materi kultum ramadhan manajemen waktu muslim sejati dakwah.id

Materi Kultum 26: Manajemen Waktu Muslim Sejati

Terakhir diperbarui pada · 5,633 views

Tulisan yang berjudul Manajemen Waktu Muslim Sejati adalah seri ke-26 dari serial Materi Kultum Ramadhan yang ditulis oleh ustadz Muhammad Faishal Fadhli.

Manajemen waktu adalah metode dalam mengelola dan mengatur waktu. Dengan manajemen waktu, seorang muslim akan dapat memaksimalkan efektivitas waktu yang dimiliki untuk hal-hal yang bermanfaat dunia akhirat. Oleh karena itu, manajemen waktu adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan seorang muslim.

Dalam kitab Shaidul Khatir yang sangat terkenal sepanjang masa, Imam Ibnul Jauzi mengkritisi orang-orang yang memiliki sifat lalai, malas, dan kecenderungan menyia-nyiakan waktu,

Saya melihat banyak sekali manusia yang menggunakan waktu untuk hal-hal yang sangat tidak berguna. Malam yang begitu panjang, digunakan untuk membicarakan hal-hal yang sia-sia atau membaca tulisan yang tidak ada nilainya. Siang justru digunakan untuk tidur.”

Lanjut beliau, “Kalaupun beraktivitas, hanya berjalan-jalan atau berkeliling tempat perbelanjaan. Orang-orang ini seperti sedang berbincang-bincang di atas perahu, namun tidak menyadari perahu itu menyeret mereka entah ke mana.”

Demikianlah curahan hati seorang ulama yang merasa risih dengan fenomena mubazir waktu untuk sesuatu yang kurang bermanfaat. Padahal, Ibnul Jauzi hidup di abad keenam.

Tidak bisa dibayangkan betapa herannya beliau jika melihat kondisi kita hari ini. Ketika mayoritas anak muda tenggelam dalam kesenangan semu dengan menghabiskan waktu untuk begadang, nongkrong, main game terlalu larut, bahkan bermaksiat seperti berjudi dan meramaikan klub-klub malam.

Di sisi lain, kebanyakan pemudinya, kalaupun diam di rumah, menghabiskan serial drama receh yang tidak mendidik, bahkan mengemas percintaan terlarang dalam bungkus yang menarik supaya bisa dimaklumi.

Wal ‘iyādzu billāh.

Ibnul Jauzi mungkin akan geleng-geleng kepala melihat kebanyakan muslimah begitu gandrung dengan tontonan-tontonan yang tidak bermutu di zaman ini.

Kelanjutan dari curhatan Ibnul Jauzi di atas, beliau mengingatkan bahwa,

Orang yang memiliki kesadaran akan makna hidup, selalu mencari tahu dan memperbanyak bekal untuk perjalanan abadi, hingga mereka memperoleh keuntungan yang berlipat ganda.”

Adapun yang lalai, mereka membawa bekal ala kadarnya, bahkan tidak membawa sama sekali. Oleh sebab itu, gunakanlah detik umur Anda. Bersegeralah sebelum kesempatan itu lenyap.”

Carilah ilmu dan hikmah. Berlombalah dengan waktu. Enyahkanlah hawa nafsu. Persiapakan bekal sebanyak mungkin. Saat semunya telah terlambat, tak kan berguna lagi penyeselan di hari kemudian.”

Refleksi ini patut untuk dijadikan pelajaran bagi setiap kita semua. Karena sejatinya ia disarikan dari ayat-ayat dan hadits-hadits yang secara terusrat maupun tersirat menunjukkan betapa mahalnya harga sebuah waktu dalam Islam.

Sampai-sampai Allah bersumpah dengan nama-nama waktu dalam Al-Quran, seperti Al-Fajr (waktu fajar), Al-Lail (waktu malam), An-Nahar (waktu siang), Adh-Dhuha (waktu dhuhha), Al-‘Ashr (masa).

Ini menunjukkan betapa agungnya waktu-waktu tersebut.

Dalam hadits nabi juga disebutkan bahwa umur manusia harus digunakan dengan baik, memanfaatkan waktu muda sebelum tua, sehat sebelum sakit, kaya sebelum miskin, lapang sebelum sempit, hidup sebelum mati. Karena yang akan pertama kali dihisab adalah jatah usia hidup di dunia; digunakan untuk apa saja?

Perhatian ulama tentang urgensi manajemen waktu tertuang dalam banyak karya. Seperti mislanya, Qimatuz Zaman Indal Ulama buah pena Syaikh Abdul Fattah Abu Ghuddah yang menyadur dari berbagai karya sebelumnya, seperti: Al-Waqtu Huwa Al-Hayah, karya Syaikh Abdus Satar Nuwair. Ta’aamulaat wa Sawanih fii Qimatiz Zaman, karya Syaikh Khaldun Al-Ahdab. Al-Waqtu; ‘Amar aw Damar, karya Jasim bin Muhammad Badr.

Pondasi Penting dalam Manajemen Waktu

Secara sederhana, manajemen waktu bisa dimulai dengan membangun pondasi-pondasi penting supaya hidup terasa lebih hidup. Di antaranya adalah:

Pertama: Muhasabah diri

Muhasabah dalam artian jujur terhadap diri sendiri; me-rontgen waktu selam 24 jam. Mencari di waktu kapan biasanya diri ini lalai untuk kemudian diperbaiki.

Kedua: Memiliki cita-cita tinggi

Cita-cita yang tinggi akan memacu seseorang bersemangat dalam berbuat baik.

Ketiga: Bergaul dengan orang-orang disiplin

Karena akhlak baik atau buruk itu bersifat menular. Maka carilah kawan yang rajin supaya ikut terbawa sifat baiknya itu.

Keempat: Menyusuri teladan ulama salaf

Mengulang kisah-kisah inspiratif seperti:

Ibnul Jauzi, telah menelaah sebanyak 20.000 jilid buku. Setiap hari menulis sebanyak empat buku, beliau hidup selama 89 tahun dan melahirkan karya ilmiah yang mencapai 500 judul buku.

Ibnu Aqil, mendedikasikan hidupnya untuk ilmu. Karyanya yang monumental adalah kitab Al-Funun. Konon, maha karyanya itu berjumlah 800 jilid.

Marja.id website pencarian ayat dan terjemah

Ibnu Jarir Ath-Thabari, hidup selama 72 tahun. Ulama ahli tafsir dan ahli tarikh. Karyanya dalam bidang tarikh mencapai 11 jilid. Sedangkan dalam bidang tafsir sebanyak 30 jilid besar.

Awalnya, kitab tafsir yang ditulisnya sebanyak 30.000 lembar. Tapi karena dikomentari bahwa jumlah itu terlalu banyak, maka diringkas menjadi 3.000 lembar saja.

Kelima: Inovasi dalam berkegiatan

Ketika bosan datang, cari kegiatan positif lainnya. Ganti membaca dengan berkebun, olah raga, tadabur alam, dan sebagainya.

Keenam: Dzikrul maut

Mengingat mati adalah cari paling ampuh untuk membangkitkan semangat beramal.

Demikianlah urgensi dalam manajemen waktu secara global. Jika kita kaitkan dengan aktivitas di bulan Ramadhan, tentu sangat relevan. Apalagi sekarang kita sudah memasuki sepuluh terakhir bulan Ramadhan. Tentunya, harus lebih giat dan semangat, bukan malah bermalas-malasan.

Seperti nasihat Ibnul Jauzi yang sangat terkenal, “Seekor kuda pacu jika sudah berada mendekati garis finish, ia akan mengerahkan seluruh tenaganya agar meraih kemenangan. Maka jangan sampai kuda itu lebih cerdas darimu… karena sesungguhnya amalan itu ditentukan oleh penutupnya. Untuk itu, jika kamu termasuk yang tidak baik dalam penyambutan, maka semoga kamu bisa melakukan yang terbaik saat perpisahan.”

Dalam karyanya yang lain, Ibnul Jauzi berwasiat,

تَاللَّهِ لَوْ قِيْلَ لِأَهْلِ الْقُبُوْرِ تَمَنَّوا، لَتَمَنَّوا يَوْمًا مِنْ رَمَضَانَ

Demi Allah, sekiranya dikatakan kepada penghuni kubur, ‘Berangan-anganlah kalian!’ Niscaya mereka berangan-angan mendapati satu hari saja dari bulan Ramadhan.” (At-Tabshirah: 2/78)

Demikian sekilas insight tentang pentingnya memanfaatkan waktu dengan baik. Semoga bermanfaat. Dan semoga detik-detik terakhir Ramadhan kita jauh lebih bermakna. Āmmīn yā rabbal ‘ālamīn. Wallāhul muwaffiq ilā aqwamith tharīq. (Muhammad Faishal Fadhli/dakwah.id)

Baca juga artikel Materi Kultum Ramadhan atau artikel menarik lainnya karya Muhammad Faishal Fadhli.

Penulis: Muhammad Faishal Fadhli
Editor: Sodiq Fajar

Artikel Materi Kultum Ramadhan sebelumnya dapat diakses di sini:

Topik Terkait

Muhammad Faishal Fadhli

Pengkaji Literatur Islami. Almnus Program Kaderisasi Ulama (PKU) Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor angkatan 14.

3 Tanggapan

Masyaa Allaah mencerahkan

Alhamdulillah

MasyaAllah..
InsyaAllah ilmu yg bermanfaat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *