Khutbah Jumat Amalan Pemberat Timbangan Pahala dan Dosa dakwah.id

Materi Khutbah Jumat: Amalan Pemberat Timbangan Pahala dan Dosa

Terakhir diperbarui pada · 3,980 views

Materi Khutbah Jumat:
Amalan Pemberat Timbangan Pahala dan Dosa

oleh: Abdul Halim Tri Hantoro, S.Pd.I

 

 

*) Link download PDF Materi Khutbah Jumat ada di akhir tulisan

إِنَّ الْحَمْدَ لِلهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ

عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ،وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ. أَمَّا بَعْد

Mari memuji Allah subhanahu wata’ala dengan sebaik-baik dan seagung pujian. Dia lah yang pantas mendapatkan segala bentuk pujian dari makhluk-Nya, karena memiliki nikmat yang tak terkira dan karunia tak terbatas. Jadikan kami, ya Allah, hamba-hamba yang taat agar mendapatkan rahmat-Mu.

Allah subhanahu wata’ala berfirman:

وَاَطِيْعُوا اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَۚ

Dan taatlah kepada Allah dan Rasul (Muhammad), agar kamu diberi rahmat.” (QS. Ali ’Imran: 132)

Shalawat dan salam semoga tercurah untuk baginda Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. kepada para istri beliau, para sahabat dan segenap umatnya yang berpegang teguh kepada Islam sampai akhir zaman.

Mari kita berikan perhatian terhadap diri untuk selalu meningkatkan ketaqwaan kepada Allah ‘azza wajalla di mana saja berada, karena ia adalah bekal terbaik menghadap Sang Khaliq di akhirat kelak.

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Tahukah kita apa yang menyelamatkan dari kecelakaan akhirat?

Ia adalah timbangan pahala yang lebih berat daripada dosa. Dan tahukah kita apa yang mencelakakan di akhirat kelak?

Ia adalah timbangan dosa yang lebih berat daripada pahala. Orang beriman adalah yang selalu memberikan porsi lebih banyak akan amal yang dapat memberatkan timbangan pahala di akhirat. Serta berusaha menekan peluang amal yang dapat memberatkan timbangan dosanya.

Allah subhanahu wata’ala berfirman:

فَأَمَّا مَن ثَقُلَتۡ مَوَٰزِينُهُ. فَهُوَ فِي عِيشَةٖ رَّاضِيَةٖ. وَأَمَّا مَنۡ خَفَّتۡ مَوَٰزِينُهُ. فَأُمُّهُۥهَاوِيَةٞ. وَمَآ أَدۡرَىٰكَ مَا هِيَهۡ. نَارٌ حَامِيَةُۢ.

Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. Tahukah kamu apa itu neraka Hawiyah? (yaitu) api yang sangat panas.(QS. Al-Qori’ah: 6-11)

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin di dalam Tafsir Juz ‘Amma menjelaskan, surat Al-Qari’ah di atas menjelaskan bahwa manusia di akhirat kelak akan terbagi menjadi dua golongan.

Pertama adalah golongan yang mana amal baiknya lebih banyak ketimbang amal buruknya.

Kedua adalah golongan yang mana amal buruknya lebih banyak ketimbang amal baiknya. Atau orang yang tidak punya timbangan amal baik sama sekali seperti orang kafir.

Orang yang menjadi golongan pertama, Allah akan memasukkannya ke dalam Jannah tempat yang nyaman, tiada lagi rasa takut, sedih, dan capek.

Sedangkan golongan kedua, Allah akan memasukkannya ke dalam Neraka tempat yang api di dalamnya menyala-nyala yaitu neraka Jahannam.

Semoga kita termasuk golongan yang timbangan pahalanya lebih berat ketimbang dosanya.

Dalam sebuah hadits disebutkan, pada suatu hari Ibunda Aisyah mengingat-ingat neraka lalu menangis.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lantas bertanya, “Apa yang membuatmu menangis?”

Aisyah menjawab, “Aku ingat dengan neraka, lalu aku menangis. Apakah kalian mengingat keluarga kalian pada hari kiamat?”

Beliau bersabda:

أَمَّا فِي ثَلاَثَةِ مَوَاطِنَ فَلاَ يَذْكُرُ أَحَدٌ أَحَدًا: عِنْدَ المِيزَانِ حَتَّى يَعْلَمَ أَيَخِفُّ مِيزَانُهُ أَوْ يَثْقُلُ وَعِنْدَ تَطَايُرِ الصُّحُفِ حَتَّى يَعْلَمَ أَيْنَ يَقَعُ كِتَابُهُ فِي يَمِينِهِ أَمْ فِي شِمَالِهِ مِنْ وَرَاءِ ظَهْرِهِ؟، وَعِنْدَ الصِّرَاطِ إِذَا وُضِعَ بَيْنَ ظَهْرَيْ جَهَنَّمَ

Ada tiga tempat (di mana) seseorang tidak akan lagi ingat kepada orang lain; saat peristiwa mizan (timbangan amal) hingga ia tahu apakah timbangan (pahala)nya lebih ringan atau berat? Ketika dibagikan catatan amal, hingga ia tahu dari mana bukunya akan diberikan, dari sebelah kanan atau sebelah kiri atau dari belakang punggungnya? Dan ketika di atas shirath, yaitu titian di antara dua punggung jahannam.” (HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi)

 

Amalan Pemberat Timbangan Pahala

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Apa saja amalan yang dapat memberatkan timbangan pahala di akhirat kelak? Mari simak penjelasan berikut ini:

Pertama: Tauhid

Terealisasinya tauhid dan bersemayamnya dalam hati sanubari membuahkan keikhlasan dan kecintaan terhadap amal saleh.

Orang bertauhid tidaklah menyembah kecuali Allah, tidak bersandar kecuali kepada-Nya, tidak meminta pertolongan kecuali hanya kepada-Nya dan tidak bersumpah kecuali atas nama-Nya.

Jika hati sanubari hamba telah dipenuhi tauhid maka tidaklah ia beramal kecuali hanya untuk-Nya. Dia tidak akan berlaku riya’ dan sum’ah. Dia tidak akan berlaku bid’ah dalam urusan agama. Dia tidak melakukan suatu perbuatan yang bisa mencederai dan merusak tauhid.

Perkara di atas itulah yang menjadikan kalimat tauhid laa Ilaaha Illallah memiliki timbangan yang sangat berat dan akan menjadi penyelamat baginya di akhirat kelak.

Di dalam sebuah hadits shahih riwayat at-Tirmidzi yang dikenal dengan hadits Bithaqah diterangkan, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala akan membebaskan seseorang dari umatku di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat. Lalu dibukakan kepadanya sembilan puluh sembilan catatan amal. Setiap catatan sejauh mata memandang.

Allah berfirman, ‘Apakah ada yang engkau ingkari dari semua hal ini? Apakah pencatatan-Ku (malaikat) itu telah menzalimimu?

Orang itu berkata: ‘Tidak, wahai Rabbku.’

Allah berfirman, ‘Apakah engkau mempunyai alasan atau mempunyai kebaikan?’

Orang itu berkata: ‘Tidak, wahai Rabb.’

Allah berfirman, ‘Bahkan engkau di sisi kami memiliki kebaikan. Tidak ada kezaliman terhadapmu pada hari ini.

Artikel Fikih: Istilah Fikih dalam Takaran, Timbangan, dan Jarak

Lalu dikeluarkanlah kartu (bithaqah) yang tertulis: Aku bersaksi tiada tuhan yang berhak diibadahi selain Allah, dan aku bersaksi bahwasanya Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.

Allah berfirman, ‘Perlihatkan kepadanya.’

Orang itu berkata: ‘Apalah artinya kartu ini dengan seluruh catatan amal kejelekan ini?’

Dikatakan: ‘Engkau tidak akan dizalimi.’

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

فَتُوضَعُ السِّجِلَّاتُ فِي كَفَّةٍ وَالبِطَاقَةُ فِي كَفَّةٍ، فَطَاشَتِ السِّجِلَّاتُ وَثَقُلَتِ البِطَاقَةُ، فَلَا يَثْقُلُ مَعَ اسْمِ اللَّهِ شَيْءٌ

Lalu diletakkan catatan-catatan amal kejelekan itu di satu daun timbangan. Ternyata catatan-catatan itu ringan dan kartu itulah yang jauh lebih berat. Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat daripada nama Allah.” (HR. Ahmad dan at-Tirmidzi)

Kedua: Akhlak Karimah

Akhlak merupakan tolak ukur kadar keimanan seseorang. Apabila seseorang terbiasa berhias dengan akhlak yang terpuji, maka ini merupakan tanda yang lahir atas kuatnya kadar keimanan seseorang.

Dan ternyata memiliki akhlak karimah dapat memperberat timbangan pahala di akhirat sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat dari Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَا مِنْ شَيْءٍ يُوضَعُ فِي المِيزَانِ أَثْقَلُ مِنْ حُسْنِ الخُلُقِ، وَإِنَّ صَاحِبَ حُسْنِ الخُلُقِ لَيَبْلُغُ بِهِ دَرَجَةَ صَاحِبِ الصَّوْمِ وَالصَّلَاةِ

Tidak ada sesuatu amalan yang jika diletakkan dalam timbangan lebih berat dari akhlak yang mulia. Sesungguhnya orang yang berakhlak mulia bisa menggapai derajat orang yang rajin puasa dan rajin shalat.” (HR. At-Tirmidzi)

Dalam redaksi yang lain disebutkan:

مَا شَيْءٌ أَثْقَلُ فِي مِيزَانِ المُؤْمِنِ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ وَإِنَّ اللَّهَ لَيُبْغِضُ الفَاحِشَ البَذِيءَ

Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin pada hari kiamat selain akhlaknya yang baik. Allah sangat membenci orang yang kata-katanya kasar dan kotor.” (HR. At-Tirmidzi)

Ketiga: Dzikrullah

Meraih keutamaan suatu amalan terkadang tidak mesti harus dengan susah payah. Ada amalan yang tidak ada kesulitan untuk melakukannya, dan itu lebih utama daripada amalan yang membutuhkan usaha keras untuk melaksanakannya.

Amalan itu adalah dzikrullah (mengingat Allah) dengan banyak berucap Subhanallah (Maha suci Allah), Al-Hamdulillah (segala puji bagi Allah), Allahu Akbar (Allah maha besar).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ثَقِيلَتَانِ فِي المِيزَانِ حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ: سُبْحَانَ اللَّهِ العَظِيمِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ

Dua kalimat yang ringan diucapkan oleh lisan, namun berat dalam timbangan (amalan) dan yang dicintai oleh Ar-Rahman; Maha Suci Allah segala pujian untuk-Nya, dan Maha suci Allah yang Maha Agung.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Dalam sabdanya yang lain:

الطُّهُورُ شَطْرُ الْإِيمَانِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ تَمْلَأُ الْمِيزَانَ وَسُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ تَمْلَآَنِ – أَوْ تَمْلَأُ – مَا بَيْنَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالصَّلَاةُ نُورٌ وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ كُلُّ النَّاسِ يَغْدُو فَبَايِعٌ نَفْسَهُ فَمُعْتِقُهَا أَوْ مُوبِقُهَا

Kesucian itu separuh dari iman, (ucapan) alhamdulillah memenuhi timbangan, (ucapannya) subahanallah dan alhamdulillah keduanya memenuhi apa yang ada di antara langit dan bumi, shalat adalah cahaya, sedekah adalah bukti, sabar adalah cahaya. Al-Quran bisa menjadi hujjah bagimu (penolong) atau hujjah atasmu (pendebat). Setiap orang berangkat di pagi hari sampai menjual dirinya sehingga dia membebaskannya atau membinasakannya.” (HR. Muslim)

Keempat: Wafatnya anak yang saleh

Tidak hanya ketaatan yang dapat menjadi amalan pemberat timbangan pahala di akhirat, musibah yang menimpa seorang mukmin pun dapat menambah berat timbangan pahala di akhirat jika ia bersabar menghadapinya. Di antara bentuk musibah itu adalah orang tua yang ditinggal wafat anaknya yang saleh.

Dalam hadits disebutkan:

بَخٍ بَخٍ لَخَمْسٌ مَا أَثْقَلَهُنَّ فِي الْمِيزَانِ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ وَسُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، وَالْوَلَدُ الصَّالِحُ يُتَوَفَّى فَيَحْتَسِبُهُ وَالِدَاهُ

Bakh bakh (kalimat kekaguman), lima perkara yang alangkah beratnya timbangan di akhirat: Laa Ilaaha Illallah, Allahu Akbar, Subhanallah, Alhamdulillah dan anak shalih yang wafat sedangkan orang tuanya bersabar dan berharap pahala Allah.” (HR. Ahmad)

Kehilangan anak saleh termasuk ujian berat bagi orang tua dikarenakan keberadaannya dapat membuat orang tua bangga, senang, tenteram dan tenang. Maka mendapat ujian itu menjadikan pahalanya besar disisi Allah manakala ia mau bersabar.

 

Amalan Pemberat Timbangan Dosa

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Sebagaimana amal saleh dapat memperberat timbangan pahala di akhirat, demikian halnya maksiat, juga dapat menjadi amalan pemberat timbangan dosa di akhirat kelak. Dengan mengetahuinya, kita berharap dapat menjauhinya.

Apa saja amalan pemberat timbangan dosa di akhirat kelak?

Pertama: Maksiat yang dikerjakan di waktu yang utama, seperti Asyhurul Hurum (bulan haram)

Allah berfirman:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنا عَشَرَ شَهْراً فِي كِتابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّماواتِ وَالْأَرْضَ مِنْها أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ

Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu, dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang takwa. (QS. At-Tawbah: 36)

Dalam ayat yang mulia ini, Allah subhanahu wata’ala melarang untuk berbuat zalim pada diri kita dengan segala bentuknya, terutama di bulan-bulan haram (Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, Rajab) yang larangannya lebih keras dibanding pada bulan-bulan yang lain.

Oleh karena itu, kita wajib menghormati dan mengagungkan bulan-bulan ini. Kita harus menjauhi perbuatan zalim dengan segala ragamnya, baik zalim terhadap diri sendiri apalagi zalim terhadap orang lain.

Materi Khutbah Jumat: Dunia Ibarat Setetes Air dan Akhirat Adalah Lautannya, Pilih Mana?

Dengan demikian kita akan menjadi orang yang bahagia dan terhindar dari kecelakaan.

Dalam firman-Nya:

قَدۡ أَفۡلَحَ مَن زَكَّىٰهَا. وَقَدۡ خَابَ مَن دَسَّىٰهَا

Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu), dan sungguh rugi orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams: 9)

Kedua: Jika dilakukan oleh orang yang menjadi panutan bagi orang lain

Allah berfirman,

يَٰنِسَآءَ ٱلنَّبِيِّ مَن يَأۡتِ مِنكُنَّ بِفَٰحِشَةٖ مُّبَيِّنَةٖ يُضَٰعَفۡ لَهَا ٱلۡعَذَابُ ضِعۡفَيۡنِۚ وَكَانَ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٗا

Wahai istri-istri Nabi! Barang siapa di antara kamu yang mengerjakan perbuatan keji yang nyata, niscaya azabnya akan dilipatgandakan dua kali lipat kepadanya. Dan yang demikian itu, mudah bagi Allah.” (QS. Al-Ahzab: 30)

Orang yang memiliki posisi sebagai panutan bagi orang lain, ketika ia melakukan perbuatan maksiat, maka dosanya lebih besar daripada orang biasa.

Hal itu dikarenakan segala yang dilakukan orang sebagai panutan tersebut akan senantiasa dilihat dan dicontoh orang lain. Ia akan mendapat jatah dosa dari orang yang mengikuti atau menyebarkan apa yang dia ajarkan.

Maka dalam hal ini Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga menasehatkan:

مَنْ سَنَّ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعُمِلَ بِهَا كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْئًا

“Barang siapa yang mensunnahkan (mencontohkan) kebiasaan yang buruk, lalu diamalkan, maka dia akan menanggung dosanya dan dosa yang mengerjakannya setelahnya, tanpa mengurangi dari dosa mereka sedikitpun”. (HR. Muslim dan Ibnu Majah)

Ketiga:  Dosa yang Allah tidak memberikan pengakuan di akhirat kepada pelakunya

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

ثَلاَثَةٌ لاَ يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلاَ يُزَكِّيهِمْ – قَالَ أَبُو مُعَاوِيَةَ وَلاَ يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ – وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ شَيْخٌ زَانٍ وَمَلِكٌ كَذَّابٌ وَعَائِلٌ مُسْتَكْبِر

“Tiga orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat dan tidak akan mensucikannya. Abu Mu’awiyah berkata, “Dan Tidak akan dilihat oleh allah.” Dan bagi mereka adzab yang pedih, yaitu orang tua yang berzina, raja yang suka berdusta, dan orang miskin yang sombong.” (HR Muslim).

Syaikh Utsaimin menjelaskan bahwa makna sabda beliau di atas adalah bahwa Allah tidak memberikan rekomendasi dan pengakuan terhadap mereka. Sebab tidak ada juga yang bersaksi atas keimanan mereka disebabkan apa yang mereka kerjakan berupa perbuatan yang keji sebagaimana yang disebutkan dalam hadits.

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Demikian materi khutbah Jumat tentang amalan pemberat timbangan pahala dan dosa yang dapat sampaikan pada kesempatan yang mulia ini, semoga Allah Ta’ala membimbing kita untuk senantiasa memperbanyak amal saleh agar memperberat timbangan pahala di akhirat. Aamiin

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

 

KHUTBAH KEDUA

أَحْمَدُ رَبِّي وَأَشْكُرُهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

اللَّهم صَلِّ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

عِبَادَ اللهِ،أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ:

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ

اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعَمِكَ مُثْنِيْنَ بِهَا عَلَيْكَ، قَابِلِينَ لَهَا، وَأَتِمِمْهَا عَلَيْنَا

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى، والتُّقَى، والعَفَافَ، والغِنَى

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

 

 

 

 

Download PDF Materi Khutbah Jumat dakwah.id Amalan Pemberat Timbangan Pahala dan Dosa
di sini:

DOWNLOAD PDF

Semoga bermanfaat!

 

Topik Terkait

Abdul Halim Tri Hantoro, S.Pd.I

Mahasiswa pascasarjana Manajemen Pendidikan Islam di IAIN Surakarta. Konsentrasi di bidang Tafsir, Hadits dan Tazkiyah. Penikmat kitab Taisirul Karimirrahman fi Tafsiri Kalamil Mannan karya Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, Kitab hadits Shahih Fadhailul A'mal karya Syaikh Ali Bin Nayif Asy-Syahud, kitab Madarijus Salikin Manazil Iyyaka Na'budu wa Iyyaka Nasta'in karya Ibnu Qayyim al-Jauziyah. Aktif mengajar di beberapa kajian tafsir, hadits, dan kajian umum.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *