keadaan fisik yang sehat dan kondisi yang lapang.
Semoga nikmat kesehatan, waktu luang, dan kelapangan ini bisa kita syukuri sebaik-baiknya, untuk memelihara dan meningkatkan keimanan serta ketakwaan kita di hadapan Allah Ta’ala.
Shalawat dan salam senantiasa kita panjatkan untuk suri tauladan kita, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beserta segenap keluarganya, sahabatnya, dan umatnya yang sabar menjalankan ajaran agamanya.
Kaum muslimin dan muslimat, jamaah shalat Idul Adha yang dirahmati Allah Ta’ala…
Pada pagi hari yang mulia ini, kaum muslimin di seluruh dunia melantunkan takbir, tahlil, dan tahmid, demi mengagungkan Allah dan mensyukuri nikmat-Nya. Pada pagi hari ini, takbir, tahlil, dan tahmid dilantunkan oleh jutaan jamaah haji yang sedang melaksanakan manasik di Mina.
Kumandang takbir, tahlil, dan tahmid juga dilantunkan oleh miliaran kaum muslimin di berbagai penjuru dunia, di wilayah pedesaan dan perkotaan, di wilayah pantai dan pegunungan, di wilayah ramai dan pedalaman.
Takbir, tahlil, dan tahmid tidak akan berhenti dengan selesainya shalat Idul Adha. Takbir, tahlil, dan tahmid akan terus dilantunkan oleh seluruh kaum muslimin sampai waktu Ashar tanggal 13 Zulhijah esok.
Selama hari raya Idul Adha dan tiga hari tasyriq esok, gema takbir, tahlil, dan tahmid akan terus berkumandang dari masjid-masjid, jalan-jalan, pasar-pasar, dan rumah-rumah kaum muslimin. Demikianlah sebagaimana diamalkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan generasi sahabat selama hari raya Idul Adha dan hari-hari tasyriq.
Baca juga: Materi Khutbah Idul Adha : Totalitas Berislam Selayak Keluarga Ibrahim
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, laa ilaaha illallahu, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil hamdu….
Jamaah shalat Idul Adha yang dirahmati Allah Ta’ala…
Ibadah haji, shaum Arafah, shalat Idul Adha, dan udhiyah yaitu menyembelih hewan ternak tertentu untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala pada tanggal 10, 11 12, dan 13 Dzulhijjah, kembali menyapa kaum muslimin pada tahun ini. Setiap tahun, keempat ibadah yang istimewa ini hadir di hadapan kaum muslimin. Setiap tahun keempatnya berulang datang.
Pengulangan demi pengulangan tersebut seharusnya meninggalkan bekas yang mendalam bagi keimanan dan ketakwaan kita. Bukan sebaliknya, kehadiran demi kehadirannya menjadikannya peristiwa yang kita anggap biasa saja. Akibatnya, datang dan pergi begitu saja, tanpa ada manfaat bagi dunia dan akhirat kita, tanpa ada maslahat bagi individu kita dan umat kita.
Jamaah shalat Idul Adha yang dirahmati Allah Ta’ala…
Allah Ta’ala mensyariatkan penyembelihan hewan qurban untuk mencapai tujuan-tujuan yang agung. Minimal ada dua hikmah agung yang hendak diraih dari penyembelihan hewan qurban.
Hikmah pertama adalah meningkatkan keimanan, ketaatan, dan ketakwaan kepada Allah Ta’ala. Dengan kata lain, memperbaiki dan meningkatkan kualitas hubungan vertikal antara seorang hamba dengan Allah Sang Maha Pencipta.
Tentang hikmah ini, Allah Ta’ala berfirman, al-Quran Surat al-Hajj ayat 37,
لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ
“Daging (hewan qurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu.”
Hikmah kedua adalah menunjukkan simpati, kepedulian, solidaritas, dan persaudaraan dengan sesama muslim yang mengalami kesulitan dalam hidupnya.
Memberi daging kepada orang-orang fakir dan miskin, yang mengalami kesulitan ekonomi. Menggembirakan hati mereka yang berasal dari golongan ekonomi lemah ke bawah. Dengan kata lain, memperbaiki hubungan horizontal dengan sesama hamba Allah.
Tentang hikmah ini, Allah Ta’ala berfirman, al-Quran Surat al-Hajj ayat 28,
لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْبَائِسَ الْفَقِيرَ
“Agar mereka menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka dan agar mereka menyebut nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan atas rezeki yang diberikan Dia kepada mereka berupa hewan ternak. Maka makanlah sebagian darinya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir.”
Khutbah Jumat Singkat: 4 Wasiat Menjelang Hari Raya Idul Adha
Dalam ayat di atas, Allah Ta’ala memperkenankan orang-orang yang menyembelih hewan qurban untuk mengambil dan memakan sebagian daging hewan sembelihannya. Namun, Allah juga memerintahkan untuk memberikan dan membagikan sebagian lainya kepada orang-orang fakir dan miskin.
Allah Ta’ala berfirman,
وَأَطْعِمُوا الْبَائِسَ الْفَقِيرَ
“… dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir.”
Imam Muhammad Thahir bin Asyur dalam tafsirnya—at-Tahrîr wa at-Tanwîr, Juz VII hlm. 387—menjelaskan bahwa, “Al-bâis adalah orang yang ditimpa oleh bu’s, yaitu kesulitan harta, kesulitan ekonomi. Maka makna al-bâis dalam ayat ini adalah orang yang miskin.
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma menjelaskan perbedaan al-bâis dan al-faqîr dalam ayat itu sebagai berikut. Al-Bâis adalah orang miskin, yang kesulitan ekonominya tampak terlihat pada raut wajah dan pakaiannya. Adapun al-faqîr adalah orang miskin, yang kesulitan ekonominya tidak tampak terlihat pada raut wajah dan pakaiannya.”
Dalam ayat yang lain, Al-Hajj ayat 36, Allah Ta’ala juga berfirman,
فَإِذَا وَجَبَتْ جُنُوبُهَا فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْقَانِعَ وَالْمُعْتَرَّ
“Kemudian apabila unta sembelihan itu telah roboh (mati), maka makanlah sebagiannya dan beri makanlah orang miskin yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang miskin yang meminta.”
Bagi jamaah haji, menyembelih hewan qurban (hadyu) adalah bagian dari kewajiban haji. Apa hukum jamaah haji memakan sebagian daging hadyu yang disembelihnya? Imam Malik dan Ahmad bin Hambal menyatakan hukumnya boleh.
Imam Abu Hanifah menyatakan boleh memakan sebagian dagingnya apabila ia menunaikan haji dengan cara tamattu’ atau qiran. Namun, ia tidak boleh memakannya apabila ia melakukan haji ifrad. Adapun imam Asy-Syafi’i berpendapat ia haram memakan sebagian dagingnya.
Dari keempat pendapat ulama mazhab tersebut dapat disimpulkan bahwa memakan sebagian daging hewan qurban sembelihannya sendiri, bagi seorang jamaah haji, beredar hukumnya antara sekedar boleh atau mubah dan haram.
Adapun bagi orang biasa, yang bukan jamaah haji, ayat al-Quran tersebut dan hadits-hadits shahih menunjukkan kebolehan mengambil dan memakan sebagian daging hewan qurban yang disembelihnya. Namun, jangan sampai ia melupakan perintah Allah Ta’ala,
وَأَطْعِمُوا الْقَانِعَ وَالْمُعْتَرَّ
“Dan berikanlah sebagian dagingnya sebagai makanan bagi al-qani’ dan al-mu’tar.”
Dalam ayat ini, Allah memerintahkan orang yang menyembelih hewan qurban untuk membagi-bagikan dagingnya kepada al-qani’ dan al-mu’tar. Al-qani’ adalah orang miskin yang memiliki sifat qana’ah, merasa cukup dengan rezeki pemberian Allah walaupun sedikit. Ia adalah orang miskin yang tidak pernah meminta-minta belas kasihan orang lain.
Adapun al-mu’tar adalah orang miskin yang menghadiri tempat pembagian sedekah dan semisalnya, tanpa mengucapkan ucapan meminta-minta. Ia hadir di tempat itu, sebagai tanda ia butuh bantuan ekonomi dan belas kasihan orang lain. Namun, ia menjaga harga dirinya dengan tidak mengucapkan ucapan permintaan bantuan.
Mewaspadai Jebakan Setan dalam Ibadah qurban
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, laa ilaaha illallahu, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil hamd….
Jamaah shalat Idul Adha rahimakumullah
Dalam setiap waktu, setiap tempat, dan setiap keadaan, setan tidak akan pernah tinggal diam. Setan akan senantiasa menggoda dan menjerumuskan kita ke jalan kesesatan. Tidak terkecuali saat kita sedang melaksanakan ibadah penyembelihan hewan qurban.
Di antara jebakan-jebakan setan dalam hal ini adalah menjadikan penyembelihan hewan qurban sebagai semata-mata ajeng pamer dan berbangga diri. Setan berusaha keras menjerumuskan kita, agar hewan qurban yang kita sembelih tidak mengantarkan kita kepada ketakwaan dan sarana mempererat ukhuwah dengan sesama umat Islam.
Setan menjadikan ibadah penyembelihan hewan sebagai ajang pamer dan riya’ serta berbangga diri. “Ini lho, dusun kami, masjid kami, hanya terdiri dari 50 KK, atau 100 KK, tapi kami mampu menyembelih 25 ekor sapi, 50 ekor sapi, 75 ekor sapi. Ini lho, di dusun kami, masjid kami, semua hewan yang disembelih adalah sapi. Di sini, dusun kami, masjid kami, kambing itu tidak laku.”
Baca juga: Tipu Daya Iblis Paling Licik
Tidak berhenti sampai di situ, setan menjadikan penyembelihan hewan qurban sebagai sarana untuk menonjolkan penyakit kekikiran dan ketidakpedulian terhadap nasib sesama umat Islam yang mengalami kesusahan ekonomi.
Di satu dusun, atau satu masjid, menyembelih 20 ekor sapi, 50 ekor sapi, 75 ekor sapi, tetapi penduduk muslim dusun tersebut atau masjid tersebut tidak terbetik sedikit pun di dalam hatinya untuk mengirimkan sekedar 5 ekor sapi, 10 ekor sapi, 20 ekor sapi untuk disembelih oleh saudara-saudaranya di daerah-daerah lain yang miskin, seperti daerah-daerah rawan kristenisasi, atau daerah-daerah minoritas muslim.
Lebih parah lagi, hampir 2 juta umat Islam di Jalur Gaza meregang nyawa. Tanpa makanan, minuman, dan obat-obatan yang memadai karena mengalami blokade total dan bombardir masif oleh penjajah zionis-Israel sejak lebih dari 600 hari yang lalu. Namun, hati mereka tidak tersentuh untuk mengirim setidaknya 5 ekor sapi, 10 ekor sapi, 20 ekor sapi, kepada umat Islam di Gaza. Atau setidaknya kepada pengungsi muslim Gaza di Gurun Sinai, Mesir dan perbatasan Yordania.
“Lho, ini hewan qurban dari harta kami, untuk dusun kami, masjid kami, tentu saja hanya boleh dinikmati oleh kami. Kami tidak rela hewan qurban kami dibawa ke daerah lain.” Begitu kata sebagian umat Islam, yang telah terperangkap dalam jaring-jaring bisikan setan. Na’ûdzu billâhi min dzâlika.
Jamaah shalat Idul Adha yang dirahmati Allah Ta’ala…
Jika kita masih menjadikan penyembelihan hewan qurban sebagai ajang riya’ dan berbangga diri, bukan sebagai sarana meningkatkan ketakwaan dan kepedulian kepada nasib sesama umat Islam yang kesusahan, niscaya selamanya ukhuwah Islamiyah tidak akan pernah terealisasikan dalam alam nyata.
Padahal Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhu telah meriwayatkan bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, hadits riwayat al-Bukhari no. 6011 dan Muslim no. 2586,
تَرَى الْمُؤْمِنِينَ فِي تَرَاحُمِهِمْ وَتَوَادِّهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ، كَمَثَلِ الْجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى عُضْوًا تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ جَسَدِهِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
“Engkau akan melihat orang-orang beriman dalam sikap saling menyayangi di antara mereka, saling mencintai di antara mereka, dan saling menyantuni di antara mereka, adalah laksana sebuah tubuh. Jika ada satu anggota tubuh yang sakit, seluruh anggota tubuh lainnya ikut merasakan sakit dengan mengalami sulit tidur dan demam panas.”
Sesungguhnya menginfakkan harta di jalan Allah, untuk membantu kaum muslimin yang mendapat kesusahan, adalah salah satu ciri utama kaum yang bertakwa. Tiada balasan yang lebih indah atas hal itu selain ridha Allah dan ampunan-Nya.
Sesungguhnya Allah Ta’ala telah mengampuni dosa seorang pelacur perempuan di zaman Bani Israil, karena jasanya memberi minum seekor anjing yang hampir mati kehausan. Renungkanlah, seorang wanita pelacur yang banyak dosa, dan seekor anjing, hewan yang dalam ilmu fikih termasuk najis mughalazhah alias najis berat.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, dalam hadits riwayat al-Bukhari no. 3467 dan Muslim no. 2245,
بَيْنَمَا كَلْبٌ يُطِيفُ بِرَكِيَّةٍ قَدْ كَادَ يَقْتُلُهُ الْعَطَشُ إِذْ رَأَتْهُ بَغِيٌّ مِنْ بَغَايَا بَنِي إِسْرَائِيلَ فَنَزَعَتْ مُوقَهَا فَاسْتَقَتْ لَهُ بِهِ فَسَقَتْهُ إِيَّاهُ فَغُفِرَ لَهَا بِهِ.
“Suatu ketika seekor anjing berjalan mengelilingi sebuah sumur dan ia hampir mati karena kehausan. Tiba-tiba ada seorang pelacur wanita dari kalangan Bani Israil melihat anjing tersebut. Pelacur wanita itu melepaskan sepatunya dan mengambil air sumur dengannya, lalu memberi minum kepada anjing tersebut. Atas perbuatannya itu pelacur wanita itu diampuni oleh Allah Ta’ala.”
Jamaah shalat Idul Adha yang dirahmati Allah Ta’ala…
Demikian materi khutbah Iduladha terbaru dengan tema Jebakan Setan dalam Ibadah qurban. Semoga kita yang berkurban pada kesempatan ini mampu meraih hikmah dari syariat qurban. Yaitu meningkatkan keimanan, ketaatan, dan ketakwaan kepada Allah Ta’ala, juga menunjukkan simpati, kepedulian, solidaritas, dan persaudaraan dengan sesama muslim yang mengalami kesulitan dalam hidupnya.
Jika ada kebenaran dan kebaikan dalam uraian ini, maka hal itu dari Allah semata. Jika ada kekurangan dan kesalahan dalam uraian ini, maka hal itu dari setan dan dari diri pribadi kami, semoga Allah memaafkannya.
بَارَكَ اللَّهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ وَ نَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنَ اْلآيَاتِ و الذِّكْرِ اْلحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمِ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ.
KHUTBAH KEDUA
اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ،
اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ،
لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ.
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. أَمَّا بَعْدُ.
فَيَا عِبَادَ اللَّهِ، أُوصِيكُمْ وَإِيَّايَ َنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ. فَقَدْ فَازَ الْمُؤْمِنُونَ الْمُتَّقُونَ. قَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، فِي العَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.
وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِينَ، وَعَنْ أَزْوَاجِهِ أُمَّهَاتِ المُؤْمِنِينَ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِينَ، وَعَنِ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ، وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا و لِلمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدَّعَوَاتِ. يَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ.
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ.
رَبَّنَا إِنَّنَا آمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ.
اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعًا مَرْحُومًا، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَعْصُومًا، وَلَا تَدَعْ فِينَا وَلَا مَعَنَا شَقِيًّا وَلَا مَحْرُومًا.
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِينَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوفَهُمْ، وَأَجْمِعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الحَقِّ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظَّالِمِينَ، وَاكْتُبِ السَّلَامَ وَالْأَمْنَ لِعِبَادِكَ أَجْمَعِينَ.
اللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِينَ الْمُسْتَضْعَفِينَ وَالْمُجَاهِدِينَ وَالْمَأْسُورِينَ فِي سَبِيلِكَ فِي غَزَّةَ وَالضَّفَّةِ الْغَرْبِيَّةِ وَلُبْنَانَ وَسُورِيَّةَ وَالْيَمَنِ وَفِي كُلِّ مَكَانٍ وزَمَانٍ. اللَّهُمَّ وَحِّدْ صُفُوفَهُمْ وَثَبِّتْ أَقْدَامَهُمْ وَسَدِّدْ رَمْيَهُمْ وَانْصُرْهُمْ عَلَى الْيَهُودِ الْغَاصِبِينَ وَالنَّصَارَى الْحَاقِدِينَ وَمَنْ عَاوَنَهُمْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ وَ الْمُنَافِقِينَ وَالْمُجْرِمِينَ وَاْلخَائِنِينَ.
اللَّهُمَّ يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ بِكَ نَستَجِيرُ، وَبِرَحْمَتِكَ نَسْتَغِيثُ وَلَا تَكِلْنَا إِلَى أَنْفُسِنَا طَرْفَةَ عَيْنٍ، ، وَأَصْلِحْ لَنَا شَأْنَنَا كُلَّهُ يَا مُصْلِحَ شَأْنِ الصَّالِحِينَ.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Download PDF Materi Khutbah Idul Adha
Jebakan Setan dalam Ibadah Qurban
di sini
Semoga bermanfaat!
Anda ingin mendapat kiriman update materi khutbah
& artikel dakwah.id melalui WhatsApp?