materi khutbah jumat singkat memburu kebahagiaan yang hakiki dakwah.id

Khutbah Jumat Singkat: Memburu Kebahagiaan yang Hakiki

Terakhir diperbarui pada · 4,289 views

Khutbah Jumat Singkat
Memburu Kebahagiaan yang Hakiki

Pemateri: Mubin Amrulloh, Lc., M.S.I

*) Link download PDF materi khutbah Jumat ada di akhir tulisan

الْحَمْدُ لِلّٰهِ الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ هَدَانَا سُبُلَ السّلَامِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الْكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، ذُو الْجَلَالِ وَالْإكْرَامِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمّدٍ وَعَلَى اٰلِه وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسَانٍ إلَى يَوْمِ الدِّيْنِ أَمَّا بَعْدُ:

فَيَا أيُّهَا الْإِخْوَانِ، أَوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي اْلقُرْاٰنِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًاۙ، يُّصْلِحْ لَكُمْ اَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْۗ وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا

وَقَالَ تَعَالَى: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللهُ العَظِيمُ

Ma’asyiral muslimin jamaah sidang shalat Jumat yang berbahagia,

Menjadi fitrah manusia untuk selalu mencari dan mengupayakan kebahagiaan dalam hidupnya. Bahagia dengan harta yang banyak, dengan kedudukan dan posisi yang tinggi, dan ragam bentuk kebahagiaan lainnya baik yang bersifat mubah maupun yang diharamkan.

Semua hal di atas mereka upayakan dalam rangka memperoleh kebahagiaan dan kenikmatan hidup.

Akan tetapi, apakah memang demikian arti kebahagiaan bagi seorang muslim? Bagi seorang muslim, tidak ada kebahagiaan bagi hatinya, kecuali dalam ketaatan kepada Allah subhanahu wata’ala.

Bagi seorang muslim, setiap kebahagiaan hati tanpa menyertakan Allah dalam bentuk ketaatan, maka ia akan sirna dalam waktu sekejap, dan tidak ada kekekalan darinya. Itu bukan kebahagiaan sejati.

Ibadallah, sungguh telah dijadikan terasa indah dan bahagia dalam pandangan kita terhadap apa yang disukai dari wanita-wanita, anak keturunan, dan mengumpulkan harta. Sebagaimana firman Allah subhanahu wataala dalam al-Quran,

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَٰتِ مِنَ ٱلنِّسَآءِ وَٱلْبَنِينَ وَٱلْقَنَٰطِيرِ ٱلْمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلْفِضَّةِ وَٱلْخَيْلِ ٱلْمُسَوَّمَةِ وَٱلْأَنْعَٰمِ وَٱلْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَٰعُ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَٱللَّهُ عِندَهُۥ حُسْنُ ٱلْمَـَٔابِ

Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.” (QS. Āli ’Imrān: 14)

Padahal Maasyiral muslimin, apa yang disebutkan dari itu semua tidaklah menjadi sesuatu yang terpuji, kecuali jika dibarengi dengan nilai-nilai ketakwaan dan penegakkan syariat Islam.

Tujuan dari semua itu adalah agar kita mengetahui bahwa hal itu merupakan bagian dari kesenangan yang sifatnya sementara, suatu kesenangan yang menjadi sebab munculnya sifat melampaui batas, sombong, dan ingkar terhadap ketetapan-Nya, dan tidak juga ia menjadi pusat konsentrasi dan tujuan akhir kita dalam hidup ini.

Maka, Ma’asyiral muslimin, menjadi suatu keharusan bagi kita untuk mengedepankan nilai-nilai ketakwaan dalam segala hal. Dengan cara menaati segala yang diperintahkan dan menjauhi segala yang dilarang oleh-Nya.

Mari kita perhatikan perkara ini agar kita memperoleh kebahagiaan yang hakiki, baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Ma’asyiral muslimin jamaah sidang shalat Jumat yang berbahagia,

Pribadi-pribadi bertakwa adalah mereka yang selalu berlomba dalam mengejar kebaikan. Maka kami wasiatkan untuk diri kami dan jamaah sekalian, mari kita gapai kebaikan-kebaikan itu yang dengannya hati menjadi lapang, segala urusan dimudahkan, hilangnya kesedihan dan kegelisahan, bertambahnya amal saleh, baik dalam ucapan, umur yang berkah, rezeki yang luas.

Mari kita gapai kebaikan-kebaikan itu yang dengannya seorang hamba menjadi suci dari buruknya akhlak, ditinggikan derajat, dihapuskan segala kesalahan, dan dengannya pula hidup ini senantiasa dalam kebaikan, terwujudnya kebahagiaan di antara makhluk, serta diperoleh darinya kedudukan yang mulia di surganya Allah yang disertai dengan rida-Nya.

Penyebab Seseorang Memperoleh Kebahagiaan yang Hakiki

Maasyral muslimin jamaah sidang shalat Jumat rahimakumullah

Setidaknya ada tiga hal yang menjadi penyebab seseorang memperoleh kebahagiaan yang hakiki sesuai dengan yang diajarkan agama ini.

Pertama: memperbanyak zikrullah

Kebahagiaan dan ketenangan hidup diperoleh dengan jalan memperbanyak zikrullah, berzikir dan mengingat Allah subhanahu wataala.

Di dalam banyak ayat-Nya, Allah subhanahu wataala mengingatkan dan menguatkan keyakinan kita tentang pentingnya zikrullah ini. Zikrullah-lah yang menjadi penyebab terbesar kita memperoleh kebahagiaan dan ketenangan hidup.

Salah satu dalilnya, firman Allah dalam al-Quran surah ar-Ra’d ayat 28,

ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ ٱللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)

Kedua: membiasakan diri untuk selalu bertobat dan memperbanyak istigfar

Kebahagiaan akan diperoleh manakala kita membiasakan diri untuk selalu bertobat dan memperbanyak istigfar.

Ma’asyiral muslimin, di antara faedah dari memperbanyak beristigfar adalah terhindarnya diri kita dari ragam kesulitan, bencana dan bahaya yang menimpa diri.

Allah subhanahu wata’ala berfirman,

وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنتَ فِيهِمْ ۚ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

Tetapi Allah tidak akan menghukum mereka, selama engkau (Muhammad) berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan menghukum mereka, sedang mereka (masih) memohon ampunan.” (QS. Al-Anfāl: 33)

Memperbanyak membaca istigfar juga dapat mendatangkan kebaikan-kebaikan, kenikmatan-kenikmatan yang diberkahi, dan segala hal yang menjadikan kehidupan ini dipenuhi warna bahagia.

Hal ini sebagaimana firman Allah subhanahu wataala,

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا

Maka aku berkata (kepada mereka),“Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, Sungguh, Dia Maha Pengampun,”

يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا

“Niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu,”

وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا

“Dan Dia memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan kebun-kebun untukmu dan mengadakan sungai-sungai untukmu.” (QS. Nūh: 10-12)

Memperbanyak bertobat dan beristigfar juga dapat melenyapkan kesedihan, menghilangkan gundah gulana, hingga muncul sikap optimistis terhadap kebaikan di masa depan, memudahkan segala urusan yang hanya kita temukan jika kita memperbanyak bertobat dan beristigfar.

Sungguh benar firman Allah subhanahu wataala,

وَأَنِ ٱسْتَغْفِرُوا۟ رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوٓا۟ إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُم مَّتَٰعًا حَسَنًا إِلَىٰٓ أَجَلٍ مُّسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِى فَضْلٍ فَضْلَهُ

Dan hendaklah kamu memohon ampunan kepada Rabb-mu dan bertobat kepada-Nya, niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu sampai waktu yang telah ditentukan. Dan Dia akan memberikan karunia-Nya kepada setiap orang yang berbuat baik.” (QS. Hūd: 3)

Ketiga: bersikap lapang dada

Penyebab hadirnya kebahagiaan yang hakiki adalah sikap lapang dada, berbuat ihsan terhadap sesama, sedikit angan-angan dan tidak terikatnya hati dengan kesenangan yang bersifat materi.

Maasyiral Muslimin….

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memberi kita garansi kebahagiaan dan kesenangan hati manakala fokus pikiran kita tertuju pada prasangka yang baik, kepada Allah, maupun kepada makhluk.

Tak hanya itu, garansi tersebut juga berlaku manakala fokus pandangan kita selalu tertuju kepada orang-orang yang kurang beruntung secara materi, bukan sebaliknya.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menegaskan dalam sabdanya,

انْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَإِنَّهُ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ

Lihatlah orang yang berada di bawahmu dan jangan melihat orang yang berada di atasmu. Karena yang demikian itu lebih patut, agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu.” (HR. At-Tirmidzi No. 2513; HR. Ahmad No. 9886. At-Tirmidzi menyatakan hadits ini sahih)

Oleh sebab itu, hadits tersebut mengajarkan kita untuk selalu berbuat ihsan, dan tidak abai untuk selalu berkunjung kepada orang-orang yang kurang beruntung. Hal ini sebagaimana yang sering Rasulullah shallallahu alaihi wasallam lakukan, karena yang demikian itu akan mendorong kita untuk selalu mensyukuri keadaan.

Dan ketahuilah, jamaah sekalian rahimakumullah, bahwa dengan syukur seperti itu, Allah subhanahu wataala akan menambahkan nikmat-Nya kepada kita. Itu artinya kebahagiaan akan menghampiri. Sementara di lain sisi, derajat kita akan dinaikkan oleh Allah subhanahu wataala.

Maasyralmuslimin jamaah sidang shalat Jumat rahimakumullah

Demikian materi khutbah Jumat tentang tiga hal yang menjadi sebab seseorang memperoleh kebahagiaan yang hakiki.

Kita berharap dan senantiasa berdoa kepada Allah subhanahu wataala di penghujung bulan suci Ramadhan 1443 H ini, semoga setiap langkah kebaikan kita, amal saleh yang kita upayakan, ibadah yang kita rutinkan selama menjalani ibadah puasa di bulan mulia ini dapat mengantarkan kita kepada pribadi-pribadi yang diistimewakan dengan takwa. Dan dengannya kita memperoleh kebahagiaan yang hakiki baik di dunia maupun di akhirat kelak. Amin.

باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ وذِكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ

KHUTBAH KEDUA

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي إلَى رِضْوَانِهِ.

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى: إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِي يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّٰهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ: أَبِى بَكْرٍ، وَعُمَرَ، وَعُثْمَانَ، وَعَلِيّ، وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ الْاَحْيَآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ

اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلَامَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلَاءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلَازِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خَآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عَآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ

رَبَّنَا آتِناَ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر

Download PDF Materi Khutbah Jumat Memburu Kebahagiaan yang Hakiki di sini:

Semoga bermanfaat!

Materi Khutbah Jumat Lainnya:

Topik Terkait

Mubin Amrullah

Direktur Markaz Tahfidz Daarut Tanziil Bogor Jawa Barat, Alumni LIPIA Jakarta dan Magister Dirasah Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Konsentrasi Syariah Islam (Ilmu Studi Islam).

1 Tanggapan

semoga bernilai ibadah, barakallahu fiikum
sangat bermanfaat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *