4 Keutamaan Puasa Hadits Puasa #3-dakwah.id

4 Keutamaan Puasa — Hadits Puasa #3

Terakhir diperbarui pada · 2,774 views

4 Keutamaan Puasa — Hadits Puasa #3

 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ، الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ، قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: إِلَّا الصَّوْمَ، فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ، يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي.

وَلِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ: فَرْحَةٌ حِينَ يُفْطِرُ، وَفَرْحَةٌ حِينَ يَلْقَى رَبَّهُ، وَلَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ المِسْكِ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Setiap amalan anak Adam dilipatgandakan. Satu kebaikan diganjar sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat lebih.”

Allah ‘azza wajalla berfirman,

Kecuali puasa. Karena sesungguhnya puasa adalah untuk-Ku dan Aku yang akan memberi balasan karena amalan itu. Sebab ia telah meninggalkan syahwat dan makanannya demi Aku.”

Dan ada dua kebahagiaan untuk orang yang puasa; kebahagiaan ketika berbuka, dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Dan sungguh, bau mulut orang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah daripada aroma minyak kasturi.” (HR. Al-Bukhari No. 1894; HR. Muslim No. 1151, 164. Lafal ini dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, sedangkan imam Muslim (No. 165) meriwayatkannya dari Abu Sa’id radhiyallahu ‘anhu)

 

Hadits di atas menjelaskan beberapa keutamaan puasa. Juga menjelaskan mulianya kedudukan puasa di sisi Allah ‘azza wajalla. Dalam hadits ini, paling tidak ditemukan keterangan 4 keutamaan puasa.

 

Keutamaan Puasa #1

أَنَّ الصَّائِمِيْنَ يُوَفَّوْنَ أُجُوْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

Orang yang berpuasa akan dipenuhi pahalanya tanpa melalui proses hisab.

Karena sesungguhnya setiap amalannya akan dilipatgandakan sepuluh kali hingga tujuh ratus kali lipat. Kecuali amalan puasa. Sebab, pelipatgandaan pahalanya belum cukup untuk mengalkulasi pahala puasa.

Dan Allah ‘azza wajalla akan melipatgandakan pahala puasanya pada jumlah yang tak terbatas. Karena puasa adalah bagian dari kesabaran.

Materi Khutbah Jumat: Saatnya Menggalang Persatuan Umat

Allah ‘azza wajalla berfirman,

اِنَّمَا يُوَفَّى الصّٰبِرُوْنَ اَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 10)

Imam al-Auza’i rahimahullah berkata,

لَيْسَ يُوْزَنُ لَهُمْ وَلَا يُكَالُ، إِنَّمَا يُغْرَفُ لَهُمْ غَرْفًا

Pahala mereka tidak ditimbang juga tidak ditakar, namun digayung.” (Tafsir Ibnu Katsir, 7/80)

 

Keutamaan Puasa #2

أَنَّ اللهَ تَعَالَى أَضَافَ الصَّوْمَ إِلَى نَفْسِهِ مِنْ بَيْنِ سَائِرِ الْأَعْمَالِ

Allah Ta’ala mengaitkan puasa pada Zat-Nya di antara seluruh amalan yang ada.

Sebab, wallahu a’lam, barangkali amalan puasa telah mengorbankan seluruh waktu siang hari. Sehingga pada waktu itu orang yang puasa harus meninggalkan keinginan syahwatnya. Apalagi, Ramadhan biasanya terjadi di musim panas dengan cuaca yang sangat terik.

Baca juga: Asal-Usul Istilah Ramadhan dalam Kalender Qamariyah

Atau, puasa adalah rahasia paling privat antara seorang hamba dengan Allah ‘azza wajalla. Tidak ada yang mengetahui kondisi orang yang puasa selain Allah saja. Karena puasa mencakup amalan batin yang tidak dapat dilihat manusia, juga tidak dapat dibuat riya’.

 

Keutamaan Puasa #3

أَنَّ الصَّائِمَ إِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ

Ketika orang yang berpuasa berjumpa dengan Rabbnya, ia akan sangat bergembira karena amalan puasanya.

Karena ia tahu betapa besar pahala dan balasan Allah terhadap amalan puasa.

Kebahagiaan orang yang puasa ketika ia berbuka didapat karena ia telah menyelesaikan ibadah puasanya dan usahanya dalam menyempurnakan amalan tersebut dengan menghindari berbagai hal yang dapat merusak kesempurnaan pahalanya. Pada waktu itu, ia akan mendapatkan berbagai hal yang sebelumnya dilarang sejak terbit fajar hingga datang waktu berbuka.

Inilah kebahagiaan yang baik; berbahagia dengan tetap menjaga ketaatan kepada Allah ‘azza wajalla dan janji besarnya pahala atas kesempurnaan amalan puasanya.

Baca juga: Penyakit Riya’ Sering Menjangkiti Para Da’i. Begini Cara Mengobatinya

 

Keutamaan Puasa #4

أَنَّ رَائِحَةَ فَمِّ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ مِنْ رِيْحِ الْمِسْكِ

Bau mulut orang yang puasa lebih baik di sisi Allah dari aroma wangi kasturi.

Kebaikan ini akan didapat di hari kiamat kelak. Karena hitungan waktu yang tampak dalam hal ini adalah persoalan pahala amal ibadah. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah riwayat,

أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Lebih baik di sisi Allah di hari kiamat kelak.” (HR. Muslim No. 163, 1151)

Bau mulut orang yang berpuasa ini, meskipun aromanya kurang mengenakkan ketika tercium hidung manusia, namun kemuliaannya lebih baik dari aroma wangi kasturi, sebab itu ia lakukan dalam rangka taat kepada Allah ‘azza wajalla.

Selain empat keutamaan puasa di atas, puasa juga menjadi sebab adanya ampunan Allah ‘azza wajalla terhadap dosa dan keburukan.

Baca juga: Kenapa tidak ada hukuman dari Allah atas beberapa kemaksiatan yang terjadi?

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barang siapa yang puasa Ramadhan karena iman dan karena ingin mendapatkan pahala, maka dia diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Al-Bukhari No. 38; HR. Muslim No. 760)

Akan tetapi, keutamaan ini tidak diberikan kecuali kepada orang yang puasanya benar-benar ikhlas karena Allah ‘azza wajalla. Benar-benar menahan diri dari makan, minum, berhubungan suami-istri dan menahan anggota badannya dari berbagai bentuk dosa dan maksiat. Inilah potret puasa yang disyariatkan dan diganjar dengan pahala yang besar.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ وَالْجَهْلَ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan zuur (perkataan dusta), mengamalkannya, atau tindakan bodoh, maka Allah tidak butuh atas usahanya dalam menahan rasa lapar dan dahaga.” (HR. Al-Bukhari No. 6057; Minhaj as-Sunnah, Ibnu Taimiyah, 5/197, 198). [Sodiq Fajar/dakwah.id]

 

اَللَّهُمَّ احْفِظْ لَنَا صِيَامَنَا، وَاجْعَلْهُ شَافِعًا لَنَا، وَأَعِنَّا فِيْهِ عَلَى طَاعَتِكَ، وَجَنِّبْنَا طُرُقَ مَعْصِيَتِكَ، وَاغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَلِجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ

Ya Allah, jagalah kesempurnaan puasa kami, jadikanlah ia syafaat untuk kami, tolonglah kami agar tetap taat dalam menjalaninya, jauhkanlah kami dari pintu-pintu kemaksiatan, ampuni dosa kami, ampuni dosa kedua orang tua kami, dan dosa seluruh kaum muslimin.

 

Diadaptasi dari kitab: Mukhtashar Ahadits ash-Shiyam
Penulis: Syaikh Abdullah bin Shalih al-Fauzan
Penerjemah: Sodiq Fajar

Topik Terkait

Sodiq Fajar

Bibliofil. Pemred dakwah.id

0 Tanggapan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *